Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan kedutaan besar AS yang baru di Yerusalem akan dibuka pada Mei 2018.
Peresmian kedutaan besar AS di kota itu bertepatan dengan ulang tahun ke-70 berdirinya negara Israel, demikian isi kata pernyataan tersebut.
Pengumuman ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan kontroversial Presiden Trump pada akhir tahun lalu yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
- Suara Indonesia dukung Resolusi PBB tolak sikap AS atas Yerusalem
- Ancaman Trump 'mencabut' bantuan keuangan: Indonesia tetap tolak Yerusalem ibu kota Israel
- Apa yang mendasari pengakuan Trump atas Yerusalem? Tujuh hal yang harus Anda ketahui
Pejabat senior Palestina, Saeb Erekat, menyebut langkah rencana peresmian kedubes AS di Yerusalem itu sebagai "provokasi terang-terangan".
Hari lahir negara Israel dikenang oleh orang-orang Palestina sebagai Nakba atau "malapetaka".
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji pengumuman rencana pembukaan kedutaan AS itu sebagai "hari besar bagi rakyat Israel".
Semenjak Donald Trump mengatakan bahwa AS mengakui Yerusalem - bukan Tel Aviv - sebagai ibukota Israel, telah membuat marah rakyat Palestina.
Mengapa langkah AS kontroversial?
Status kota Yerusalem merupakan inti permasalahan yang melatari perjalanan konflik antara Israel dan Palestina.
Israel menganggap Yerusalem sebagai ibukota mereka yang "abadi dan tak terbagi", sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur - yang diduduki Israel dalam perang Timur Tengah 1967 - sebagai ibu kota negara mereka di masa depan.
Klaim kedaulatan Israel atas Yerusalem - situs suci bagi tiga agama monoteistik, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam - tidak pernah diakui secara internasional, dan sesuai kesepakatan perdamaian Israel-Palestina 1993, status terakhir Yerusalem akan dibahas dalam perundingan damai tahap akhir.
Kebijakan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bertolak belakang dengan kebijakan AS yang selama ini bersikap netral, sehingga melahirkan kecaman dari hampir seluruh dunia internasional.
Tidak lama setelah pengumuman itu, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak Amerika Serikat menarik keputusan yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dalam pemungutan suaranya, sebanyak 128 negara mendukung resolusi, sembilan menentang, dan 35 negara memilih untuk abstain.
Mengapa akan diresmikan pada Mei?
Bulan lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan kepada parlemen Israel bahwa pembukaan kedubes AS akan dilakukan sekitar akhir 2019.
Namun setelah dimajukan pada Mei 2018 ini, sejumlah kalangan menganggapnya sebagai bentuk penghinaan yang disengaja untuk orang-orang Palestina.
Pejabat senior Palestina, Saeb Erekat, mengatakan langkah AS tersebut "mencerminkan ketidakpekaan luar biasa mereka terhadap apa yang terjadi di wilayah ini".
Erekat juga menganggap rencana pembukaan kedubes AS itu "menegaskan kembali posisi kita bahwa AS tidak bisa lagi menjadi bagian dari proses perdamaian."
Menurutnya,"Pemerintah AS telah menjadi bagian dari masalah dan bukan bagian dari solusi."
Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: "Keputusan ini akan mengubah Hari Kemerdekaan Israel ke 70 menjadi perayaan yang lebih meriah lagi."
"Terima kasih Presiden Trump atas kepemimpinan dan persahabatan Anda," kata Netanyahu.