Kementerian Luar Negeri Jepang menyampaikan 'protes keras' atas rencana menyajikan hidangan penutup berupa mango mousse atau puding mangga dalam pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Jumat mendatang (27/04).
Hidangan penutup yang terbuat dari krim dengan rasa mangga tersebut dipersoalkan karena dihiasi dengan peta pulau-pulau yang dikuasai oleh Korea Selatan tetapi juga diklaim oleh Jepang.
- Pengeras suara propaganda Korea Selatan: Apa yang disampaikan ke Korea Utara dan mengapa kini dimatikan?
- Para seniman Korea Selatan yang diculik Korea Utara untuk propaganda politik
- Korea Utara minta maaf larang media Korea Selatan liput Kim Jong-un nonton konser K-pop
Pulau-pulau tersebut bahkan ditonjolkan dalam peta sebagai hiasan di hidangan penutup yang rencananya akan dinikmati oleh kedua pemimpin.
Ketegangan tetap tinggi terkait status dua pulau utama dan sekitar 30 pulau batu kecil lainnya. Di Korea, gugusan pulau itu dikenal dengan nama Dokdo dan di Jepang disebut dengan nama Takeshima.
Baik Korea Utara maupun Korea Utara hingga kini masih menyimpan kekesalahan terhadap Jepang yang menerapkan kekuasaan kolonial brutal di Semenanjung Korea mulai dari tahun 1910 hingga 1945.
Peta di tempat duduk
Tidak hanya di hidangan penutup peta kontroversial itu diletakkan. Kursi-kursi yang terbuat dari kayu walnut juga dihiasi dengan peta pulau-pulau yang diperebutkan. Pemimpin Korea Selatan dan pemimpin Korea Utara akan menggunakan kursi tersebut dalam pertemuan mereka.
Menu untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara pemimpin kedua Korea di Panmunjom, zona bebas militer yang menjadi pembatas kedua negara, dipilih secara teliti. Menu mencakup jenis-jenis makanan baik dari Korea Selatan sebagai tuan rumah maupun dari Korea Utara.
Di samping itu, panitia akan menyajikan hidangan kentang ala Swiss. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un diyakini pernah bersekolah di Swiss.
KTT itu akan menjadi pertemuan puncak pertama kedua Korea selama lebih dari satu dekade terakhir. Acara itu akan dilanjutkan dengan pertemuan antara King Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bulan Mei atau Juni.
Hubungan antara kedua Korea membaik menjelang dan setelah Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang Februari lalu. Partisipasi atlet dan tim pemandu sorak dari Korea Utara meramaikan perhelatan olahraga tersebut.