Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Warna-warna Bermasalah

26 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJADI polisi memang harus sigap. Tak hanya terhadap bahaya bom, tetapi juga bahaya soal warna. Di Jember, Jawa Timur, beberapa polisi bernasib apes karena warna itu.

AKP Suhariyono, misalnya. Pejabat sementara Kapolsek Kecamatan Kencong, Jember, ini mengecat rumah dinasnya dengan pilihan warna putih. Tak ada yang salah. Bahkan bohlam sepuluh watt kelihatan jadi lebih terang dari semula. Dan, ah, mata pun jadi segar. Benar-benar home sweet home.

Tapi pekan silam mata Suhariyono mendadak buram. Bukan itu saja, hidupnya pun redup. Gara-garanya, unit penegakan disiplin kepolisian di sana mencium sesuatu yang tak beres dari asal-muasal cat itu. Bukan mengandung zat beracun melainkan cat diduga didapat Suhariyono dari seorang bandar judi toto gelap alias togel di wilayah-nya sendiri.

Sebagai abdi pengayom dan pelindung masyarakat, tentu mendapatkan bingkisan dari pelaku kejahatan bukanlah tindakan terpuji. ”Karena itu kita melakukan sidang disiplin kepadanya,” ujar Kepala Unit Pelayanan, Pengaduan, dan Penegakan Disiplin (P3D) Polres Jember, Iptu Mahrobi Hasan.

Hukumannya setimpal. Hasil sidang menetapkan bekas Kasat Intelkam Polres Situbondo itu di-non job-kan di Polres Jember. Kedudukannya sebagai pejabat sementara Kapolsek yang dijalaninya selama tiga bulan juga dicopot. Suhariyono rupanya tidak tahu bahwa bandar judi toto gelap di sana mengecat rumahnya dengan warna putih sebagai kode.

Polisi Jember juga menemukan warna lain yang bermasalah. Bulan lalu, polisi menangkap AKP Sonhaji, yang ketahuan menjual ratusan surat kuning—surat yang berfungsi sebagai pengganti surat tanda nomor kendaraan (STNK). Parahnya lagi, Sonhaji menjualnya ke para penadah kendaraan bermotor hasil curian.

Hukuman lain dijatuhkan kepada Ipda Sofyan. Sebabnya juga karena soal warna. Bedanya, warna milik Sofyan macam-macam. Ada biru, merah, juga cokelat. Dia terlibat tindak pidana penipuan ratusan juta rupiah terhadap dua orang yang ingin menjadi polisi lewat Secaba alias Sekolah Calon Bintara.

”Semua kami lakukan demi penegakan hukum dan aturan bagi polisi yang juga warga negara,” ujar Kepala Polres Jember, AKBP Sutrisno Yudi Hermawan. Menjadi polisi yang baik bukan saja tidak boleh buta warna, tetapi khusus di Jember harus melihat dulu warna-warna yang dipakai untuk ciri operasi.

Mahbub Djunaidy (Jember)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus