
Kekerasan kembali terjadi di Masjid Al-Aqsa di wilayah Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel. Polisi Israel merazia situs ini untuk menghentikan sekelompok pemuda Palestina, yang membuat barikade di dalam masjid dan disebut sebagai "agitator".
Peristiwa ini telah memicu reaksi keras dari seluruh Tepi Barat, Gaza, dan dunia Muslim.
Mengapa Al-Aqsa begitu penting?
Al-Aqsa berlokasi di tengah Kota Tua Yerusalem dan berdiri di atas bukit yang oleh umat Islam dikenal sebagai al-Haram al-Sharif atau Bukit Suci yang Mulia.
Kompleks al-Haram al-Sharif adalah rumah bagi dua tempat suci umat Islam yakni Kubah Shakhrah dan Masjid Al-Aqsa atau Qibli, yang dibangun pada abad ke-8 Masehi. Keseluruhan kompleks ini juga biasa disebut sebagai Masjid al-Aqsa.
Situs seluas 14 hektare ini dikenal oleh orang Yahudi sebagai Har ha-Bayit atau Bukit Kuil.

Bagi umat Muslim, Al-Aqsa adalah tempat tersuci ketiga dalam Islam setelah Mekah dan Madinah.
Sejumlah nabi pernah disembah di sana, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Ilyas, dan Nabi Isa.
Umat Muslim percaya bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Al-Aqsa, lalu naik ke langit ketujuh selama satu malam pada tahun 620 Masehi.
Sementara itu, situs yang sama, Bukit Bait Suci, juga merupakan satu-satunya situs paling suci bagi orang Yahudi.
Mereka percaya bahwa Raja Salomo membangun kuil pertama di sana 3.000 tahun yang lalu. Kuil Yahudi kedua yang dibangun di sana telah dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.
Baca juga:
Siapa yang mengelola situs Al-Aqsa saat ini?
Israel merebut Al-Aqsa dalam perang tahun 1967 antara Israel dan tetangga-tetangga Arabnya. Israel lalu mencaploknya bersama dengan sisa Yerusalem Timur dan area Tepi Barat di sekitarnya.
Pada saat itu, kawasan-kawasan ini berada di bawah kendali Mesir dan Yordania. Langkah Israel pun tidak pernah diakui secara internasional.
Raja Hashemite Yordania adalah penjaga resmi kedua tempat ibadah Muslim di situs Al-Aqsa.
Dia menunjuk anggota wakaf yang disebut sebagai Wakaf Islam untuk mengawasinya.

Di bawah aturan lama, orang-orang non-Muslim boleh mengunjungi Al-Aqsa, tetapi hanya Muslim yang diperbolehkan beribadah di kompleks masjid.
Baca juga:
Kepala Rabbi Israel melarang orang Yahudi memasuki Bukit Bait Suci karena dianggap terlalu suci untuk mereka injak.
Aturan pemerintah Israel mengatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi hanya boleh mengunjungi situs itu sebagai turis, dan hanya selama empat jam per hari dalam lima hari seminggu.
Orang-orang Yahudi beribadah di Tembok Barat, yang berlokasi di bawah Bukit Bait Suci, yang diyakini sebagai sisa-sisa terakhir kuil Salomo yang masih hidup.
Konflik apa yang pecah di Al-Aqsa?
Pada tahun 2000, Ariel Sharon, yang saat itu menjadi pemimpin partai oposisi utama Israel, memimpin sekelompok anggota parlemen dari partai sayap kanan Likud ke situs tersebut.
"Bukit Bait Suci ada di tangan kami dan akan tetap di tangan kami. Itu adalah situs tersuci dalam Yudaisme dan merupakan hak setiap orang Yahudi untuk mengunjungi Bukit Bait Suci," kata Sharon.
Warga Palestina memprotes hal itu, kemudian terjadi bentrokan dan kekerasan yang memanas menjadi pemberontakan Palestina kedua, atau yang dikenal sebagai Intifada al-Aqsa.
Lebih dari 3.000 warga Palestina dan sekitar 1.000 warga Israel tewas akibat peristiwa itu.

Pada Mei 2021, warga Palestina yang memprotes penggusuran sejumlah keluarga bentrok dengan polisi Israel di situs Al-Aqsa. Bentrokan itu menyebabkan setidaknya 163 warga Palestina dan 17 polisi Israel terluka.
Menanggapi situasi itu, kelompok Islam Hamas menembakkan roket ke arah Yerusalem dari Jalur Gaza, yang memicu konflik selama 11 hari dengan Israel.
Pada tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam tiga dekade, bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi yang berlangsung selama seminggu jatuh pada waktu yang bersamaan.
Sempat terjadi kekerasan ketika polisi Israel mensterilkan halaman sebelum mengawal pengunjung Yahudi ke dalam kompleks.
Polisi mengatakan bahwa ada batu-batu yang dilempar ke arah Tembok Barat.

Dalam insiden terbaru, polisi menggerebek Masjid Al-Aqsa dengan alasan ada sejumlah "agitator" telah membarikade diri mereka dan jamaah di dalamnya.
Polisi menyebut mereka menggunakan batu dan kembang api sebagai senjata. Sedangkan warga Palestina mengatakan polisi menggunakan granat kejut dan peluru karet, dan 50 orang terluka.
Aksi protes dimulai karena ada laporan bahwa ekstremis Yahudi berencana mengorbankan seekor kambing di Bukit Bait Suci untuk Paskah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada masa Alkitab, sebelum orang Romawi menghancurkan kuil.
Polisi Israel dan otoritas agama mengatakan mereka tidak akan membiarkan tindakan itu terjadi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa polisi "harus bertindak untuk memulihkan ketertiban... akses bebas bagi semua agama dan status quo di Bukit Bait Suci."
Namun, Wakaf Islam menyebut penggerebekan polisi itu sebagai "pelanggaran mencolok terhadap identitas dan fungsi masjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam saja".
Media Israel melaporkan bahwa kelompok militan merespons situasi ini dengan menembakkan 16 roket dari Gaza.