Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Senjata yang membuka pintu pecahnya perang nuklir di dunia

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Ancaman perang nuklir membuat orang ketakutan. Meskipun demikian semakin tidak jelasnya garis antara senjata nuklir dan konvensional meningkatkan bahaya.

Tetapi senjata nuklir dan non-nuklir sebenarnya tidak pernah sama sekali terpisah.

Baca Juga:

Pembom B-29, misalnya, dirancang dan dibuat untuk mengirim bom konvensional.

Tetapi pada tanggal 6 Agustus 1945, salah satu pesawat ini, Enola Gay, menjatuhkan senjata nuklir di kota Hiroshima, Jepang.

Selang 74 tahun kemudian, sembilan negara memiliki ribuan senjata nuklir, yang semakin terkait dengan senjata non-nuklir.

Baca Juga:

Senjata yang ditumpuk dunia memang menurun dari tingkat tertinggi sekitar 64.000 di tahun 1986, tetapi sejumlah senjata kontemporer yang ada adalah 300 kali lebih kuat dari pada yang dijatuhkan di Hiroshima.

Nuclear weapons by country, 2018 BBC

Selain Inggris, semua negara bersenjata nuklir memiliki senjata dengan penggunaan ganda, yaitu dapat dipakai untuk mengirim hulu ledak nuklir dan konvensional.

Ini termasuk peluru kendali dengan jarak lebih jauh, sehingga meningkatkan wilayah sasaran negara nuklir.

Rusia, contohnya, baru-baru ini menempatkan peluru kendali penjelajah yang diluncurkan dari darat, 9M729.

AS meyakini peluru kendali ini memiliki kegunaan ganda dan telah diuji pada jarak "jauh melebihi" 500 km.

Peluru kendali yang diperhatikan AS ini menjadi bukti bahwa Rusia telah melanggar persyaratan traktat pelarangan penggunaan peluru kendali jarak menengah.

AS mengumumkan penarikan dari pakta, sehingga meningkatkan kekhawatiran perlombaan senjata baru.

Cina, sementara itu, baru saja memperlihatkan peluru kendali terbarunya, DF-26.

Senjata yang mampu menempuh lebih dari 2.500 km itu sepertinya menjadi peluru kendali penggunaan ganda terjauh dunia yang mampu melakukan penyerangan tepat sasaran.

DF-26. Getty Images
Kendaraan militer membawa misil DF-26 di Beijing.

Terdapat sejumlah skenario di mana peluru kendali seperti ini dapat dipandang meningkatkan kemungkinan perang nuklir.

Yang paling jelas adalah dalam sebuah konflik, senjata ini dapat diluncurkan dengan hulu ledak konvensional tetapi dianggap sebagai senjata nuklir.

Ketidakjelasan ini dapat memicu musuh untuk segera melakukan respons nuklir.

Sulit untuk mengetahui apakah langkah ini yang akan diambil - atau menunggu sampai senjata diledakkan dan menjadi jelas persenjataannya.

Dalam praktiknya, bahaya terbesar peluru kendali penggunaan ganda kemungkinan di tempat lain: salah identifikasi bahkan sebelum diluncurkan.

Bayangkan jika Cina meluncurkan kendaraan berisi peluru kendali DF-26 berisi hulu ledak nuklir di sekitar wilayahnya.

AS, secara salah mengira misil berisi senjata konvensional, kemungkinan akan berusaha menghancurkannya.

Dengan menyerangnya, ini sudah pasti akan mendorong Cina untuk meluncurkan senjata nuklir yang masih dimiliki sebelum dapat dihancurkan.

Sistem satelit

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peluru kendali penggunaan ganda bukanlah satu-satunya cara dimana senjata nuklir dan non-nuklir semakin berkaitan.

Contohnya, semua kekuatan nuklir memerlukan sistem komunikasi - yang dapat melibatkan satelit.

Tetapi semakin sering sistem komando-dan-kontrol nuklir ini juga digunakan untuk mendukung operasi non-nuklir.

AS misalnya mengoperasikan satelit untuk memberikan peringatan serangan peluru kendali bersenjata nuklir atau senjata balistik konvensional.

9M729 Getty Images
Rusia memperlihatkan misil 9M729.

Dalam konflik NATO dengan Rusia, hal ini dapat dipakai untuk mengetahui peluru kendali balistik konvensional jarang pendek yang diluncurkan Rusia - sebagai langkah pertama untuk menembak jatuh.

Jika strategi ini berhasil, Rusia dapat memutuskan menyerang satelit peringatan dini AS sebagai balasannya.

Kenyataannya, kelompok intelijen AS telah memperingatkan bahwa Rusia sedang mengembangkan senjata laser darat untuk tujuan itu.

Tetapi melumpuhkan satelit peringatan dini AS bukanlah hanya berarti meremehkan kemampuan untuk mengetahui peluru kendali bersenjata konvensional.

Hal ini juga melumpuhkan kemampuan AS untuk mengetahui peluru kendali balistik bersenjata nuklir dan dapat meningkatkan ketakutan bahwa Rusia merencanakan perang nuklir terhadap AS.

Dan memang US Nuclear Posture Review terbaru - pernyataan resmi penting kebijakan nuklir AS - secara jelas mengancam untuk mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir terhadap negara manapun yang menyerang sistem komando- dan- kontrol nuklir.

Ancaman ini berlaku terlepas dari apakah negara itu menggunakan senjata nuklir lebih dulu atau tidak.

Larangan senjata

Pemerintahan negara nuklir diperkirakan menyadari semakin terkaitnya senjata nuklir dan non-nuklir.

Mereka juga menyadari paling tidak sebagian dari bahaya yang terkait.

Meskipun demikian, tugas mengurangi risiko ini sepertinya tidak diprioritaskan.

Pusat perhatian tetap pada peningkatan kemampuan militer, untuk menghadapi yang lainnya.

Salah satu kemungkinan adalah bagi berbagai negara untuk menyetujui larangan senjata yang dapat mengancam satelit komando-dan-kontrol nuklir.

Tetapi untuk saat ini, pemerintahan negara nuklir enggan untuk duduk bersama di meja perundingan.

Hasilnya, masa depan kerja sama macam ini sepertinya suram.


BBC meminta ahli di luar organisasi untuk membuat analisis ini.

James Acton adalah salah satu direktur Nuclear Policy Program di Carnegie Endowment for International Peace.


Editor: Duncan Walker

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada