Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mulus di Babak Penentuan

Langkah tim Indonesia di Piala Thomas 2020 sangat mulus setelah lolos dari babak penyisihan grup.

18 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemain tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting (kanan) dan pemain ganda putra Fajar Alfian memegang Piala Thomas di Aarhus, Denmark, 17 Oktober 2021. Claus Fisker/Ritzau Scanpix via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tim Piala Thomas Indonesia hanya memasang target juara Grup A.

  • Perjuangan tim Piala Thomas Indonesia sangat berat di babak penyisihan.

  • Tim Indonesia membuat kejutan dengan mengalahkan tim tuan rumah Denmark.

JAKARTA – Tim bulu tangkis putra Indonesia menunjukkan ketangguhan dalam kejuaraan beregu Piala Thomas 2020 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark. Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan keluar sebagai juara setelah menundukkan Cina di babak final dengan skor 3-0. “Lolosnya tim putra ke laga final ini benar-benar memenuhi harapan masyarakat,” kata Ketua Masyarakat Pemerhati Badminton Indonesia (MPBI), Kurniadi, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kurniadi mengatakan, sebelum bertolak ke Denmark, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) hanya menargetkan juara Grup A untuk tim putra. Target ini semata demi menghindari pertemuan dengan tim kuat—seperti Cina, Denmark, dan Jepang—di babak perempat final. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, Indonesia menjadi negara yang sangat diperhitungkan dalam bulu tangkis. PBSI sepatutnya memiliki keberanian untuk memasang target tinggi. Apalagi, kata dia, Piala Thomas merupakan kejuaraan beregu yang membawa nama bangsa. "Pemain dan pengurus harus bisa singkirkan ego dan problem sementara demi sukses di Piala Thomas. Toh kita punya modal juara," ujarnya.

Dalam Piala Thomas 2020, Indonesia berada di Grup A bersama Aljazair, Taiwan, dan Thailand. Aljazair menjadi lawan pertama Tim Garuda. Pemain tunggal putra, Jonatan Christie, mengaku tidak menemui kesulitan berarti untuk menundukkan lawan. Bahkan Jonatan dan tim Indonesia meraih lima kemenangan dalam dua set langsung.

Tim Thomas Indonesia merayakan kemenangan atas tim Cina di Aarhus, Denmark, 17 Oktober 2021. Claus Fisker/Ritzau Scanpix via REUTERS

Laga perdana melawan Aljazair itu memberi berkah tersendiri bagi Indonesia. "Kami bisa beradaptasi dengan lapangan, shuttlecock yang digunakan, untuk persiapan laga berikutnya," kata Jonatan.

Pertarungan cukup berat dihadapi tim Indonesia saat bertemu dengan Thailand. Anthony Sinisuka Ginting harus mengakui ketangguhan Kantaphon Wangcharoen lewat pertarungan sengit dengan skor 21-16, 22-24, 23-25. Jonatan Christie, yang menjadi pemain tunggal kedua, juga mengalami nasib serupa setelah ditumbangkan Kunlavut Vitidsam.

Beruntung, di nomor ganda, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil menundukkan wakil Thailand. Shesar Rhustavito, yang menjadi penentu kemenangan Indonesia, harus berjuang untuk mengalahkan Adulrach Namkul.

Dalam pertarungan ketiga melawan Taiwan, Indonesia lagi-lagi dipaksa untuk berjuang keras. Anthony Ginting menelan kekalahan dari Chou Tien Chen. Pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian membalas kekalahan itu dengan menundukkan Lee Yang/Wang Chi-Lin dalam pertandingan tiga set. Jonatan Christie menambahkan kemenangan dengan menumbangkan Wang Tzu Wei dengan skor 21-17, 21-13.

Taiwan bisa menyamakan kedudukan setelah pasangan Lu Chung Yao/Yang Po Han mengalahkan Mohammad Ahsan/Daniel Marthin. Shesar Rhustavito lagi-lagi tampil sebagai juru selamat. Pemain yang kerap disapa Vito itu menang tiga set melawan Chi Yu Jen.

Selepas pertandingan, Vito mengatakan sempat merasa tegang. Mentalnya terbebani karena harus menang agar Indonesia keluar sebagai juara Grup A. "Saya berusaha berfokus pada permainan sendiri dan tidak mau ikut permainan lawan," kata Vito.

Di babak perempat final, anak-anak Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) Cipayung ini justru membuat kejutan. Mereka dengan mudah menaklukkan Malaysia dengan skor 3-0. Anthony Ginting, yang dalam dua laga sebelumnya kalah, hanya membutuhkan dua set untuk menumbangkan Lee Zii Jia.

Marcus Gideon/Kevin Sanjaya juga berhasil meraih kemenangan atas pasangan Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Jonatan Christie kemudian mengunci tiket Indonesia ke semifinal setelah mengalahkan Ng Tze Yong.

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Rionny Mainaky, mengatakan tim putra menunjukkan peningkatan performa di babak perempat final. "Semua yang diharapkan dari pelatih sudah muncul di lapangan," kata Rionny.

Kepala pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, mengatakan kemenangan atas Malaysia memiliki gengsi tersendiri. Sebab, beberapa pekan sebelumnya, tim Indonesia dikalahkan Malaysia dalam laga perempat final Piala Sudirman di Vantaa, Finlandia. Karena itu, sebelum pertandingan, dia berupaya menanamkan semangat tanding kepada anak-anak didiknya. "Tunjukkan kita bangsa petarung. Kalau perlu, kaki jadi kepala dan kepala jadi kaki," kata Herry.

Tim putra Indonesia kembali membuat kejutan di babak semifinal. Jonatan Christie dan kawan-kawan berhasil menundukkan tuan rumah dengan skor 3-1. Dalam laga awal, Anthony Ginting tak bisa berbuat banyak melawan Victor Axelsen. Di atas kertas, Axelsen, yang menduduki peringkat pertama, memang lebih diunggulkan. Adapun Ginting saat ini berada di peringkat keempat.

Kekalahan itu tak mengendurkan semangat pemain Indonesia. Ganda terbaik dunia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, bisa mengalahkan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen lewat tiga set. Tunggal kedua Jonatan Christie juga meraih kemenangan atas Anders Antonsen.

Pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian mengakhiri babak semifinal hanya dengan dua set. Mereka mengalahkan Matthias Christiansen/Frederik Sogard. "Kami bermain lebih lepas dan sangat menikmati pertandingan," kata Fajar seusai pertandingan di semifinal Piala Thomas 2020.

INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Suseno

Suseno

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 1998. Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini menempati posisi redaktur di desk Hukum dan Kriminal. Aktif juga di Tempowitness sebagai editor dan trainer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus