Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Konten propaganda Rusia 'jangkau 126 juta pengguna Facebook di Amerika Serikat'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Facebook AFP/Getty Images

Facebook mengatakan 126 juta penggunanya di Amerika Serikat mungkin telah melihat konten propaganda Rusia sebelum dan sesudah pemilihan presiden AS tahun lalu.

Situs jejaring sosial itu mengatakan sekitar 80.000 unggahan dibuat antara Juni 2015 hingga Agustus 2017. Sebagian besar unggahan itu berisi pesan-pesan yang memecah belah dari segi politik maupun sosial.

Baca Juga:

Dikatakan oleh Facebook bahwa konten-konten itu diunggah oleh perusahaan Rusia yang memiliki kaitan dengan Kremlin.

"Tindakan-tindakan ini bertentangan dengan misi Facebook dalam membangun komunitas dan segala sesuatu yang kami perjuangkan," tulis pengacara Facebook Colin Stretch, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

"Dan kami bertekad melakukan apa saja yang dapat kami lakukan untuk menangani ancaman baru ini."

Dipanggil Senat

Baca Juga:

Fakta ini diungkap oleh Facebook menjelang rapat dengan Senat yang akan mendengarkan penjelasan tentang dampak dari dugaan tindakan Rusia di situs-situs jejaring sosial.

Selain Facebook, yang juga akan dimintai keterangan oleh Senat adalah Twitter dan Google. Twitter dan Google juga mengaku telah digunakan untuk menyebarkan unggahan-unggahan yang asal-usulnya berasal dari Rusia.

Twitter Reuters
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Google, kaki tangan Rusia mengunggah lebih dari 1.000 video di YouTube lewat 18 saluran berbeda-beda, seperti dilaporkan oleh koran Amerika Serikat Washington Post.

Sementara itu, Twitter menemukan dan kemudian menutup 2.752 akun yang setelah dilacak ternyata berasal dari Badan Penelitian Internet Rusia, demikian kata seorang sumber kepada kantor berita Reuters.

Facebook semula menepis adanya pengaduan terkait penyebaran berita bohong di situsnya sebagai gagasan gila.

Dalam berbagai kesempatan Rusia telah membantah tudingan bahwa pemerintah negara itu berusaha mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat yang dimenangkan oleh Donald Trump dengan mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat.

Trump dan Clinton Scott Olson/Getty Images
Donald Trump mengalahkan pesaingnya dari Demokrat, Hillary Clinton, dalam pemilihan presiden AS pada tahun 2016.

Presiden Trump juga menepis tuduhan berkolusi dengan Moskow dan sebaliknya menyerukan agar Hillary Clinton diselidiki.

Perkembangan penting baru-baru ini:

  • November 2016: Pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengatakan "ide bahwa berita bohong di Facebook mempengaruhi pemilihan (Amerika Serikat) merupakan gagasan yang cukup gila."
  • November 2016: Zuckerberg mengatakan hanya "sedikit " konten di Facebook yang tergolong berita hoax.
  • Agustus 2017: Facebook menyatakan akan memerangi berita bohong dengan cara mengirimkan berita-berita yang diduga bohong ke tim pemeriksa fakta dan mempublikasikan temuan mereka di online.
  • September 2017: Komite Intelijen Senat AS mengkritik Twitter karena kehadirannya "tidak cukup" dalam acara-acara briefing dalam masalah dugaan campur tangan Rusia.
  • Oktober 2017: Google menemukan bukti bahwa agen-agen Rusia membelanjakan puluhan ribu dolar untuk membeli iklan sebagai upaya mempengaruhi pemilihan, lapor media.
  • Oktober 2017: Facebook mengatakan akan memberikan rincian mengenai lebih dari 3.000 iklan yang disebutkan dibeli di Rusia pada saat pemilihan presiden digelar.
  • Oktober 2017: Twitter melarang outlet media Rusia RT dan Sputnik membeli iklan di tengah kekhawatiran mereka telah berupaya mencampuri pilpres.
Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada