Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wali Kota Baru, Kotor Dan Panas

Wali kota bukittinggi yang baru, drs. umar gafar menyediakan kotak keluhan untuk mengetahui isi hati warganya. wali kota payakumbuh, drs. masri m.s, bangunan-bangunan dalam kota menunggu pembenahan dan peremajaan.(kt)

15 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Payakumbuh dan Bukittinggi sama-sama mempunyai walikota baru. Drs. Umar Gafar untuk Bukittinggi dan drs. Masri M.S. untuk Payakumbuh. Tapi yang ini bukan Masri bekas Walikota Bukittinggi yang terkenal pernah diributkan Opstibpus. Masri yang kini jadi Walikota Payakumbuh sebelumnya adalah Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat di Padang. Sebagai Walikota Payakumbuh yang baru, banyak kerja yang menunggu Masri. Terutama karena dalam 7 tahun belakangan ini kota ini tak banyak berubah. Jadi menunggu pembenahan. Misalnya, bangunan-bangunan dalam kota di samping sudah tua, tak sedikit yang sudah lapuk. Keadaan serupa itu terlihat pula pada bangunan-bangunan pertokoan di pusat pasar. Walikota Payakumbuh sebelumnya, Sutan Usman, memang pernah meremajakan pasar itu lewat dana Inpres. Tapi timbul ketegangan. Tak jelas soal apa. Tapi akhirnya selesai juga. Hati-hati Tapi tak hanya soal pasar. Terminal kota sudah teramat sempit. Begitu juga pemandangan seputar kota tak sedap. Karena sampah masih bercecer di manamana. "Payakumbuh makin kotor" begitu sering komentar pendatang ke kota ini. Langkah pertama yang harus dilakukan Umar Gafar sebagai Walikota Bukittinggi tentulah sejauh mungkin meraba lubuk hati warganya. Sudah wmum diketahui bahwa jabatan Walikota Bukittinggi adalah kedudukan yang panas. Bayangkan saja, sejak 1945 sudah ada 15 orang yang menjadi walikota kota ini. Artinya seorang walikota rata-rata hanya menduduki kursinya selama 2 tahun dari masa jabatan yang 5 tahun itu. Mengapa? Ya, karena diterjang sana-sini sampai jatuh, begitu ada tindakan si walikota tak disenangi warganya. Umar Gafar rupanya cepat menyadari keadaan itu. Karenanya di awal-awal masa jabatannya ia sering terlihat keluar masuk lorong-lorong, menghadiri selamatan-selamatan penduduk kota. Namun sulitnya pula, ketika melantik Umar, Gubernur Azwar Anas di samping meminta sikap hati-hati juga menuntut "kepemimpinan yang dinamis dengan ide-ide baru" dari Walikota Bukittinggi ini. Tinggal bagaimana Umar mengawinkan dua hal itu agar kursinya cukup aman. Barangkali dalam rangka itulah, tak lama setelah dilantik Umar segera menaruh kotak keluhan di tiga tempat. Satu di Balaikota Bukittinggi sendiri, satunya di depan Jam Gadang dan satu lagi di pasar bawah. Ia ingin meraba isi hati warga kotanya melalui kotak-kotak itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus