Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Aneka Kiat Mengikat Pengunjung

Sejumlah museum di berbagai daerah terus berbenah diri. Menyajikan aneka kegiatan demi menarik minat anak muda.

10 September 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ruang ImersifA di Museum Nasional digandrungi anak muda.

  • Pengelola Gedung Sate menimbang kunjungan malam hari karena tingginya permintaan.

  • Diorama Arsip Jogja jadi magnet kunjungan ke Dinas Kearsipan.

Ruang ImersifA di Museum Nasional Indonesia menjadi magnet bagi anak muda dalam mengunjungi museum. Sejak ruang itu diresmikan pada Maret 2022, jumlah pengunjung yang datang ke Museum Gajah tersebut melonjak. "Cukup berpengaruh terhadap kunjungan anak muda dan secara umum juga," kata Pamong Budaya Ahli Muda Museum Nasional Indonesia, Asep Firman Yahdiana, saat ditemui Tempo di Jakarta, Jumat, 8 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asep mengatakan Museum Nasional terus berbenah diri dan mengembangkan berbagai kegiatan menarik demi terus meningkatkan jumlah kunjungan ke museum. Salah satunya menghadirkan ruang yang memanfaatkan teknologi imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi pengunjung. Ruang instalasi permanen video mapping di Gedung A Museum Nasional itu berukuran 12 x 21 meter. Pada hari operasional, pihak museum menyajikan pertunjukan video mapping berdurasi 30 menit yang diproyeksi dengan sudut 360 derajat, termasuk lantai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konten ImersifA biasanya menampilkan sejarah Indonesia dalam konsep alam, masyarakat, dan budaya dari masa ke masa. Namun, pada 5-8 September lalu, pengunjung mendapat pengalaman baru berupa pertunjukan audio visual warisan budaya negara-negara ASEAN serta Korea.

Pameran bertajuk "The Magical Korea-ASEAN Cultural Heritage Immersive Experience" itu cukup diminati masyarakat. Beberapa komentar warganet di akun Instagram Museum Nasional mengeluhkan bahwa mereka tidak mendapat slot berkunjung lantaran kuota sudah penuh.

Mahasiswi Hamna Hanafi Rustam (kiri) bersama temannya berswafoto saat melihat pertunjukkan “The Magical Korea-ASEAN Cultural Heritage Immersive Experience” di Museum Nasional, Jakarta, 6 September 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Asep mengungkapkan keluhan serupa terjadi saban akhir pekan. Ia menyebutkan ruang ImersifA hanya mampu menampung 400-500 pengunjung per hari. Namun, pada akhir pekan, masyarakat yang datang ke museum bisa mencapai 3.000 orang per hari. "Itu kadang banyak yang kecewa. Ya, kami mohon maaf karena ruangannya juga enggak bisa kami paksakan demi kenyamanan."  

Selain mengadakan ruang imersif, Museum Nasional memiliki aneka program untuk mempromosikan museum lewat berbagai media. Misalnya membuat mural di ruang tata pamer, yang bisa menjadi spot foto, tapi tetap mengandung konten edukasi. 

Ada pula program yang bersifat rutin dan insidental. Program rutin berupa pelatihan sekolah tari bersama Yayasan Belantara Budaya secara gratis. "Hanya perlu bayar tiket masuk museum," ujar Asep. Sekolah tari ini diikuti banyak anak dan remaja. Kemudian ada lokakarya gamelan bagi penggemar musik tradisional.

Untuk program insidental, Asep mengatakan pernah menyelenggarakan kunjungan museum pada malam hari. Tema terakhir yang diadakan adalah "Ngeronda di Museum". Pengunjung akan menjajal sensasi berkeliling museum pada malam hari. 

Kegiatan ini, kata Asep, bisa memacu adrenalin lantaran suasana museum yang menyeramkan pada malam hari. "Kami tantang mereka. Kami tunjukkan bahwa ini menyeramkan dalam konteks rasional," kata dia. Dari kegiatan night at the museum itu, pihak museum akan menyajikan atraksi teatrikal berkaitan dengan koleksi peninggalan bersejarah.

Kegiatan lainnya, pengelola museum menggelar berbagai pameran yang berhubungan dengan anak muda, seperti tema kopi dan perempuan, hingga mendatangkan tamu penyanyi muda. Secara fasilitas, museum juga mengubah wajah tata letak agar tidak terkesan sempit. "Kami ubah wide agar berekspresi lebih mudah dan eye-catching," tutur Asep.

Agar kunjungan ke museum tak hanya dijadikan momen mencari spot foto, Asep juga membuat gerakan masif. Di antaranya lomba cerdas cermat tingkat nasional untuk sekolah menengah pertama. Kompetisinya bermaterikan budaya Indonesia dan koleksi Museum Nasional. Nah, para juara di tingkat provinsi ini selanjutnya bakal menjadi "duta" di daerahnya dan mengkampanyekan museum. "Mereka harus mengkampanyekan tentang cinta museum dan budaya di sekolahnya dengan membuat tulisan dan lainnya."

Ada juga program jemput bola, yaitu Museum Keliling. Kegiatan ini pernah diadakan di lima kabupaten/kota di Banten untuk menjangkau pelajar yang belum mengenal museum. Dampak kegiatan ini membuat pengunjung ke Museum Gajah dari daerah tersebut bertambah.

Dari keseluruhan program, Asep mengungkapkan total kunjungan meningkat selama tujuh tahun terakhir. Pada 2015, jumlah pengunjung hanya berkisar 150 ribu orang. Angka tersebut naik dua kali lipat menjadi 310 ribu pada 2019. Lalu, pada tahun lalu, jumlah pengunjung museum terdata 420 ribu orang. Asep memperkirakan jumlah pengunjung tahun ini bisa mencapai 500-600 ribu. Pasalnya, sampai Agustus 2023, jumlah pengunjung museum  mencapai 300 ribu orang.

Pengunjung di ruang virtual reality Musium Gedung Sate di Bandung, Jawa Barat, 8 September 2023. TEMPO/Prima mulia

Peningkatan jumlah kunjungan ke museum juga dialami pengelola Gedung Sate di Bandung. Staf administrasi Museum Gedung Sate, Ridwan Miftahul Khoer, mengatakan pengunjung yang datang kebanyakan dari kalangan pelajar pada hari kerja. Sementara itu, kalangan umum seringnya berdatangan saat akhir pekan, seperti keluarga dan anak-anak muda berusia 20-an tahun. “Ada juga mereka yang pacaran, istilahnya sekarang museum date,” ujar Ridwan. Sebagian lagi datang untuk membuat konten di akun media sosialnya. 

Faktor penyebab lonjakan jumlah pengunjung, antara lain, adalah pengaruh tayangan di media sosial oleh para pengunjung yang membuat konten. Menurut Ridwan, setidaknya konten Museum Gedung Sate sudah tiga kali viral di media sosial. Pada setahun awalnya, Museum Gedung Sate menggaet 148 ribuan orang. Pengelola juga bekerja sama dengan beberapa hotel untuk mengajak tamunya berwisata ke sana. Kini jumlah pengunjung mencapai 500-1.000 orang per hari. 

Pada saat acara perayaan ulang tahun ke-78 Provinsi Jawa Barat, Museum Gedung Sate secara khusus dan untuk pertama kalinya melayani kunjungan malam hari pada Sabtu, 2 September lalu. Dibuka pada pukul 18.00-22.00, sebagian pengunjung yang telah melakukan reservasi membatalkan kedatangannya karena ingin menonton penampilan grup JKT48 di panggung. Tetap menerapkan biaya tiket, jumlah pengunjung pada malam itu, kata Ridwan, mencapai hampir seribu orang.

Pengelola museum kini tengah menimbang kunjungan malam hari karena banyak yang menanyakan. Selain itu, menurut Ridwan, sedang dibahas pengembangan konten untuk penyegaran. “Kalau penambahan fasilitas itu bagaimana kebijakan pimpinan,” ujarnya. 

Di sisi lain, salah satu daya tarik museum adalah penggunaan teknologi digital untuk membuat konten-konten menarik. Ada fitur augmented reality (AR) yang membawa pengunjung ke dunia maya pada masa pembangunan Gedung Sate. Kemudian ada virtual reality yang kini tidak bisa digunakan karena sedang dalam pemeliharaan. “Itu kita seperti naik balon udara mengelilingi Gedung Sate yang dulu direncanakan seluas 27 hektare,” kata Ridwan. Filmnya dibuat secara animasi.

Di Yogyakarta, jumlah kunjungan museum juga naik drastis. Ketua Tim Layanan Diorama Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Yurika, mengatakan peningkatannya mencapai 10 kali lipat dalam sebulan. Angka itu dibandingkan sebelum ada Diorama Arsip Jogja, yang berada di bangunan DPAD Yogyakarta. Diorama Arsip itu diresmikan pada Februari lalu.

Sebelumnya, pengunjung datang ke sana sebatas untuk mengakses dokumen-dokumen arsip. Jumlah kunjungan pada Januari-Juli 2023, misalnya, tercatat 15.379 orang. Jadi, diperkirakan, dalam sebulan ada sekitar 2.197 pengunjung. “Dan 80 persennya adalah anak-anak muda usia SMP sampai 25 tahun,” kata Yurika.

Diorama Arsip Jogja di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 September 2023. TEMPO/Pito Agustin Rudiana

Yurika mengakui kehadiran diorama menjadi magnet. Dulu, jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari. Rata-rata mereka adalah mahasiswa jurusan sejarah dan vokasi kearsipan. Kini, banyak pengunjung tertarik datang untuk merasakan keseruan menikmati kisah sejarah lewat diorama. “Ibarat toko, diorama itu etalasenya. Arsip itu gudangnya,” ucap Yurika.

Setelah selesai menjelajahi lorong waktu di Diorama Arsip, ada pengunjung yang kemudian tertarik menelusuri lebih dalam kisah sejarahnya. Mereka pun bisa mengaksesnya lewat dokumen-dokumen arsip yang tersedia di gedung itu.

Namun memang ada yang dirasa kurang. Pihak DPAD berencana menyulap halaman gedung menjadi ruang publik. Seperti melengkapinya dengan tempat kuliner, ruang untuk berswafoto, juga area diskusi terbuka. Sembari menunggu antrean untuk masuk ke ruang diorama, pengunjung bisa menikmati suasana santai di luar.

Selain itu, Yurika menambahkan, agar pengunjung tak bosan, pihaknya terus mengembangkan tampilan diorama menjadi beragam. Juga ruang lobi yang dipajang aneka dokumen arsip, yang bisa dibaca sembari menunggu antrean, akan dikembangkan dengan tema-tema yang beragam pula. “Karena mempertahankan (agar pengunjung tetap banyak) itu lebih sulit.”  

FRISKI RIANA | ANWAR SISWADI (BANDUNG) | PITO AGUSTIN RUDIANA (YOGYAKARTA)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Reporter Tempo.co

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus