Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Butuh hampir setengah jam bagi Tjokorda Bagus untuk mendapatkan seribu penonton siaran live di akun Instagram Nosstress, @nosstressbali, pada Senin malam lalu. Dengan santai, personel grup musik Nosstress ini memegang gitar bolong, menyetem senar, sambil mengecek suara di hadapan layar gawainya. Selain itu, ia memastikan sistem suara dan jaringan Internetnya lancar ketika konser online dimulai. "Kalau sudah ada seribu penonton, baru kita mulai," kata Cok Bagus-sapaan akrabnya-kepada Tempo saat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nosstress, triofolk musik indie asal Bali, memang punya agenda menggelar konser secara online. Konser musik dengan tema "Jauh di Mata, Dekat di Hati" ini bertujuan menghibur masyarakat menghadapi wabah penyakit akibat virus corona. Membawa tanda pagar #APDuntuktenagakesehatan dan #konserdirumahsaja, konser ini juga sekalian menggalang donasi alat pelindung diri tenaga kesehatan di wilayah Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cok Bagus, yang sehari-harinya memainkan kajon, harmonika, dan pianika, tidak sendirian. Dua personel Nosstress lainnya, vokalis sekaligus gitaris Guna Warma, sehari sebelumnya juga ikut melantunkan lagu-lagu ciptaan band yang dibentuk pada 2008 itu. Sedangkan Man Angga, sang gitaris, bermain sehari setelahnya. Tiga personel itu bernyanyi di tiga hari berbeda.
Gagasan untuk mengadakan konser secara online berawal ketika Nosstress dihubungi Rini Sialagan. Rini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Spesialisasi Dokter Gizi Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Man Angga, sang gitaris sekaligus vokalis, mengatakan para pegiat kesehatan mengalami keresahan karena minimnya ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga medis yang menangani pasien akibat virus corona. "Sampai akhirnya ada gagasan untuk mengumpulkan donasi dengan konser ini, tentu kami setuju," ujarnya.
Persiapan dilakukan di tengah kampanye untuk menjaga jarak sosial (social distancing) dan jarak fisik (physical distancing). Ketiganya mempersiapkan alat-alat untuk bermusik di rumah. Gayung pun bersambut. Pada pementasan pertama, Ahad lalu, mereka bisa mengumpulkan donasi sebesar Rp 6 juta. Informasi mengenai jumlah donasi ini pun dipublikasikan di akun resmi Nosstress. "Format konsernya sederhana karena dilakukan di rumah masing-masing personel. Mereka bisa juga membawakan lagu lain, jadi mengalir santai saja," ujar Man Angga.
Selama konser, beberapa kali Man Angga melakukan kampanye untuk membatasi interaksi sesama warga atau social distancing. Kata dia, di rumah saja penting untuk memutus rantai penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi global itu. Aksi penggalangan dana ini, menurut dia, bisa membantu kekurangan fasilitas kesehatan dalam menghadapi wabah ini. "Kami melakukan dengan apa yang kami bisa lakukan untuk membantu tenaga medis," ujar dia.
Rini Sialagan tampak lega atas bantuan para musikus untuk menggalang donasi ini. Ia kerap menerima curhatan rekan sesama dokter ihwal minimnya alat pelindung diri di beberapa rumah sakit dan puskesmas. "Beberapa teman dokter di daerah pelosok sudah pada kebingungan," kata dia. Hasil donasi itu rencananya akan disalurkan ke beberapa fasilitas kesehatan di wilayah Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa Timur. Ia berencana memperpanjang konser online untuk menggalang donasi dengan mengajak musikus beraliran blues, Made Mawut, dan vokalis Superman is Dead, Boby Kool.
Gagasan untuk menggelar pertunjukan musik secara daring bukan baru muncul. Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global, sejumlah musikus dari beberapa negara juga menggelar pertunjukan virtual untuk orang-orang yang kebanyakan harus tinggal di rumah. Vokalis Coldplay, Chris Martin, dan Christine and the Queens, misalnya, menyiarkan musiknya langsung lewat Instagram pada Senin, 19 Maret lalu. Pertunjukan ini adalah kolaborasi antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Global Citizen, sebuah organisasi yang bertujuan memerangi kemiskinan ekstrem. Kolaborasi ini berjudul "Together, At Home".
Di Bali, bukan hanya Nosstress yang menggelar konser secara daring. Sebelumnya, kelompok musik bergenre grunge dan folkrock, Navicula, juga melakukan hal serupa. Menggunakan kemeja berwarna gelap, Gede Robi Supriyanyo, vokalis Navicula, masuk ke area Antida Studio, Denpasar, Jumat pekan lalu. Di dalam studio itu, tidak ada tempat bagi penonton. Hanya ada beberapa kursi kayu dan bean bag, tempat duduk dari kain, serta beberapa kamera dan layar elektronik berukuran 40 inci di depan panggung. Konser itu tanpa riuh penggemar.
Robi mengatakan konser online diadakan untuk mendukung gerakan pembatasan interaksi dan diharapkan bisa meredam penyebaran virus corona. "Inspirasi dari gerakan social distancing. Bagi yang memilih di rumah, kami memberikan sesuatu agar tidak bosan," ujar dia. Bermusik hampir 1,5 jam, Navicula membawakan sepuluh lagu, seperti Mafia Hukum, Harimau-harimau, Metropolutan, dan Mafia Medis.
Di Jakarta, Najwa Shihab, bersama Narasi TV, membuat konser musik dengan tanda pagar #dirumahaja. Ia mengajak sejumlah musikus menggalang donasi "Solidaritas Lawan Corona" untuk membantu penanganan wabah virus corona melalui platform Kitabisa.com. Dana itu digunakan untuk berbagi makanan sehat dan memberikan beragam alat perlindungan diri untuk tim medis, seperti masker, sarung tangan, baju proteksi, pelindung wajah, dan beragam alat proteksi diri lainnya.
Mereka mengawali kampanye tersebut dengan mengunggah kompilasi para musikus Tanah Air yang menyanyikan lagu berjudul Rumah Kita yang dipopulerkan God Bless. "Video ini untuk teman-teman yang berjuang di luar, yang tidak punya pilihan #dirumahaja, karena harus menjaga rumah kita Indonesia," kata Najwa dalam unggahannya, Ahad lalu.
Para musikus ditampilkan secara bergantian dengan latar rumah masing-masing. Dari Achmad Albar, Ari Lasso, Ridho dan Kaka Slank, Tompi, Armand Maulana, Tantri "Kotak", Dira Sugandi, Rosa, hingga Fiersa Besari menjadi bagian dalam kolase "Rumah Kita" ini. "Hari Jumat dikirim musik dasarnya, saya langsung rekam saat itu juga. Mereka edit dan di-publish hari Minggu. Prosesnya cepat," kata Cholil Mahmud, vokalis grup musik Efek Rumah Kaca, yang juga ikut terlibat dalam kolase "Rumah Kita".
Silih berganti beberapa musikus tampil melalui kanal YouTube, Narasi TV, sejak Rabu hingga Sabtu ini. Pada Rabu, Armand Maulana, Judika, Ridho Hafiedz, dan Kaka Slank tampil. Pada Kamis, ada Andien, Andmesh, dan Anji bergantian melantunkan lagu. Jumat kemarin malam, Eva Celia, grup musik Fourtwnty, dan HIVI turut menghibur.
Tantri Syalindri Ichlasari atau Tantri "Kotak" mengusung tanda pagar lain untuk bisa bermusik dan menggalang dana, yakni #MusikDariRumah. Tantri mengatakan ide itu tercetus setelah urun rembuk para manajer dan penyanyi untuk mendukung penanganan penyakit akibat virus corona. Diorganisasikan oleh Komunitas Rabu Seru dan Sekolah Relawan, sejumlah artis tampil bergantian. "Dengan kondisi harus di rumah saja, dibikinlah konser seperti berkonser di Instagram masing-masing," kata Tantri. Setiap artis memiliki durasi dua jam untuk beraksi dengan konsepnya masing-masing.
Sejumlah nama turut menjadi bagian dalam #MusikDariRumah, antara lain Ghea Indrawari, Enda X Zara, Fatin, The Rain, Ihsan Tarore, The Potters, Tantri "Kotak" dan Arda Naff, Rini Wulandari, hingga Soundwave. Sebanyak empat penampil unjuk gigi dalam satu hari pada 24-28 Maret 2020. "Dana yang terkumpul nanti dimasukkan melalui sekolah relawan."
Tantri dan beberapa rekan lain pun harus bersiap menghadapi perbedaan konser secara langsung dan konser secara online ini. Di samping harus mengantisipasi buruknya jaringan Internet, menurut dia, ketiadaan penonton mungkin akan menurunkan kadar adrenalinnya ketika bernyanyi. "Biasanya kita bisa dapat hype-nya di atas panggung. Kalau enggak ada penonton, mungkin jadi enggak gereget," ujarnya. Meski begitu, Tantri menegaskan fokus dari pertunjukan musik ini adalah menghibur dan menggalang donasi penanganan wabah virus corona.
Tak melulu konser musik. Komunitas Salihara menayangkan sejumlah pertunjukan yang pernah dilakukan di sana lewat kanal YouTube. Manajer Program Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Rebecca Kezia, mengatakan program "Stay A(r)t Home" dibuat agar publik bisa tetap menikmati seni tanpa harus ke luar rumah. "Sebenarnya ini inisiatif kami untuk menghidupkan kesenian di tengah pandemi dan mendukung seniman, salah satu profesi yang terkena dampak tidak langsung dari wabah corona," kata dia.
Beberapa di antaranya adalah pertunjukan tari Holy Body karya Anis Harliani Kencana Eka Putri, koreografer muda dari Bandung, hingga serangkaian konser musik Jazz Buzz. Pertunjukan pertama yang ditayangkan adalah "Barabah dan Si Penagih Utang" pada Jumat kemarin melalui kanal Komunitas Salihara Arts Center.
Selain pertunjukan, mereka menayangkan diskusi yang pernah diadakan di Salihara. Misalnya diskusi bertema "Membaca Kembali Chairil Anwar" dan "Desakan Agama di Ruang Publik", serta siaran podcast memperingati bulan Kartini mengenai "Perempuan-perempuan dalam Dunia Seni Peran". Pihaknya ingin mendukung kerja seniman yang terganggu akibat wabah virus corona. "Kerja seniman terhenti. Makanya, kalau menayangkan pentasnya, ada semacam screening fee buat membantu mereka. MADE ARGAWA (BALI) | ARKHELAUS WISNU
Urun Nyanyi dari Rumah Saja
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo