Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Piala Dunia 2022: Benarkah tuduhan ada fans 'palsu' dan 'dibayar' di Qatar?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Fans Timnas Brasil di Doha. Getty Images
Fans adalah bagian besar dalam setiap Piala Dunia.

Dengan ribuan kursi kosong selama laga pembukaan Piala Dunia, serta meningkatnya klaim fans "palsu" yang dibayar untuk memenuhi jalan-jalan di Doha, kehadiran kerumunan orang di Qatar sekali lagi menjadi sorotan.

Ketika menginvestigasi klaim penggemar palsu di Doha, BBC telah menemukan bahwa suporter fanatik dari berbagai negara telah diberikan penerbangan dan akomodasi gratis asal mereka memberikan apresiasi positif tentang turnamen ini melalui media sosial, serta diminta menyukai dan berbagi materi daring lainnya.

Fans 'palsu' di jalan-jalan Kota Doha

India fans in the state of Kerala 2021 in Argentina kits celebrate in the street Getty Images
Penggemar timnas Argentina merayakan kemenangan jagoannya meraih juara tropi Copa America 2021.

Baca Juga:

Menjelang pertandingan pertama, ratusan suporter yang mengibarkan bendera negara-negara di dunia terlihat bersorak dan bernyanyi di jalan-jalan di Doha.

Namun menanggapi klip yang diunggah di akun media sosial resmi Piala Dunia, beberapa orang mempertanyakan mengapa begitu banyak penggemar yang tampaknya berasal dari Timur Tengah atau Asia Selatan, walaupun mendukung banyak tim dari seluruh dunia.

"Apakah mereka dibayar untuk menjadi penggemar negara lain atau apa?" kata seseorang.

Baca Juga:

Melaporkan dari Doha, BBC berbicara dengan salah seorang warga Qatar, Aaron Fernandes, yang keluarganya berasal dari India.

Aaron mengklaim bahwa berbagai komentar seperti itu mencerminkan kesalahpahaman yang berlebihan tentang kawasan itu.

Dengan begitu banyak imigran yang mengadopsi Qatar sebagai rumahnya, ujarnya, bukan berlebihan bila banyak fans sepak bola di sana yang mendukung tim internasional berbeda.

"Ada banyak penggemar dari India yang menyukai permainan ini dan saya senang bahwa selama Piala Dunia FIFA ini terungkap betapa orang-orang India sangat mencintai sepak bola," kata Aaron.

Dia menjelaskan, kendati Asia Selatan terkenal dengan kecintaannya pada olah raga kriket, sebagian besar penggemar olahraga di kawasan ini juga menyukai sepak bola.

Dan karena negara-negara seperti India belum pernah bermain di Piala Dunia, tentu saja para penggemar itu acap kali memilih untuk mendukung negara lain serta bepergian ke luar negeri untuk menonton tim kesayangannya berlaga.

Baca juga:

Local Argentinean fans in Qatar Getty Images
Fans timnas Argentina di Qatar.

Aaron juga anggota dua klub suporter - The Fifa Fan Movement dan The Qatar Fan Leader Scheme. Grup-grup ini dibentuk dan dijalankan oleh FIFA dan panitia penyelenggara Piala Dunia 2022.

Ditanya apakah dia harus menandatangani perjanjian apa pun sebagai bagian dari The Fan Leader Scheme, Aaron menjawab dengan tidak terus terang:

"Tentu saja ada tanggung jawab, tapi ini semua tentang olah raga. Mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Ini bukanlah masalah besar."

Baca juga:

Penerbangan dan akomodasi hotel gratis

Ecuador score against Qatar in the opening game Getty Images
Sejumlah fans ditawari penerbangan, akomodasi, dan tiket gratis untuk menonton pertandingan pembukaan Piala Dunia di stadion.

Terlepas dari jawaban Aaron yang ambigu, BBC menemukan banyak anggota program Fan Leader telah diminta menandatangani kontrak sekaligus menerima insentif dari pihak penyelenggara turnamen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejumlah dokumen yang dilihat BBC, serta kesaksian dari beberapa pejabat penyelenggara, menegaskan banyak suporter asing telah ditawari penerbangan gratis ke Qatar dan akomodasi sebagai bagian dari inisiatif, yang menurut penyelenggara, untuk "mengalami menjadi penggemar yang baik."

Sebagai imbalannya, para penggemar diminta menandatangani kode etik di mana mereka sepakat "memasukkan konten S[upreme] C[ommittee] yang sesuai ke dalam unggahan Anda" dan menyukai serta membagikan kembali materi itu kepada pihak ketiga.

Komite Tertinggi (SC) adalah badan penyelenggara di balik Piala Dunia FIFA Qatar 2022.

Sementara dalam perjanjian tersebut, fans diberitahu bahwa mereka tidak diharapkan menjadi "corong bagi Qatar", mereka diberitahu agar tidak "meremehkan Komite Tertinggi Qatar" atau "Piala Dunia Qatar 2022."

Pierre Cornez, staf humas asosiasi sepak bola Belgia, mengatakan fans juga diberikan "satu tiket gratis untuk pertandingan pertama dan upacara pembukaan."

Dia mengatakan tawaran itu tidak hanya dibuat bagi penggemar timnas Belgia, tetapi untuk "semua negara yang bermain di Piala Dunia ini."

Dia juga mengatakan tidak semua fans mengambil bagian dalam skema dan akhirnya menandatangani perjanjian.

Baca juga:

An official document setting out the code of conduct for members of the Fan Leaders group BBC
Salinan syarat dan ketentuan yang diminta otoritas terkait agar ditandatangani sebelum bepergian ke Qatar.

Keputusan menjadikan Qatar sebagai penyelenggara turnamen Piala Dunia telah berulang kali dikritik.

Negara itu dianggap tidak menghargai hak-hak para pekerja kasar, hak-hak LGBTQ+ dan kebebasan berbicara.

Karena itulah, beberapa klub independen dan pendukung dari akar rumput meyakini bahwa skema Fan Leader Qatar hanyalah upaya meningkatkan citra turnamen tersebut.

Anggota dewan Fan Suporters Europe, Martha Gens, mengatakan dia belum pernah mendengar sistem seperti ini digunakan sebelumnya di turnamen besar mana pun.

"Ini bukan gerakan penggemar, ini penipuan fans," kata Martha. "Aneh, curang dan tidak bisa dibenarkan."

Namun, Komite Tertinggi (SC) membela skema tersebut, dengan mengatakan:

"Inisiatif seperti ini telah membantu SC memahami kebutuhan dan kepedulian para fans dari 59 negara berbeda.

"Mereka tidak berkewajiban mengunggah atau membagikan konten. Semua fans yang mengunjungi Qatar, karena mereka adalah tamu kami, mereka melakukannya secara sukarela dan tidak dibayar."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada