Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Belasan pedagang ikan bergerombol di dekat dua tongkang yang mengangkut alat berat di pesisir Kali Kamal, Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara, kemarin. Mereka tampak guyub dengan para pekerja proyek tanggul laut yang menjadi bagian dari National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) itu. Sesekali, mereka saling melempar guyon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini kan bagus (proyek Tanggul Jakarta). Kami dukung-dukung saja," ujar Ahmad, pedagang ikan di Pasar Lelang Ikan Kamal Muara, kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahmad tak menyangkal bahwa kesibukan proyek tanggul laut kadang mengganggu aktivitas warga setempat. "Ini di dekat pembangunan kan ada pasar. Terus, di kali kan ada tempat kapal-kapal," kata dia. Meski begitu, menurut Ahmad, tak ada warga yang menolak pembangunan tanggul penahan banjir rob itu.
Perdebatan di kalangan warga, Ahmad bercerita, hanya terjadi pada fase awal proyek. Warga meminta pelaksana proyek menyesuaikan pekerjaan mereka dengan kegiatan di pasar ikan. "Terganggu sih, tapi yang penting cepat selesai saja," ujar Ahmad, 40 tahun.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Juaini Yusuf, mengatakan proyek tanggul Jakarta terhambat relokasi dan penolakan warga sekitar. Dia mengklaim beberapa lokasi yang menjadi target pembangunan adalah permukiman warga, yaitu Kali Dadap, Pantai Kamal Muara, Kali Adem, dan muara Kali Angke.
Menurut Juaini, pemerintah DKI masih berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melancarkan proses relokasi, termasuk dengan warga setempat yang terkena dampak proyek. "Sedang dihitung luas hunian dan jumlah KK (kepala keluarga)," ujar dia.
Wali Kota Jakarta Utara, Sigit Wijatmoko, membantah warganya menolak proyek NCICD. Menurut dia, seluruh camat dan lurah di kawasan yang terkena dampak proyek tak ada yang melaporkan tentang penolakan proyek tanggul. Dia menyebutkan tak ada pula permukiman warga yang harus direlokasi untuk kebutuhan pembangunan tanggul. "Tak perlu relokasi. Tak ada resistansi warga," kata Sigit. "(Proyek) sudah berjalan di lapangan."
Senada dengan itu, Lurah Kamal Muara, Helwin Ginting, mengatakan seluruh warga di wilayahnya malah menyambut positif proyek pemerintah pusat dan pemerintah Jakarta tersebut. Menurut dia, penduduk di sekitar proyek, Rukun Warga (RW) 01 dan RW 04, ingin tanggul segera selesai. "Mereka memang sangat membutuhkan. Supaya tak lagi terjadi banjir rob," kata Helwin.
Salah satu bukti dukungan, menurut Helwin, masyarakat memberikan izin pelaksanaan proyek hingga pukul 22.00 WIB setiap hari. Hal ini juga direspons pengembang dengan memilih teknik penanaman pasak bumi yang tak menimbulkan suara gaduh. PT Wijaya Karya, menurut dia, menggunakan alat bor untuk menancapkan pasak bumi, bukan pemukul. "Tak mungkin ada penolakan. Sejak sosialisasi beberapa tahun lalu, masyarakat sudah setuju semua," ujar dia.
Rumiah, 50 tahun, yang tinggal dekat lokasi penanaman pasak bumi, mengatakan kegiatan pembangunan tanggul memang menimbulkan suara dan keramaian. Namun, kegiatan harian warga di sekitar lokasi proyek tetap berjalan normal. "Namanya juga lagi bangun itu (tanggul). Ada suara-suara," kata dia. "Harapannya selesai." FRANSISCO ROSARIANS
Warga Berharap Proyek Pengusir Rob Cepat Selesai
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo