Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Apa yang melatarbelakangi perselisihan Arab Saudi dan Iran?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei (kiri) dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Reuters/EPA
Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei (kiri) dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Perselisihan Arab Saudi dan Iran semakin tajam. Mereka sudah lama berselisih, namun akhir-akhir menjadi semakin tegang. Berikut alasannya.

Mengapa Arab Saudi dan Iran tidak akur?

Arab Saudi dan Iran - negara tetangga yang sama-sama berkuasa - terlibat dalam persaingan ketat mendapatkan dominasi di wilayah Timur Tengah.

Baca Juga:

Perseteruan puluhan tahun di antara mereka diperparah oleh perbedaan agama. Mereka masing-masing adalah pengikut salah satu dari dua sekte utama dalam Islam - sebagian besar Iran adalah Muslim Syiah, sementara Arab Saudi melihat negara mereka sebagai kekuatan Muslim Sunni terkemuka.

peta sunni BBC

Perpecahan sekte agama ini tercermin dalam peta Timur Tengah yang lebih luas, dengan negara-negara lain yang mayoritas Sunni atau Syiah, sebagian dari mereka melihat ke Iran atau Arab Saudi untuk dukungan atau bimbingan.

Arab Saudi, sebuah monarki dan rumah bagi tempat kelahiran Islam, secara historis melihat negara itu sebagai pemimpin dunia Muslim. Namun, ini ditantang pada 1979 oleh revolusi Islam di Iran yang menciptakan tipe negara baru di kawasan itu - sejenis teokrasi - yang secara eksplisit bertujuan mengekspor model ini ke luar negara itu.

peta syiah BBC

Baca Juga:

Dalam 15 tahun terakhir khususnya, perbedaan antara Arab Saudi dan Iran dipertajam oleh serangkaian kejadian.

Pada 2003, invasi yang dipimpin AS di Irak menggulingkan Saddam Hussein, seorang Arab Sunni yang pernah menjadi musuh utama Iran. Ini menyingkirkan hambatan militer untuk masuknya pengaruh Iran di Irak, yang semakin meningkat sejak saat itu.

Dipercepat ke 2011 dan pemberontakan di seluruh Arab menyebabkan ketidakstabilan politik di wilayah itu. Iran dan Arab Saudi mengeksploitasi gejolak ini untuk memperluas pengaruh mereka, terutama di Suriah, Bahrain dan Yaman, yang selanjutnya membuat kecurigaan kepada keduanya semakin tinggi.

Iran dikritik karena niat mereka untuk membangun negara mereka sendiri atau pengaruh mereka di seluruh wilayah, dan mencapai kendali sebuah koridor tanah yang membentang dari Iran ke Laut Tengah.

Mengapa keadaan menjadi semakin sengit?

Persaingan strategis memanas karena Iran dalam banyak hal memenangkan persaingan regional.

Di Suriah, dukungan Iran (dan Rusia) untuk Presiden Bashar al-Assad mengalihkan sebagian besar kelompok-kelompok pemberontak yang didukung oleh Arab Saudi.

Arab Saudi berusaha mati-matian menahan pengaruh Iran yang meningkat dengan usaha militeristik Putra Mahkota Mohammed bin Salman - penguasa de facto di negara tersebut - yang memperburuk ketegangan regional.

Dia melancarkan perang melawan pemberontak di negara tetangga Arab Saudi di bagian selatan, Yaman, untuk menahan pengaruh Iran yang dirasakan di sana, namun setelah hampir tiga tahun, perang ini terbukti sebagai sebuah pertaruhan mahal.

Sementara di Lebanon, banyak pengamat percaya Saudi memberi tekanan ke perdana menterinya untuk mengundurkan diri guna merusak kestabilan negara sekutu Iran, basis kelompok milisi Syiah Hizbullah, mengarah ke blok yang memiliki kekuatan politik dan mengendalikan sebuah pasukan tempur bersenjata berat.

Ada juga kekuatan eksternal yang bermain. Arab Saudi didukung oleh administrasi Trump sementara Israel, yang menganggap Iran sebagai ancaman mematikan, juga "mendukung" upaya Saudi untuk menahan Iran.

Trump dan Raja Salman EPA
Trump dan Raja Salman.

Negara Yahudi itu takut akan perambahan pejuang pro-Iran di Suriah yang berada semakin dekat ke perbatasannya.

Israel dan Arab Saudi adalah dua negara yang paling tegas menolak perjanjian internasional pada 2015 yang membatasi program nuklir Iran, bersikeras bahwa hal itu tidak cukup untuk menutup kemungkinan Iran menciptakan bom tersebut.

Siapa saja sekutu mereka?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara garis besar peta strategis Timur Tengah mencerminkan perpecahan Syiah-Sunni.

peta proksi BBC

Di kamp pro-Saudi adalah aktor Sunni utama lainnya di Teluk - UEA, Kuwait dan Bahrain, serta Mesir dan Yordania.

Di kamp Iran adalah pemerintah Suriah dan kelompok milisi Syiah pro-Iran, termasuk Hizbullah yang bermarkas di Lebanon, telah memainkan peran penting dalam memerangi kelompok pemberontak yang didominasi Sunni.

Pemerintah Irak yang didominasi Syiah juga merupakan sekutu dekat Iran, meski secara paradoks negara ini juga memiliki hubungan dekat dengan Washington yang menggantungkan negara mereka untuk mendapatkan bantuan dalam perjuangan melawan apa yang disebut Negara Islam atau ISIS.

Bagaimana bentuk perseteruan Saudi-Iran?

Dalam banyak hal perseteruan ini setara dengan Perang Dingin, yang membuat AS dan Uni Soviet bersitegang selama bertahun-tahun.

Iran dan Arab Saudi tidak bertempur secara langsung namun mereka terlibat dalam berbagai 'perang proksi' di seluruh wilayah tersebut.

Suriah adalah contoh nyatanya sementara di Yaman, Arab Saudi menuduh Iran memasok rudal balistik yang ditembakkan ke wilayah Saudi oleh gerakan pemberontak Syiah Houthi - insiden yang meningkatkan perang kata-kata antara kedua negara.

Yaman Reuters
Yaman adalah salah satu medan pertempuran yang membuat perseteruan Iran-Saudi semakin memanas.

Tapi setelah mandek di Yaman dan pada dasarnya dikalahkan di Suriah, Arab Saudi tampaknya mulai tertarik ke Lebanon sebagai medan pertempuran proksi berikutnya.

Lebanon berisiko terkena kekacauan seperti di Suriah namun tak banyak analis melihat kepentingan Saudi berjaya di sana.

Konflik di Lebanon dapat dengan mudah menarik Israel yang menentang Hizbullah dan ini bisa menyebabkan perang ketiga Israel-Lebanon yang jauh lebih parah daripada perang sebelumnya.

Kaum yang sinis mempertanyakan rencana permainan Putra Mahkota Saudi apakah untuk memicu perang antara Israel dan Hizbullah dan memberikan pukulan berat kepada kelompok ini.

Apakah perang antara Arab Saudi dan Iran akan terjadi?

Sejauh ini Teheran dan Riyadh telah bertempur lewat proksi. Tidak ada yang benar-benar siap untuk perang langsung satu dengan yang lain tapi sebuah serangan roket yang sukses di ibu kota Saudi dari Yaman bisa menyebabkan masalah besar.

Satu area yang bisa masuk ke dalam konflik langsung adalah perairan Teluk, tempat mereka saling berhadapan dalam sebuah perbatasan maritim.

Tapi di sini juga pertempuran bisa berisiko konflik yang jauh lebih luas. Bagi AS dan negara-negara Barat lainnya, kebebasan navigasi di Teluk sangat penting dan setiap konflik yang menghalangi jalur air - penting untuk pelayaran internasional dan transportasi minyak - dengan mudah dapat menarik angkatan laut dan udara AS.

Sudah lama AS dan sekutunya melihat Iran sebagai kekuatan yang merusak kestabilan di Timur Tengah. Kepemimpinan Saudi semakin melihat Iran sebagai ancaman eksistensial dan Putera Mahkota Saudi tampaknya bersedia mengambil tindakan apapun yang dia anggap perlu, dimanapun dia menganggap perlu, untuk menghadapi pengaruh Teheran yang meningkat.

Bahayanya adalah bahwa aktivisme baru Arab Saudi dengan cepat menjadikannya sebagai sumber ketidakpastian lebih lanjut di wilayah ini.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada