Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan terus merangkak naik setelah terjadi transmisi lokal virus corona varian Omicron.
Hingga 16 Januari 2022, pasien yang terinfeksi Omicron jumlahnya mencapai 720 orang.
Pemerintah menggencarkan vaksinasi booster untuk menangkal serangan Omicron.
JAKARTA – Bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur di ruang perawatan rumah sakit di Ibu Kota terus merangkak naik setelah terjadi transmisi lokal varian baru virus corona, Omicron. Hingga 16 Januari 2022, BOR di Jakarta telah mencapai 19 persen. Dari 3.579 tempat tidur di ruang perawatan, sudah terpakai 677 unit. Sedangkan untuk ruang ICU, dari 591 ranjang yang disediakan, sebanyak 32 di antaranya sudah terisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan Oktober 2021 yang tingkat keterisiannya selalu di bawah 10 persen. Bahkan pada 4 Januari lalu, tercatat BOR ruang perawatan di Jakarta tidak lebih dari 7 persen dan BOR ruang ICU sebesar 4 persen. Artinya, hanya dalam waktu dua pekan BOR melonjak hampir tiga kali lipat.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, berharap pemerintah Jakarta mulai menyiapkan fasilitas kesehatan, termasuk para tenaga medis. Langkah ini diperlukan agar bisa mengantisipasi ancaman serangan wabah gelombang ketiga. “Supaya layanan rumah sakit tak lumpuh seperti ketika varian Delta menyerang pada Juni-Agustus 2021,” kata dia, kemarin. “Apalagi kalau BOR sudah sampai 20 persen, ini adalah alarm."
Windhu mengatakan angka BOR di Jakarta harus diamati dari dua sisi, yakni kasus pendatang dari luar negeri atau transmisi lokal. Sebab, di atas kertas, saat ini 70 persen kasus aktif di Jakarta disumbang oleh pelaku perjalanan luar negeri. "Jadi, BOR di DKI sebetulnya kurang dari sepertiga dari 19 persen tersebut," kata Windhu.
Ruang perawatan pasien di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di jalan Sunter Permai, Jakarta Utara, 30 Desember 2021. TEMPO/Ridho Fadilla
Kolaborator Ahli di Lapor Covid, Dicky Palupessy, memperkirakan penambahan angka kasus harian Covid-19 saat ini justru disebabkan oleh transmisi lokal varian Omicron. Terlepas dari sifat Omicron yang dianggap tak memberikan gejala berat bagi pasien, Dicky berharap pemerintah Jakarta tetap bersiaga dengan menyiapkan skenario paling buruk.
Sejumlah ahli memperkirakan, kata Dicky, serangan wabah gelombang ketiga akan mencapai puncak pada Februari-Maret mendatang. Karena itu, pemerintah tidak bisa main-main untuk menghadapi ancaman itu. "Jangan terlalu berlebihan menanggapi Omicron, tapi harus waspada juga," kata Dicky.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan belum saatnya Pemprov Jakarta menyiapkan tambahan fasilitas dan tenaga kesehatan. Ia menilai, secara keseluruhan, serangan wabah masih bisa dikendalikan meski BOR ruang perawatan hampir menyentuh 20 persen.
Pandu optimistis tingkat hunian rumah sakit di Jakarta tak akan melonjak tajam saat terjadi puncak penularan Omicron pada Februari-Maret nanti. Alasannya, Omicron tak menimbulkan gejala berat kepada orang yang sudah mendapat vaksinasi lengkap. "Karena itu, pekerjaan rumah bagi DKI sekarang adalah menyisir warga, terutama kaum lanjut usia, yang belum mendapat vaksin," kata dia.
Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria mengatakan, hingga 16 Januari 2022, pasien yang terinfeksi Omicron jumlahnya 720 orang. Rinciannya, 567 kasus merupakan para pelaku perjalanan luar negeri dan sisanya, 153 kasus, adalah transmisi lokal.
Berdasarkan data rumah sakit, kata Riza, pasien yang terinfeksi virus dan masuk ruang ICU jumlahnya terbilang sedikit. Data ini menunjukkan sebagian besar pasien kondisinya tidak parah. Ia yakin kondisi itu terjadi karena angka vaksinasi di Jakarta sudah tinggi. "Meski demikian, masyarakat harus tetap hati-hati," kata Riza.
Riza mengatakan, seiring dengan merebaknya varian Omicron, pemerintah juga gencar melaksanakan vaksinasi booster bagi masyarakat. Walaupun vaksinasi ketiga itu diprioritaskan untuk lansia, ia optimistis pencegahan Covid-19 dapat lebih maksimal ke depannya. Riza mengklaim jumlah warga yang mendapat vaksinasi booster cukup banyak. "Ada 143.020 orang yang sudah divaksinasi booster sejak 12 Januari hingga kemarin,” kata dia. “Rinciannya, tenaga kesehatan sudah 74.020 orang dan non-tenaga kesehatan 69 ribu orang."
INDRA WIJAYA | M. JULNIS FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo