Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Bayi yang lahir di antrean bank - yang menjadi perebutan keluarga

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Khazanchi Nath dan ibunya Sarvesha Devi. BBC
Khazanchi Nath lahir dua tahun lalu saat ibunya Sarvesha Devi berdiri dalam sebuah antrean bank untuk mengambil uang tunai.

Dia tiba di dunia dalam sebuah antrian bank dan membuat berita global. Tapi Khazanchi Nath yang berumur dua tahun sekarang berada di pusat pertarungan antara dua sisi keluarga dan dua desa karena status selebritinya.

Wartawan BBC Geeta Pandey pergi ke desa Kanpur di India utara untuk mengumpulkan cerita balita itu.

Baca Juga:

Khazanchi, yang berarti "bendahara", lahir di negara bagian Uttar Pradesh pada 2 Desember 2016, kurang dari sebulan setelah pemerintah India melarang peredaran uang 1.000 dan 500 rupee dalam semalam.

Keputusan oleh Perdana Menteri Narendra Modi, yang disebut demonetisasi, menyebabkan krisis keuangan besar dan selama berminggu-minggu jutaan orang India terlihat mengantri di luar bank untuk menarik uang kertas baru.

Sarvesha Devi yang hamil tua sedang berjalan dari rumahnya di desa Sardar Pur menuju ke bank di kota Jhinjhak dan mengambil tempat di antrean - bersama dengan ibu mertuanya Sashi Devi, anak perempuan sulungnya yang berusia 10 tahun yang bernama Priti, dan ratusan lainnya - ketika dia melahirkan.

Baca Juga:

Kisahnya menjadi berita utama dan Khazanchi kecil digunakan dalam kampanye pemilihan negara bagian itu untuk melawan BJP yang berkuasa di India. Ketika dia baru berusia lebih dari dua bulan, saya pergi ke desa mereka yang berdebu untuk melihatnya.

Khazanchi BBC
Kelahiran Khazanchi menjadi berita global.

Empat bulan sebelum kelahirannya, ayahnya meninggal akibat tuberkulosis. Menggambarkan trauma melahirkan di bank, ibunya mengatakan kepada saya bahwa dia juga akan mati jika bukan karena ibu mertuanya.

Tetapi minggu lalu, ketika saya ingin bertemu Khazanchi lagi, saya harus mengunjungi desa berdebu lainnya - Anantpur Dhaukal, tempat ibunya pindah tahun lalu setelah bertengkar sengit dengan mertuanya.

Itu adalah tempat rumah orangtua Sarvesha Devi, di mana ibu dan tiga saudara laki-lakinya tinggal bersama keluarga mereka.

Khazanchi ingin tahu tentang saya - dia menatap saya dengan matanya yang digaris dengan kohl, dan dengan dorongan ibunya, ia menjabat tangan saya. Saya bertanya padanya siapa yang mewarnai kukunya dengan warna merah jambu gelap. Dia tersenyum dan menunjuk Priti, saudara perempuannya.

Tidak menyadari pertempuran sengit yang sedang memperebutkannya, dia tampaknya lebih tertarik pada kacamata saya dan mencoba untuk merebut ponsel saya ketika saya mendekatinya untuk mengambil foto.

Sarvesha Devi meminjam dua kursi plastik yang goyah dari rumah tetangga dan kami duduk saling berhadapan untuk mengobrol. Dalam beberapa menit, Khazanchi mulai rewel. "Dia lapar," katanya dan mulai menyusuinya. Sekarang, berita telah menyebar tentang kunjungan saya dan tak lama ibunya, saudara-saudaranya dan beberapa tetangganya bergabung dengan kami.

Setelah Khazanchi tenang, saya bertanya kepada Sarvesha Devi tentang hubungannya dengan ibu mertuanya. Kali ini, dia tidak memuji Sashi Devi sedikitpun. Faktanya, hubungan mereka telah memburuk sehingga dia mengatakan menjadi ancaman terhadap kehidupan - miliknya dan Khazanchi.

Setelah bayinya lahir, Sarvesha Devi mendapat 200.000 rupee (Rp40 juta) sebagai kompensasi dari pemerintah karena harus melahirkan dalam antrean bank.

Khazanchi lives with his mother and four siblings BBC
Khazanchi tinggal dengan ibunya dan keempat saudaranya.

Ibu mertua penyayang yang sebelumnya menyelamatkan jiwa, sekarang digambarkan sebagai mertua rakus yang menakutkan, yang dia tuduh memukulnya secara teratur dan menuntut setengah uang kompensasi.

Itu adalah jumlah uang yang signifikan untuk keluarga miskin tanpa sumber penghasilan tetap. Dan saat itulah hubungan keluarga mulai kusut.

Jadi apa yang terjadi hingga memisahkan keluarga seperti ini? Itulah pertanyaan yang saya ajukan kepada Sarvesha Devi - dan kepada ibu mertuanya ketika saya mengunjunginya kemudian di Sardar Pur. Dan anggota keluarga dan penduduk desa mereka.

Dalam klaim dan klaim balasan, terkadang sulit untuk menyaring kebenaran dari kepalsuan, untuk memahami siapa yang jujur dan siapa yang melebih-lebihkan.

Keluarga Khazanchi termasuk suku Baiga, salah satu komunitas termiskin dan terpinggirkan di India. Mereka tak berpendidikan, tidak memiliki tanah dan sebagian besar mencari nafkah lewat mengemis.

Meski begitu, secara tradisional Baigas adalah pawang ular, dan meskipun menangkap ular telah dilarang sejak lama, setiap kali saya mengunjungi mereka, mereka dengan bangga memamerkan reptil.

Khazanchi's family belongs to the Baiga tribe, who have traditionally worked as snake-charmers BBC
Keluarga Khazanchi berasal dari suku Baiga, yang secara tradidional bekerja sebagai pawang ular.

Kali ini juga, seorang penduduk desa bertanya apakah saya ingin melihat tangkapan terbaru dan bahkan sebelum saya dapat menjawab, seekor kobra bayi yang marah dibawa keluar dari keranjang. Dia menusuk reptil yang mulai merangkak di tanah, kurang dari satu meter dari saya. Gigi taringnya sudah diambil, dia meyakinkan saya.

Ular itu akan tumbuh hingga tiga kali ukurannya saat ini, jelasnya sebelum memasukkannya kembali ke dalam keranjang. Saya tetap waspada saat kami melanjutkan berbicara.

Uttar Pradesh, tempat desa Sardar Pur dan Anantpur Dhaukal berada, adalah negara bagian India dengan penduduk yang paling padat. Rumah bagi lebih dari 200 juta orang dan lebih dari 15.000 bayi dilahirkan di sini setiap hari, jadi sulit untuk membayangkan bahwa kelahiran satu anak dapat menghasilkan kegembiraan yang begitu besar.

Namun Khazanchi menjadi tenar karena keadaan kelahirannya, dan itu terjadi pada saat negara bagian itu sedang bersiap-siap untuk mengadakan pemilihan daerah kunci. Kepala menteri saat itu Akhilesh Yadav menggunakan "kelahiran di antrean bank" untuk menunjukkan bencana yang ditimbulkan dari demonetisasi.

Dia memanggil bayi itu di setiap kampanye politik, bersikeras bahwa larangan mata uang PM Modi telah melukai yang paling miskin, seperti keluarga Khazanchi.

Beberapa bulan setelah kelahirannya, Yadav menghadiahi ibunya uang kompensasi.

Just after Khazanchi's birth, Sarvesha Devi (right) said she would have died if were not for her mother-in-law BBC
Begitu Khazanchi lagir, Sarvesha Devi (kanan) mengatakan dia tadinya akan mati jika tidak karena ibu mertuanya.

Sarvesha Devi mengatakan dia menghabiskan sebagian uang itu membayar utang-utang yang ditinggalkan suaminya dan untuk perawatan putra sulungnya, yang juga menderita tuberkulosis. Sisanya telah diamankan dalam deposito bank.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tetapi kemudian, katanya, ibu mertuanya meminta setengah uang hadiah dan ketika dia menolak, "keluarga itu mendorong saya ke tanah dan memukuli saya". Dan saat itulah dia memutuskan untuk pergi.

Ibu lima anak yang berusia 37 tahun, yang berjalan dengan pincang, mengatakan dia menolak untuk berpisah dengan uang itu karena "Saya cacat dan dengan suami saya sudah tidak ada, tidak ada yang menjaga anak-anak saya dan saya harus mengamankan masa depan kami".

Hubungan semakin memburuk setelah dia pindah. Malkhan Nath, kakak laki-lakinya, mengatakan dia mendapat tekanan dari komunitas untuk memulangkannya kembali.

"Kami terus mengatakan padanya bahwa itu adalah keluarga Anda, rumah Anda, kembalilah, tetapi ia menolak karena ia mengatakan mereka memukulinya dan memperlakukannya dengan buruk. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia saudara perempuan saya: bagaimana saya bisa menyuruhnya pergi jika dia tidak mau? "

Perselisihan keluarga sekarang berada di pengadilan komunitas yang disebut Malkhan Nath sebagai "pengadilan tinggi" mereka. Pengadilan ini terdiri dari para tetua masyarakat terkemuka yang bertindak sebagai hakim terkait Baigas. Keputusan mereka tidak mengikat secara hukum, tetapi mereka jarang diabaikan karena pemberontak dapat menghadapi boikot sosial dan harus membayar denda moneter.

Malkhan Nath mengatakan bahwa pada tahun lalu dia harus menghadap "pengadilan" sebanyak tiga kali, dan satu kali dia harus membayar 650 rupee sebagai denda karena saudara perempuannya menentang perintah untuk muncul bersama dengan Khazanchi.

Malkhan Nath says he's come under pressure from the community to send his sister back to her in-laws' home BBC
Malkhan Nath mengatakan dia ditekan komunitasnya untuk memulangkan saudara perempuannya kembali ke rumah mertuanya.

Masalah muncul di awal bulan ini. Pada tanggal 1 Desember, sehari sebelum ulang tahun Khazanchi, Sarvesha Devi mengatakan dua mobil berisi pejabat muncul larut malam di rumahnya.

"Saya sedang duduk untuk makan malam dan Khazanchi sedang tidur. Mereka bersikeras bahwa kami pergi bersama mereka ke Sardar Pur untuk perayaan ulang tahunnya keesokan harinya. Saya menolak, jadi mereka menjemputnya dan membawanya ke mobil. Dia bangun dan mulai menangis. Kami membunyikan alarm dan mengejar mereka. Semua tetangga kami datang dan membantu kami menyelamatkannya. Mereka mencoba untuk menculiknya," tegasnya.

Meskipun Yadav tidak memenangkan pemilihan daerah tahun lalu, ia tetap mempertahankan kontak dengan Khazanchi. Jurnalis lokal mengatakan dia merencanakan untuk menggunakan balita itu sebagai maskotnya untuk pemilihan umum yang berlangsung pada musim panas dan telah mengumumkan bahwa dia akan memberinya dua rumah pada hari ulang tahunnya - masing-masing di Sardar Pur dan Anantpur Dhaukal.

Rencananya adalah mantan kepala menteri itu mengunjungi Sardar Pur pada hari ulang tahunnya dan menyerahkan kunci ke Khazanchi. Dengan wartawan lokal diundang untuk meliput perayaan, maka menciptakan momen foto yang sempurna.

Tetapi ketika Yadav tiba di Sardar Pur, Khazanchi tidak ada di sana jadi kunci itu diserahkan kepada Sashi Devi.

Jelas kecewa pada ketidakhadiran balita itu, Yadav mengatakan dia tidak tahu tentang "pertempuran antara ibu dan nenek dari pihak ayah" dan memecat dua rekan partai senior karena "mempermalukannya".

Sashi Devi's relations with her daughter-in-law have turned bitter in the last year BBC
Hubungan Sashi Devi dengan menantu perempuannya menjadi pahit tahun lalu.

Beberapa hari kemudian ketika saya mengunjungi Sardar Pur, saya menemukan rumah baru yang memukau tepat di pinggir jalan. Sashi Devi sedang pergi ke pasar, jadi saya berbincang dengan kerabat dan tetangganya sambil saya menunggunya kembali. Bunga-bunga marigold yang digunakan untuk mendekorasi rumah hampir layu, dan suasana juga terasa suram.

"Banyak orang telah berkumpul untuk melihat Khazanchi, tetapi ibunya memilih untuk menjauh," kata paman buyutnya, Asharfi Nath. "Pak Yadav datang membawa hadiah, tetapi dia mengambilnya kembali. Sarvesha Devi bisa datang selama satu jam. Namun dengan menolak menghadiri perayaan itu, dia mempermalukan Pak Yadav."

Penduduk desa mengatakan semua baik-baik saja sampai kelahiran Khazanchi dan mereka menyalahkan "keserakahan dan kecemburuan keluarga ibunya dan desanya" akan kekacauan yang terjadi. Mereka menuduh bahwa keluarga ibunya menginginkan uangnya dan desanya percaya bahwa jika anak itu tetap di sana, mereka akan melihat perkembangan.

Penduduk desa juga secara terang-terangan mengisyaratkan konspirasi politik yang lebih luas - Sardar Pur mendukung Partai Samajwadi Yadav sementara Anantpur Dhaukal didominasi oleh Thakurs dari kasta atas yang mendukung BJPnya PM Modi.

Mulayam Nath, seorang penduduk desa, mengatakan jika Sarvesha Devi tidak ingin kembali, dia dapat tinggal di desa orang tuanya tetapi "dia harus memulangkan Khazanchi karena dia adalah bayi kami, dia milik desa kami. Kemajuan dan manfaat yang dijanjikan pihak berwenang harus diberikan ke kami ".

Pada saat Sashi Devi kembali, hari mulai gelap. Dia jongkok di tanah di luar rumah yang baru dibangun saat saya memintanya untuk menanggapi tuduhan terhadap dirinya.

"Itu semua bohong," katanya. "Saya tidak pernah meminta menantu perempuan saya uang. Dia telah dilatih untuk mengatakan apa yang dia katakan."

grandma holding baby BBC

Sashi Devi berbicara tentang bagaimana Sarvesha Devi dan kelima anaknya diberi makan dan pakaian oleh keluarganya saat putranya terlalu sakit untuk bekerja. Dan dalam bulan-bulan setelah kematiannya, sesedikitpun uang yang dibawa suaminya dan putra-putra lainnya dibagikan kepadanya meskipun tidak seorang pun diwajibkan untuk melakukannya.

Dia menolak tuduhan bahwa mereka pernah memukul Sarvesha Devi. "Saya punya empat menantu perempuan dan 16 cucu. Kenapa tidak ada yang lain yang dipukul?" tanyanya.

Dia memiliki kisah-kisah serangan dan pelecehannya sendiri: "Saya pergi ke desanya dua kali untuk membawanya dan anak-anaknya kembali. Setiap kali, mereka menyembunyikan Khazanchi, dan para perempuan di sana menyerang saya."

Sashi Devi juga menolak tuduhan bahwa dia atau anggota keluarganya dapat menyakiti Sarvesha Devi atau Khazanchi. "Bagaimana kami bisa membunuh menantu dan cucu kami sendiri?"

Ketika saya bersiap untuk pergi, saya bertanya padanya apakah ada peluang untuk rekonsiliasi, tetapi dia tidak terlalu berharap.

"Saya tiga kali bertemu dengannya baru-baru ini dan memintanya untuk kembali dan tinggal di rumah barunya, tetapi dia menolak," katanya, menyeka air mata dengan sudut sarinya. "Baru saja, saya kehilangan putra. Sekarang saya juga kehilangan cucu."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada