Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai penyebab kematian ke-10 di Amerika Serikat, bunuh diri tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Menurut Centers for Disease Control (CDC), bunuh diri adalah penyebab kematian kedua terbanyak di antara anak-anak berusia 10-14 tahun dan di urutan ketiga pada anak-anak berusia 15 sampai 24 tahun. Baca: Cegah Bunuh Diri, Intip 3 Cara Mengenali Penyebabnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit mental - khususnya depresi klinis, adalah kondisi yang paling umum dikaitkan dengan bunuh diri (50 persen), dan seringkali tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Mereka yang memiliki riwayat depresi klinis memiliki risiko 25 kali lebih besar meninggal karena bunuh diri daripada populasi lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka yang tidak pernah mengalami depresi klinis mungkin tidak dapat membayangkan keputusasaan berat sehingga satu-satunya solusi yang terlihat adalah dengan mengakhiri hidup. Banyak yang selamat dari usaha bunuh diri pada akhirnya menyadari bahwa mengakhiri hidup bukanlah solusi dan pengobatan sangat mungkin dilakukan. Baca juga: Bullying Bisa Akibatkan Bunuh Diri
Terlepas dari kemajuan yang telah kita buat, stigma seputar penyakit jiwa terus berlanjut dan merupakan faktor utama yang mencegah beberapa orang yang terkena depresi untuk mencari pertolongan.
Pekerja sosial berlisensi dan penulis Stella Padnos telah menjadi relawan untuk American Foundation for Suicide Prevention (AFSP) selama lebih dari 15 tahun dalam program penjaringan korban bunuh diri. Dia dan korban selamat lain serta orang-orang yang kerabatnya meninggal karena bunuh diri mengunjungi rumah-rumah korban baru untuk menawarkan dukungan. Artikel terkait: Mendengarkan, Kunci Pencegahan Bunuh Diri
“Kami menawarkan bukti bahwa kehidupan bisa terus berlanjut setelah kehilangan yang begitu dahsyat," katanya. "Sangat membantu untuk melihat dan berada bersama orang-orang yang telah mengalami hal yang sama."
Padnos terlibat dengan organisasi tersebut setelah tunangannya bunuh diri. "Dia memiliki riwayat depresi dan bertahun-tahun sebelum kami bertemu telah berusaha bunuh diri."
Riwayat usaha sebelumnya adalah salah satu prediktor risiko bunuh diri. Beberapa tanda peringatan lain termasuk menarik diri dari keluarga dan teman, penyalahgunaan obat terlarang, bertingkah sembarangan, kurang atau terlalu banyak tidur, dan sering berbicara tentang bunuh diri atau menjadi beban orang lain.