Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sopir Transjakarta Masih Kelelahan

Pramudi bus Transjakarta masih kelelahan saat bertugas. Hal ini diungkapkan sopir bus di rute kerja yang sudah memiliki pondok rehat, yakni Ragunan, Jakarta Selatan. Mereka beralibi, kelelahan disebabkan oleh jam dan beban kerja yang masih cukup panjang.

17 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Hanya ada dua sif, pramudi bus Transjakarta masih sering overtime.

  • Transjakarta mengklaim mengawasi pemeriksaan kesehatan pramudi yang akan bertugas.

  • Transjakarta akan membangun enam pondok rehat tambahan pada tahun ini.

JAKARTA – Sejumlah pramudi bus Transjakarta menilai keberadaan tempat rehat di halte akhir belum mengobati rasa lelah dan kantuk yang mereka alami selama bertugas. Pembangunan bilik mengaso ini seharusnya dilengkapi dengan kebijakan lain yang bisa memastikan kondisi para pengemudi bus itu fit. Salah satunya pembatasan jumlah jam kerja setiap hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 “Sopir tetap saja harus mengemudi selama delapan jam per hari secara terus-menerus karena pergantian sif kerja hanya dua kali,” kata pramudi rute Ragunan-Dukuh Atas, Rahmat, 40 tahun, saat ditemui, kemarin, 16 Maret.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Transjakarta dan para mitra operator memang hanya menerapkan dua pembagian jam kerja pada sopir. Sif pertama dimulai pada pukul 05.00 hingga pukul 13.00. Namun, pada praktiknya, setiap pramudi sudah harus stand by di lokasi pul bus sekitar pukul 03.00. Mereka harus mengisi presensi, memeriksakan kesehatan, menjalani apel, hingga antre mengeluarkan bus.

Sif kedua berlangsung mulai pukul 13.00 hingga 22.00. Namun sopir pada jam kerja ini kerap mengalami overtime atau bekerja melebihi batas waktu. Hal ini disebabkan oleh para sopir harus antre mengisi bahan bakar di SPBU, mencuci, dan mengembalikan bus ke pul. Biasanya, sopir yang bertugas pada pembagian waktu kerja ini baru akan selesai sekitar pukul 00.00 atau 01.00.

“Mengendarai bus di jalur busway dan jalanan Jakarta pada jam sibuk itu sangat melelahkan. Kami kan juga tak bisa beristirahat di sela waktu kerja,” ujar Rahmat.

Bus Transjakarta menabrak separator busway di Bundaran Senayan, Jakarta, 3 November 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Menurut Rahmat, pondok rehat di Halte Ragunan pun baru bisa dinikmati para sopir sebelum atau sesudah jam kerja. Pramudi sangat sulit mencuri waktu sekitar 10-15 menit untuk beristirahat di tempat ini selama jam kerja. Para sopir harus terus berada di balik kemudi busnya untuk mengikuti antrean operasional di Halte Ragunan. “Tapi ada (tempat rehat) ini cukup lumayan. Bisa melepas lelah,” kata dia.

PT Transjakarta memang baru memiliki satu tempat mengaso bagi pramudinya, yaitu Halte Ragunan. Pondok rehat ini berbentuk dua kontainer besi berukuran 20 kaki, bercat biru, dan berdiri berhadapan. Kedua kontainer pun terhubung dengan sebuah kanopi besar pada bagian tengah yang mencegah sinar terik matahari dan air hujan.

Bangunan dengan kapasitas 6-10 juru kemudi bus rapid transit (BRT) ini memiliki dua ruangan yang cukup nyaman dengan fasilitas penyejuk ruangan atau air conditioner (AC). Transjakarta juga menyediakan kursi, meja, loker, mesin dispenser, dan dapur mini. Rencananya, Transjakarta membangun tempat serupa di enam rute lainnya, yaitu di Halte Blok M, Jakarta Selatan; Pulogadung dan Pinang Ranti, Jakarta Timur; Kalideres, Jakarta Barat; Ancol, Jakarta Utara; serta Puri Beta, Kota Tangerang.

Pembangunan pondok rehat merupakan bagian dari rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) saat menginvestigasi penyebab rentetan kecelakaan armada Transjakarta, tahun lalu. Dalam rekomendasinya itu, KNKT sebenarnya juga meminta evaluasi jam kerja yang menghasilkan rencana penugasan pramudi lukiran di ujung sif kedua. Pramudi ini bertugas memastikan pengisian bahan bakar hingga pengembalian bus. Rekomendasi ini belum berjalan.

Selain itu, Transjakarta menerapkan kebijakan pemeriksaan kesehatan umum bagi para pramudi sebelum bertugas. Prosedur ini berisi kewajiban pelaksanaan pemeriksaan suhu tubuh, tekanan darah, dan wawancara kesehatan singkat terhadap pramudi. Wakil Ketua Serikat Pekerja Transportasi Jalan Raya (SPTJR), Gito Ardi, mengklaim pemeriksaan kesehatan pada praktiknya hanya kegiatan formalitas rutin.

Menurut Gito, beberapa pramudi tetap harus mengoperasikan bus Transjakarta meski sudah mengeluhkan rasa sakit. Selain itu, pemeriksaan kesehatan tak dilakukan pada juru kemudi yang bertugas pada sif kedua. Padahal jumlah kecelakaan bus Transjakarta pada malam hari juga cukup banyak.

“Harus ada perbaikan mekanisme juga supaya pramudi bisa beristirahat di tempat rehat. Karena, sesuai dengan aturan, sopir harus selalu berada di dalam armada tanggung jawabnya,” kata sopir bus milik PPD tersebut.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan layanan transportasi merupakan bisnis keselamatan. Masyarakat akan berbondong-bondong menggunakan sebuah moda angkutan publik yang memiliki jaminan keselamatan tinggi. Transjakarta harus meminimalkan semua potensi kecelakaan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Hal ini penting karena moda ini sempat mencatatkan pelayanan bagi lebih dari 1 juta penumpang per hari. “Perbaikan bersama ini untuk meningkatkan rasa nyaman masyarakat menggunakan kendaraan massal,” kata Soerjanto.

PT Transjakarta mengklaim akan menjalankan 15 safety action plan yang didasari rekomendasi KNKT. Hal ini termasuk pengembangan kualitas SDM dan armada yang akan beroperasi. Perusahaan pelat merah ini pun memastikan tak akan ada pramudi yang bakal kerja overtime atau pindah rute dalam satu hari. Mereka juga mengawasi secara ketat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pramudi bus Transjakarta.

Transjakarta kabarnya menempatkan beberapa petugas di setiap depo dari mitra operator Transjakarta. Petugas tersebut akan memeriksa dokumen dan hasil pemeriksaan kesehatan setiap pramudi. Pemeriksaan kesehatan harian terhadap pramudi juga cukup lengkap. Setiap pengemudi Transjakarta harus masuk kategori fit atau sehat setelah menjalani pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh, dan durasi tidur.

Bahkan pramudi juga mengikuti tes wawancara singkat untuk mengecek konsumsi obat terakhir. “Ini sudah berlaku di seluruh operator bus besar dan sedang. Secara bertahap akan diterapkan di bus kecil,” kata Direktur Operasi dan Keselamatan Transjakarta, Yoga Adiwinarto.

FRANSISCO ROSARIANS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus