Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

'Perangi kebencian dengan cinta', perempuan Muslim berfoto bersama demonstran anti-Islam

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Shaymaa Ismaa’eel Shaymaa Ismaa’eel

Seorang perempuan Muslim yang berfoto bersama para demonstran anti-Islam mengaku ingin "memerangi kebencian mereka dengan senyuman dan cinta".

Shaymaa Ismaa'eel mengatakan kepada BBC Newsbeat: "Reaksi terhadap semuanya ini benar-benar gila, menakjubkan. Saya banyak dapat dukungan".

Baca Juga:

Foto perempuan berusia 24 tahun ini menjadi viral setelah posenya yang mengacung 'tanda damai' disukai lebih dari 200.000 kali.

Pemotretan berlangsung di Washington DC di sela-sela Konvensi Islam selama tiga hari.

Shaymaa, yang bermukim di pesisir timur AS dan bekerja bersama anak-anak penyandang autisme, merupakan satu dari 24.000 Muslim yang menghadiri Konvensi Masyarakat Muslim Amerika dan Lingkar Islam Amerika Utara (MAS-ICNA) ke-44 di ibu kota AS.

Baca Juga:

https://twitter.com/ShaymaaDarling/status/1120624558657163264

Acara tersebut, menurutnya, memberi kesempatan kepada umat Muslim untuk "menyegarkan serta merayakan iman kami" dengan menghadirkan sejumlah pembicara dan menggelar kelompok kerja.

"Acara itu banyak dihadiri peserta dan suasananya bagus. Namun selagi kami mengikuti acara, kami menyadari ada sejumlah demonstran berdiri di pinggir jalan.

"Hari pertama kami melihat mereka, kami menjaga jarak. Mereka berteriak dan mengusung spanduk, jadi kami merekam mereka dari kejauhan."

MAS-INCA Getty Images
Para peserta acara MAS-INCA di Washington DC.

Mengambil sikap

Disebutkan Shaymaa, sekelompok demonstran di luar lokasi acara mengusung poster dan berbicara menggunakan pengeras suara untuk menyampaikan pesan-pesan anti-Islam.

"Mereka punya poster-poster bertuliskan 'Islam adalah agama kebencian. Mereka juga mengatakan kami di dalam sedang 'mendengarkan kebencian'. Saya tidak terpengaruh dengan hal-hal seperti ini. Saya menertawai mereka.

"Saya tipe orang yang menganggap hal seperti ini lucu. Jadi saya tertawa terpingkal-pingkal. Saya lalu berpikir, 'Jika saja saya punya pelantang supaya mereka bisa mendengar apa yang kami lakukan di dalam'."

Setelah melihat para demonstran beberapa kali selama acara tiga hari itu, Shaymaa memutuskan mengambil sikap.

https://twitter.com/ShaymaaDarling/status/1120653248447299585

Nabi kami pernah berkata bahwa 'Senyum adalah ibadah' dan itulah pribadi saya yang selalu tersenyum.

"Saya meminta seorang teman untuk memotret. Saya ingin mereka melihat saya tersenyum dan melihat cinta, saya ingin memerangi kebencian mereka dengan cinta dan senyuman.

"Sebagaimana yang Anda lihat pada foto, mereka tampak terganggu tapi mereka tidak benar-benar merespons. Hanya dengusan yang terdengar dan mereka berkata, 'Kamu seharusnya menutupi wajah' dan 'Bisa dibilang sekte kalau pengikutnya memakai piyama'."

Pesan-pesan dukungan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain fotonya dibagikan dan disukai ratusan ribu kali, Shaymaa mengaku mendapat pesan-pesan berisi sokongan.

https://twitter.com/YungCocoaButter/status/1120734872681816064

Beberapa pesan pribadi bahkan menyarankan foto-fotonya ditampilkan di Museum Hak-hak Sipil.

"Saya sejujurnya tidak tahu apakah mereka tulus, atau mungkin hanya ocehan.

"Namun saya tidak peduli siapa Anda. Jangan biarkan siapapun menyirnakan terangmu."

https://twitter.com/ShaymaaDarling/status/1120885901754798087

Shaymaa mengaku dirinya tidak mengalami kesan buruk selama memakai hijab atau sebagai Muslim.

"Mungkin saya orang yang tidak peduli, tapi saya tidak banyak mendapat kesan buruk. Ibu saya mengalami beberapa insiden.

"Satu-satunya pengalaman ditargetkan sebagai seorang Muslim yang saya ingat adalah sewaktu di kampus. Seorang pria berteriak kepada saya. Dia mengucapkan bahasa lain, namun dari nadanya saya tahu itu jelek artinya."

Satu-satunya kejadian dia merasa tidak aman sebagai "seseorang yang terang-terangan Muslim" adalah ketika dia memantau penembakan di dua masjid Kota Christchurch, Selandia Baru.

Christchurch Getty Images
Serangan terhadpa jemaah dua masjid di Christchurch membuat Selandia Baru merevisi undang-undang kepemilikan senjata api.

Pada 15 Maret 2019, seorang penjunjung supremasi kulit putih menewaskan 50 orang yang membuat Selandia Baru mengubah undang-undang kepemilikan senjata api.

"Saya tahu itu bukan Amerika, tapi dari kenyataan bahwa itu terjadi, saya mulai merasa tidak nyaman seperti kami benar-benar dibenci," ujarnya.

Shaymaa berharap kejadian orang yang disasar berdasarkan agama bisa menurun.

"Saya pikir khalayak lebih menerima. Anda bisa melihat makin banyak orang seperti saya, memakai hijab.

"Majalah-majalah mode yang menampilkan perempuan Muslim, Anda tidak melihat yang seperti itu sewaktu saya lebih muda."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada