Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wiranto: ?Tuduhan itu Mengada-ada?

26 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namanya muncul lagi. Seperti biasa, di belakang sejumlah peristiwa?apakah itu bom BEJ atau demonstrasi mahasiswa?nama mantan Panglima ABRI Wiranto selalu menjadi sorotan. Dan, seperti biasa, ia selalu menangkisnya dengan santai. Tetapi kali ini kesabaran Wiranto akhirnya rontok juga. Tak tahan dituduh menunggangi aksi mahasiswa seperti yang dilontarkan pemerintahan Megawati?berdasarkan laporan Badan Intelijen Negara?Jumat pekan silam, ia mengundang wartawan di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, untuk menjawab tuduhan-tuduhan terhadap dirinya. ?Saya pikir diam itu emas. Tapi ternyata, seperti diamnya anak gadis yang dipinang, diam dianggap setuju,? katanya. Dalam beberapa kesempatan terpisah, wartawan TEMPO Darmawan Sepriyossa dan Arif Kuswardono secara bergantian sempat melemparkan pertanyaan pada saat setelah konferensi pers. Berikut petikannya. Bagaimana sikap Anda dengan tuduhan tersebut? Saya sebenarnya sudah kenyang dengan isu seperti ini. Bahkan saya merasa sudah sampai pada tingkat kebal dan tak peduli. Itu terjadi sejak saya masih menjabat Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima ABRI. Bahkan, ketika pensiun, saya pikir semua itu akan berhenti. Ternyata tidak, semua itu masih terus berlangsung. Dulu, ketika BEJ dibom, saya dituduh juga. Padahal anak saya bekerja di situ. Masa, saya mau mengebom anak saya sendiri? Lalu muncul tuduhan membiayai Laskar Jihad, menyembunyikan Tommy Soeharto. Semua itu tidak benar. Saya terus-menerus dilanda isu, seakan-akan ada tugas khusus dari pihak-pihak tertentu untuk itu. Jadi, ini merupakan upaya pembunuhan karakter pada saya. Upaya ini tak lebih upaya untuk menempatkan saya sebagai orang yang bermasalah di republik ini. Saya yakin akan ada episode tuduhan berikutnya. Nah, sekarang saya dituduh menunggangi aksi demonstrasi mahasiswa. Tuduhan itu mengada-ada. Dengan tingkat intelektual yang tinggi, tak mungkin mereka begitu gampang ditunggangi, dibekingi, dan dimanfaatkan. Mereka telah punya cara untuk memahami kondisi bangsa saat ini, juga cara untuk menyikapinya. Didorong atau tidak, didukung atau tidak, mereka akan melaksanakan demonstrasi sebagai penyikapan dan peringatan bahwa ada yang salah di republik ini yang perlu diselesaikan. Jadi, Anda menolak tuduhan itu? Oh ya, pasti. Benarkah Anda menggalang kekuatan dengan mengumpulkan para jenderal di Markas Besar TNI? Yang saya lakukan di Cilangkap itu hanya acara tahunan, silaturahmi alumni AMN angkatan 1968. Tiap tahun kami selalu bertemu. Karena susah mencari tempat, akhirnya kami mendapat gedung olahraga di Markas Besar TNI. Tak ada pembicaraan masalah politik. Lalu kehadiran Anda di TIM pada HUT Malari yang sarat dengan nuansa antipemerintah? Tahun lalu saya datang dalam acara serupa. Jadi, tahun ini pun saya datang. Setiap ada undangan dari LSM lain, saya juga hadir. Saya selalu datang tepat waktu, mendengarkan, dan bertepuk tangan bila perlu. Setelah itu, pulang. Saat di TIM itu saya pulang duluan. Saya mengatakan kepada Hariman Siregar untuk pulang dulu. ?Karena televisi nyorot saya terus,? demikian saya bercanda. Anda disebut-sebut menggalang pertemuan dengan para aktivis di Bandung. Apa yang sebenarnya terjadi? Saya memang intens bertemu dengan para aktivis mahasiswa dan LSM. Untuk sharing saja. Saya juga kan pemimpin LSM. Jadi, kalau saya datang ke LSM di Bandung, Semarang, Medan, atau Kalimantan, jangan serta-merta ditafsirkan saya menggalang kekuatan. Saya ini kan bukan jenderal lagi. Saya pensiunan yang kini aktif di lembaga kajian. Kabarnya, Anda juga menggarap beberapa DPD Golkar.... Pada 1998, saya merupakan pejabat yang melepaskan TNI dari Golkar. Jadi, saya punya hubungan historis dan emosional yang kuat dengan Golkar. Bila ada beberapa permasalahan, banyak orang Golkar yang menemui saya untuk mendapatkan satu advis, karena saya memang sempat tahu bagaimana Golkar dulu, dan mendesain lepasnya TNI dari Golkar. Jadi, ketika Golkar ada masalah, dan ada yang minta advis, ya, saya terima, dong. Apakah terjemahannya saya ikut campur, juga tidak. Kalau terjemahannya dari luar adalah saya ikut campur, menggalang kekuatan untuk merebut posisi di Partai Golkar. Mengenai tantangan Megawati, apakah Anda sudah siap bersaing dalam Pemilu 2004? Siap apa? Saya ini hingga kini belum punya partai dan tak masuk partai mana pun. Kalau hanya ingin berkuasa, beberapa kali saya mendapat kesempatan. Misalnya sebelum Pak Harto lengser, saya mendapat surat perintah Nomor 16, yang memberikan kewenangan bagi saya untuk membuat kebijakan internasional dan menetralkan berbagai potensi kerusuhan. Semua menteri dan gubernur harus membantu saya. Itu tak saya gunakan. Jadi, kalau berbicara tentang perebutan kekuasaan, saya pasti tak kan ikut dalam permainan itu. Saya hanya ingin berbuat yang terbaik bagi negeri ini, tak peduli soal jadi apa nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus