Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI ruang tunggu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumenep, Madura, akhir September lalu diadakan pengajian. Di tengah sepinya malam, sayup-sayup terdengar alunan ayat suci. Ada sekitar 30 orang yang duduk melingkar. Mereka begitu khusyuk membaca surat Yasin. Tak biasanya pengajian di rumah sakit itu. Adakah sesuatu yang gawat? "Kami memang sedang tertimpa musibah," kata Widatmoko Sunadji, Kepala RSUD Sumenep. Musibah itu tak ada kaitannya dengan pasien yang gawat. Atau tentang orang. "Brankas kami dibobol maling." Sebanyak Rp 1,2 juta uang milik rumah sakit itu diketahui amblas dari laci meja yang terletak di ruang Tata Usaha. Tak ada tanda-tanda yang bisa dijadikan petunjuk kecuali selembar kaus, lilin, dan koran yang tercecer di atas plafon. Melihat barang-barang yang ditinggalkan itu, kemungkinan besar tamu tak diundang itu sudah ngendon lama. Bagaimana dia bisa dengan santai nongkrong di plafon, itu yang jadi tanda tanya. Tanpa bantuan orang dalam, rasanya mustahil. Tapi siapa orang dalam itu? Semua pegawai rumah sakit sudah diinterogasi, tak seorang pun yang mengaku. Widatmoko Sunadji pun pusing tujuh keliling. "Kami benar-benar terpukul," kata Kepala RSUD Sumenep itu kepada Zed Abidin dari TEMPO. Akhirnya, ia mencoba dengan cara pengajian. Di kalangan masyarakat Madura, yang mayoritas beragama Islam, surat Yasin sudah lama dikenal punya keampuhan, misalnya untuk menangkal santet, mengobati orang yang kesurupan, atau mengusir setan. Siapa tahu, cara ini juga bisa untuk mencari maling. Widatmoko lantas mengumumkan kepada semua karyawan rumah sakit itu tentang rencana pengajian dengan tema utama membaca surat Yasin. Dijelaskannya, pembacaan itu untuk mencari jalan terang, siapa pencuri uang Rp 1,2 ini. Setelah pengajian hari kedua, ternyata ada keganjilan yang menggembirakan. Di laci meja Tata Usaha ditemukan ada segepok uang, yang setelah dihitung jumlahnya Rp 600 ribu. Tidak diketahui, siapa yang menaruhnya. Dari sini lalu semakin kuat dugaan bahwa pencuri itu orang dalam, setidak-tidaknya bekerja sama dengan orang dalam. Polisi pun akhirnya mengusut orang dalam yang dekat dengan laci itu. Menurut sebuah sumber, seseorang lantas mengaku, dan ia siap dipotong gajinya sampai lunas, untuk yang Rp 600 ribu lagi. Bagian ini dibawa maling, teman kerja samanya yang entah di mana sekarang. Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo