Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

'Perempuan pincang', mata-mata yang paling ditakuti oleh Nazi

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Virginia Hall diberi Distinguished Service Cross oleh kepala Office of Strategic Services (OSS), Jendral William Joseph Donovan CIA
Virginia Hall menjadi satu-satunya perempuan sipil yang diberi penghargaan Distinguished Service Cross untuk tugasnya selama Perang Dunia II.

Selama tiga tahun dia beroperasi di Prancis, di bawah hidung para perwira Nazi. Dia mencuri rahasia perang, mengatur jaringan mata-mata Sekutu, serta membantu tahanan perang melarikan diri dalam Perang Dunia II.

Virginia Hall dianggap sebagai mata-mata paling berbahaya. Perempuan itu mampu menghindar dari kejaran musuh sekalipun memiliki disabilitas yang jelas: dia memakai kaki palsu terbuat dari kayu seberat tiga kilogram untuk mengganti kaki kirinya.

Baca Juga:

Bahkan untuk sekutunya, Virginia merupakan sosok misterius yang terus menerus mengubah penampilan dan perilaku. Ia muncul tanpa peringatan di berbagai daerah di Prancis, kemudian tiba-tiba menghilang lagi.

Sekalipun sukses mengoleksi sekumpulan petualangan di masa perang, sang "perempuan pincang" ini tetap tak banyak diketahui hingga akhir hidupnya di 1980-an.

Biografi tentang Virginia baru saja diluncurkan dan akan diadaptasi menjadi film yang dibintangi oleh Daisy Ridley - yang dikenal lewat perannya di Star Wars.

Mimpi yang runtuh

Baca Juga:

Lahir di keluarga makmur di Negara Bagian Maryland, Amerika Serikat, pada tahun 1906, Virginia bercita-cita menjadi diplomat. Ia lancar berbahasa Prancis, Italia, dan Jerman, selain bahasa ibunya, bahasa Inggris.

Di usia 20 tahun, ia tinggal di Eropa untuk menyelesaikan sekolah dan bekerja sebagai pegawai di perwakilan Amerika Serikat di Warsawa, Venesia, dan Izmir. Tetap saja ia gagal menembus profesi diplomat.

"Ia terus menerus ditolak karena ia perempuan. Tak ada perempuan yang menjadi duta besar untuk Amerika," kata Sonia Purnell yang menghabiskan waktu tiga tahun memulung potongan-potongan informasi yang dibuatnya menjadi biografi Virginia Hall berjudul "A Woman of No Importance".

Virginia Hall CIA
Bahkan untuk sekutunya Virginia Hall tetap misterius, terus mengubah penampilan dan perilakunya.

Mimpi Virginia berantakan ketika di usia 27, dalam sebuah kecelakaan ketika berburu, kakinya tertembak. Ganggren menyerangnya dan ia hampir meninggal. Dokter harus mengamputasi kakinya tepat di bawah lutut.

Kepada BBC, Purnell mengatakan, "Ia tipe perempuan tomboi yang senang berpetualang, senang dengan olaharaga pedesaan seperti berkuda dan berburu."

Tekad baja

Purnell mengatakan, alih-alih mengundurkan diri ke dalam kehidupan yang tenang, sesudah kecelakaan, Virginia malah terpacu untuk menyelesaikan hal-hal istimewa dalam hidupnya.

"Ia seorang yang gemar berpetualang, tetapi kecelakaan itu memberinya tekad baja. Ia ingin keluar dan membuat perbedaan. Ia seakan ingin membuktikan bahwa ada alasan kenapa ia selamat dari kecelakaan itu."

Pada 1940 Amerika Serikat belum ikut serta dalam Perang Dunia II, dan ketika Virginia mulai bekerja sebagai sukarelawan di garis depan dengan menyetir ambulans untuk membawa prajurit Prancis, di bawah hujan bom dan tembakan senapan mesin.

Bendera Nazi di Arc of Triomphe, Paris, Juni 1940 Getty Images
Virginia Hall mulai bekerja untuk kesatuan ambulans dan meninggalkan Prancis sesudah invasi Nazi tahun 1940.

Pada 1940 Nazi menduduki sebagian Prancis dan Virginia pergi dari sana. Di Spanyol ia menemukan kesempatan yang mengubah hidupnya.

"Ia diperhatikan oleh seorang agen Inggris yang menyamar di sebuah stasiun kereta di Spanyol. Virginia berkata pada agen itu bahwa ia ingin melakukan banyak hal dalam hidupnya," kata Purnell.

"Si agen menyelipkan nomer telepon ke tangannya dan berkata, 'kalau Anda ke London, hubungi nomer telepon teman saya ini dan ia mungkin bisa memberi pekerjaan untuk Anda'".

"Melalui pertemuan kecil ini, hidup Virginia berubah," kata Purnell lagi.

Agen rahasia

Virginia kemudian ke London dan mulai menjadi sukarelawan untuk lembaga Inggris yang baru dibentuk bernama Special Operations Executive (SOE).

SOE tidak diizinkan mengirim perempuan ke wilayah musuh, tapi dalam enam bulan mereka tak berhasil melakukan infiltrasi sama sekali.

Ketika Virginia kembali ke Prancis tahun 1941 sebagai wartawan New York Post, kemungkinan ia bertahan hidup diperkirakan hanya 50%.

Untuk terus menjalankan misinya mengorganisasi perlawanan terhadap Nazi, ia merekrut seorang perempuan pengelola rumah prostitusi, perempuan glamor berumur 30-an bernama Germaine, serta seorang dokter penyakit kelamin. Kedua orang ini menjadi "letnan kepala" bagi Virginia.

Perlawanan Prancis 1942 Getty Images
Misi Virginia termasuk membantu gerakan perlawanan di Prancis seperti sabotase ini.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Germaine bersama pekerja seksnya menjadi mata-mata klien Jerman mereka. Mereka memberi obat tidur kepada klien-klien Jerman, kemudian memotret dokumen penting dan mengirimkannya ke Virginia yang kemudian menyampaikannya ke London."

"Mereka membuat rumah aman, merawat pelarian, menemukan tahanan perang yang berhasil melarikan diri, menyembunyikan pilot di rumah aman itu dan mengeluarkan mereka ke Spanyol."

"Pelan-pelan mereka membentuk jaringan pekerja kereta, pejabat pemerintahan, dan berbagai macam orang untuk membantu mencarikan makanan dan bahan bakar. Mereka membentuk jaringan yang menjadi inti dari tentara rahasia."

Selangkah di depan musuh

Virginia kemudian melakukan operasi spektakuler melarikan agen dari penjara, melakukan misi sabotase, meledakkan jembatan dan menyergap konvoi Jerman - tanpa pernah tertangkap.

Segera reputasinya dikenal kawan maupun lawan.

Jerman kemudian berhasil menyusun informasi tentang mata-mata yang dikenal sebagai "perempuan pincang" ini. Virginia harus mulai sangat berhati-hati dengan caranya berjalan. Perlu langkah panjang untuk menyembunyikan kakinya yang pincang.

Salah satu kisahnya yang terkenal adalah ia berjalan kaki melintasi Pyrenees yang diselimuti salju menuju Spanyol bulan November 1942, meninggalkan Klaus Barbie yang dikenal sebagai Jagal dari Lyon - seorang perwira Gestapo yang masyhur suka menyiksa tahanan perang di Prancis.

Virginia paham bahwa Nazi, sebagaimana diperlihatkan bukti-bukti, menyiksa perempuan lebih kejam daripada menyiksa laki-laki, termasuk anak-anak.

Klaus Barbie tahun 1944 Getty Images
Lawan sepadan Virginia Hall adalah Klaus Barbie alias "Jagal dari Lyon" yang ditakuti karena gemar menyiksa tahanan perang.

Perbedaan

Sadar akan bahaya apabila Virginia tertangkap, Inggris kemudian menolak mengirimnya kembali ke Prancis dan memintanya untuk tetap di Spanyol.

Namun Virginia bersikeras untuk kembali ke garis depan tahun 1944 dan ia masuk lagi ke Prancis yang saat itu sudah sepenuhnya berada di bawah pendudukan Nazi. Ia masuk di bawah perintah Office of Strategic Services (OSS), yang menjadi pendahulu dari Dinas Rahasia Amerika Serikat, CIA.

Ia menyamar sebagai Diane, seorang petani tua.

Kenyataannya ia diberi tugas membantu tentara Sekutu untuk menyiapkan D-Day, hari pendaratan tentara sekutu di Normandia.

Menurut CIA, Virginia membantu melatih tiga batalion tentara perlawanan untuk melakukan perang gerilya melawan kekuatan Jerman, sembari terus menyampaikan informasi kepada atasannya.

Foto Virginia saat bertugas pada periode itu diresmikan tahun 2006 di kantor CIA dan terus dipajang di sana.

Sesudah perang, Virginia menjadi perempuan sipil pertama yang mendapat penghargaan Distinguished Service Cross untuk tugasnya selama Perang Dunia II.

Ia juga menjadi anggota kehormatan Member of the Order of the British Empire (MBE), dan diberi penghargaan Croix de Guerre with Palme oleh Prancis.

Namun ia menghindari perhatian dan terus bekerja aktif untuk CIA hingga pensiun di tahun 1966 saat berusia 60 tahun.

"Ia tak ingin orang bicara tentang dirinya. Ia juga tidak cocok dengan gambaran perempuan konvensional sesudah perang tahun 1950-an," kata Purnell.

Virginia meninggal dunia tahun 1982, tetapi hanya baru-baru ini saja sejarawan mengumpulkan bagian-bagian kisah hidupnya yang istimewa.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada