Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengundang Donald Trump untuk berkunjung menemuinya, sebuah undangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan presiden AS itu menyatakan akan menerimanya.
Pengumuman mengejutkan tersebut diungkapkan oleh pejabat senior Korea Selatan di Washington, yang menyampaikan sepucuk surat dari pemimpin Korea Utara untuk Donald Trump.
Mereka mengatakan bahwa Kim juga telah sepakat untuk menghentikan uji coba rudal dan senjata nuklir dan "melakukan denuklirisasi".
Tampaknya ini merupakan terobosan besar setelah berbulan-bulan situasi yang penuh ancaman dan kekerasan terkait Korea Utara.
- Donald Trump ke Kim Jong-un: Tombol nuklir saya lebih besar, lebih kuat, dan berfungsi
- Kisah pembelot Korea Utara yang muncul pada pidato kenegaraan Trump
- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un: 'tombol nuklir ada di meja saya'
Awal pekan ini sebuah delegasi Korea Selatan mengadakan pembicaraan penting dengan Kim Jong-un di Pyongyang, yang merupakan bagian dari langkah pencairan diplomatik menyusul dilibatkannya Korea Utara dalam Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan. Delegasi itu kemudian melakukan perjalanan ke AS untuk menyampaikan pesan Korea Utara bagi Amerika.
Trump, sebelum ini mengatakan bahwa tidak ada gunanya berbicara dengan Korea Utara, namun mengatakan bahwa perkembangan ini merupakan "kemajuan besar".
Betapa pun, kata Trump, sanksi akan tetap berlaku sampai tercapai kesepakatan yang jelas.
'Menahan diri dari uji nuklir'
Penasihat keamanan nasional Korea Selatan Chung Eui-yong, berbicara di luar Gedung Putih setelah bertemu dengan Trump, mengatakan bahwa perkembangan ini dicapai berkat 'tekanan maksimum yang merupakan kebijakan bersama' dari Presiden AS bersama solidaritas internasional.
https://twitter.com/realDonaldTrump/status/971915531346436096
"Saya mengatakan kepada Presiden Trump bahwa dalam pertemuan dengan kami (di Pyongyang,) pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa dia berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi," kata Chung pada sebuah konferensi pers.
"Kim berjanji bahwa Korea Utara akan menahan diri untuk tidak melakukan uji coba nuklir atau uji rudal lagi."
Dia menambahkan: "Presiden Trump menghargai perkembangan tersebut, dan mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan Kim Jong-un bulan Mei mendatang untuk mencapai suatu denuklirisasi permanen."
Bagaimana kita mencapai titik ini?
Korea Utara telah dikucilkan dari panggung internasional selama beberapa dekade karena pelanggaran hak asasi manusia dan upaya mewujudkan senjata nuklir, yang bertentangan dengan ketentuan internasional.
Mereka telah melakukan enam uji coba nuklir dan menegaskan bahwa mereka perlu mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik antar benua karena kelangsungan hidup negri itu terancam.
Upaya besar terakhir untuk membuat Korea Utara menghentikan upaya nuklirnya - yang dikenal sebagai perundingan Enam Pihak - ambruk pada tahun 2008, terutama karena Korea Utara menolak mengizinkan tim internasional untuk memeriksa dan memastikan bahwa program nuklir telah ditutup.
Tapi Olimpiade Musim Dingin yang baru saja berakhir di Korea Selatan membuka jendela diplomasi yang tidak terduga. Pembicaraan langka Korea Selatan dan Korea Utara diadakan untuk memfasilitasi kehadiran Korea Utara di Olimpiade yang dirancang dengan seksama, yang melibatkan komitmen dari kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut.
Tidak ada presiden AS yang pernah duduk untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara. Jadi pertemuan semacam itu akan merupakan peristiwa diplomatik luar biasa.
- Korea Utara 'dapatkan suku cadang nuklir lewat Kedubes di Jerman'
- Rudal Korea Utara melesat 'lebih tinggi' dan 'bisa menghantam seluruh wilayah AS'
- Bagaimana Korut danai senjata nuklir? Tujuh hal yang harus Anda ketahui
Namun dikatakan wartawan BBC Laura Bicker di Seoul, penting untuk dicatat bahwa Korea Utara belum mengatakan tekad untuk meninggalkan senjata nuklirnya, dan hanya berkomitmen untuk melakukannya.
Kim Jong-un telah mencatat angka kemenangan dalam propaganda, katanya, tapi Trump juga akan merasa seperti pemenang, terkait kebijakannya yang sengit yang menurutnya merupakan faktor yang memaksa para pihak maju ke meja perundingan.
Trump berulang kali meremehkan Kim Jong-un, dan tahun lalu mengancamnya dengan "api dan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia ini" jika Kim terus mengancam AS.
Yang juga masih belum jelas, apa persisnya yang diminta Korea Utara sebagai imbalan atas perundingan ini.