Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Beragam Cara Dongkrak Elektabilitas

Sejumlah tokoh calon potensial presiden atau wakil presiden punya beragam cara mendongkrak elektabilitas mereka. Penanganan pandemi menjadi tolok ukur.

9 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejumlah tokoh calon potensial presiden atau wakil presiden punya beragam cara mendongkrak elektabilitas.

  • Sebagian dari mereka merupakan kepala daerah yang sudah memiliki popularitas.

  • Sudah menjadi sorotan media setiap hari, para kepala daerah ini belum memasang baliho.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Sejumlah tokoh yang disebut-sebut bisa menjadi calon presiden potensial atau wakil presiden punya beragam cara mendongkrak elektabilitas mereka. Mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi media sosial, menemui sejumlah ketua umum dan tokoh senior partai serta berkunjung ke sejumlah daerah, atau menggunakan cara lawas: memasang baliho di sudut-sudut jalan di sejumlah lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, mengatakan calon presiden potensial yang merupakan kepala daerah sejatinya sudah memiliki popularitas dan elektabilitas yang baik. Dengan modal tersebut, menurut dia, calon hanya perlu mengkapitalisasi atau mengkonversi pandangan publik terhadap jabatan yang diembannya.

Adi menyatakan kepala daerah merupakan pejabat yang selalu dikejar media massa dan menjadi pembicaraan publik, apalagi pada masa penanganan Covid-19. Menurut dia, publik sangat berharap kepala daerah mampu menangani pandemi Covid-19. “Kalau kinerja penanganan Covid-19 baik, mereka akan terus dikaitkan dengan pemilihan presiden. Tunjukkan saja kinerja ke publik,” kata dia saat dihubungi, kemarin.

Sejumlah tokoh yang dianggap beberapa survei memiliki elektabilitas dan terus bergerak mendongkrak popularitas antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Para calon potensial ini juga rutin berkunjung ke sejumlah daerah.

Anies, misalnya, pada 11 Juni lalu mengikuti kegiatan panen raya di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dan salat subuh bersama Ridwan Kamil di sana. Kegiatan panen raya juga pernah dilakoni Anies pada April lalu di Cilacap, Jawa Tengah. Anies menyebut kerja sama ini sebagai salah satu cara masyarakat perkotaan membalas budi kepada para petani. “Karena merekalah yang selama ini bekerja senyap dan tak terlihat, tapi manfaatnya kita rasakan,” kata Anies, kala itu.

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh (kanan) dan Ridwan Kamil yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung di Bandung, 2017. TEMPO/Prima Mulia

Anies juga menyambangi sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan dalih menyepakati kerja sama pangan antardaerah. Ia, antara lain, menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Madiun serta mampir ke rumah dinas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang.

Dukungan terhadap Anies muncul dari kelompok masyarakat. Di Makassar, muncul kelompok bernama Komunitas Mileanis untuk mendukung Anies dalam pemilihan presiden mendatang. Di Solo, Jawa Tengah, posko dukungan untuk Anies muncul dari pengusaha beras asal Sragen, Billy Haryanto.

Ridwan Kamil juga diketahui bertemu dengan sejumlah petinggi partai politik. Ia pernah bertemu dengan sejumlah ketua umum partai, seperti Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Ahmad Syaikhu.

Emil—sapaan Ridwan Kamil—menjelaskan bahwa pertemuan dengan para petinggi partai politik merupakan sopan santun dalam berpolitik. Ia menambahkan, hubungannya relatif dekat dengan partai koalisinya dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018, seperti Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan. Dengan NasDem, Emil mengakui memiliki intensitas komunikasi lebih tinggi. Bahkan NasDem disebut-sebut sudah mengundangnya ikut dalam konvensi calon presiden yang diselenggarakan partai.

Senada dengan Anies, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga sudah memiliki kelompok pendukung bernama Sahabat Ganjar. Ganjar enggan menanggapi berdirinya kelompok ini dengan berdalih sedang sibuk menangani pandemi Covid-19 di wilayahnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Jakarta, 2018. TEMPO/Imam Sukamto

Agus Harimurti Yudhoyono juga sudah memulai safari politik. Pada April lalu, ia melawat ke Bireuen, Aceh. Dua hari kemudian, Agus menyambangi Nusa Tenggara Timur untuk menemui gubernur yang juga politikus Partai NasDem, Viktor Laiskodat.

Safari politik Agus Yudhoyono berlanjut ke Balai Kota pada 6 Mei lalu. Dia menemui Anies Baswedan. Agus melanjutkan safari politiknya dengan menemui Ridwan Kamil di Bandung, sebulan berselang. Ridwan Kamil pun memboncengkan Agus dengan sepeda motor dari rumah dinasnya menuju Nara Park di kawasan Cidadap, Kota Bandung.

Kritik Agus terhadap pemerintah dalam menangani pandemi juga menjadi sorotan publik. “Hampir sekian menit sekali terdengar sirene kencang ambulans. Hampir sekian jam sekali terima berita duka dari yang kita kenal. Ini mengkonfirmasi, setiap hari ada rekor baru, baik jumlah yang positif terpapar maupun yang meninggal. Sampai kapan Indonesia?” ujar Agus Yudhoyono, awal Juli lalu.

Adi Prayitno menilai sejumlah calon presiden potensial, yang berdasarkan sejumlah survei punya elektabilitas tinggi, belum perlu memasang baliho, terutama mereka yang berstatus kepala daerah. Adi mengatakan saat ini para calon tersebut harus pandai merebut hati publik yang terpolarisasi sejak pemilihan presiden 2019.

Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan sejauh ini Anies tercatat memiliki popularitas tertinggi dalam sebulan terakhir. Di posisi berikutnya ada Ganjar Pranowo, diikuti Ridwan Kamil dan Puan Maharani. “Tren Puan awalnya paling rendah, namun perlahan naik,” ujar Ismail, kemarin.

Drone Emprit merupakan sistem yang memonitor serta menganalisis percakapan di media sosial dan platform online berdasarkan big data. Dilihat dari share of voices atau pangsa suara untuk mengukur persentase cuitan di media massa pada periode yang sama, perbincangan tentang Anies sebanyak 49 persen, Ganjar 27 persen, Ridwan Kamil 13 persen, dan Puan 12 persen.

Ismail menambahkan, Anies dan Ganjar diuntungkan oleh percakapan warganet di media sosial, baik yang pro maupun kontra. Adapun Ridwan Kamil diuntungkan oleh pemberitaan media.

Ismail menjelaskan, popularitas merupakan gabungan percakapan yang bernada positif, negatif, dan netral. Menurut dia, tren popularitas ini diharapkan meningkatkan favorabilitas, yakni sentimen positif dikurangi sentimen negatif, lalu dikapitalisasi menjadi elektabilitas.

LANI DIANA | BUDIARTI UTAMI PUTRI | DIKO OKTARA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus