Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siswa Kota Depok Terserang Penyakit Kuning

Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan harus bersinergi mengatasi KLB parsial hepatitis A.

31 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEPOK – Sebanyak 33 siswa dari empat sekolah dasar negeri di Kota Depok positif terjangkit penyakit hepatitis A. Penyakit kuning tersebut menyerang pencernaan yang dipicu virus yang disebarkan oleh kotoran, terutama dalam makanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini sudah kejadian luar biasa parsial. Jadi, hanya di sekolah itu," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita, kepada Tempo kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia tidak menutup adanya kemungkinan penyakit tersebut menjangkiti siswa sekolah-sekolah lainnya. Karena itu, Novarita mengimbau pihak sekolah dan warga agar menerapkan pola hidup sehat supaya terhindar dari penyebaran penyakit hepatitis A.

Menurut Novarita, kebiasaan buruk siswa tidak mencuci tangan sebelum makan meningkatkan risiko tertular penyakit ini. Tapi hal itu bisa saja terjadi karena penjual makanan tak mencuci tangan dengan benar setelah buang air besar. "Jaga pola hidup bersih dan sehat, cuci tangan pakai sabun."

Pasien hepatitis A tersebut berasal dari SD Negeri Sukamaju 6, SDN Sukamaju 9, SDN Mekarjaya, dan SDN Mekarjaya.

Berdasarkan pemantauan Tempo kemarin, siswa SDN 30 Mekarjaya tetap jajan di pedagang sekitar sekolah. Puluhan siswa memilih jajanan kesukaannya pada saat jam istirahat. Mereka tidak terpengaruh oleh penetapan status KLB parsial hepatitis A oleh Dinas Kesehatan Depok.

Kristanti, Kepala SDN Mekarjaya 30, mengatakan sepuluh siswanya terjangkit hepatitis A setelah liburan semester lalu. Begitu memasuki masa sekolah, silih berganti para siswa itu terjangkit penyakit yang menyebabkan tubuh lemas serta demam tinggi itu.

Delapan siswa telah masuk sekolah lagi. Sedangkan dua lainnya masih diminta istirahat di rumah. "Rata-rata penderita kelas VI, tapi ada juga kelas IV," ucap dia kepada Tempo, kemarin.

Kristanti menjelaskan, jauh sebelum para siswa jatuh sakit, pengelola sekolah secara rutin mensosialisasi kebersihan kepada para pedagang di sekitar sekolah. Bahkan, jumlah pedagang dan jenis jajanan sudah didata. Menurut dia, terdapat 20 pedagang yang menjual makanan, seperti cireng, papeda, cilung, sosis gulung telur, takoyaki, burger, makaroni, nasi uduk, nasi goreng, bakso ayam, martabak mini, dan gorengan.

Kepala Dinas Pendidikan Depok, Mohammad Thamrin, menyatakan telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memeriksa sejumlah jajanan dari sekolah-sekolah yang muridnya terjangkit hepatitis A. "Kami tunggu hasilnya seperti apa," ucapnya.

Adapun menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Bidang Pendidikan, Retno Listyarty, penanganan KLB parsial hepatitis A harus dilakukan dengan sinergi antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Dinas Pendidikan akan mensosialisasi di sekolah soal pentingnya membawa bekal dari rumah. Kemudian Dinas Kesehatan memantau secara rutin jajanan yang dikonsumsi para siswa.

"Perlu kerja sama dua lembaga ini agar tak terulang," ucap Retno, kemarin.

Dia berpendapat, langkah antisipasi agar kejadian tersebut tak terulang juga menjadi tanggung jawab sekolah dan orang tua siswa. Sebaiknya pihak sekolah rutin mengingatkan orang tua siswa agar menyediakan bekal makanan yang bersih dan sehat. Setiap wali kelas bisa membuat semacam grup percakapan dengan orang tua murid untuk memastikan pengawasan berjalan dengan baik.

Retno pun yakin para pedagang pasti berusaha meningkatkan kualitas jajanan kalau semua siswa membawa bekal. "Pedagang akan membuat kondisi lebih bersih agar tetap laku," ujarnya.

Sementara itu, Novarita mengungkapkan bahwa kendala utama dalam mencegah hepatitis A adalah lambatnya laporan dari orang tua murid karena mayoritas tak mengetahui gejala penyakit itu. Walhasil, penderita telat dibawa berobat. "Kendala lainnya, belum ada pembinaan kepada para pedagang jajanan di sekitar sekolah agar memperhatikan kebersihan."

Dia memastikan Dinas Kesehatan dan puskesmas melakukan monitoring kasus penderita hepatitis A dalam satu hingga dua bulan setelah ini. Setiap hari puskesmas harus melaporkan jika menemukan kasus baru hepatitis A. Upaya itu merupakan sistem kewaspadaan dini dan analisis terhadap hasil investigasi hepatitis A.

IRSYAN HASYIM | JOBPIE SUGIHARTO

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus