Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Abe Shinzo? Menlu ingin ubah urutan penulisan nama Jepang

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Menteri Luar Negeri Taro Kono Maliepa/Wikimedia Commons
Menteri Luar Negeri Taro Kono dinilai kerap membuat kontroversi.

Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, meminta penamaan orang Jepang ditulis dari nama belakang terlebih dahulu dalam bahasa asing.

Kono mengatakan kepada wartawan bahwa ia berencana meminta media internasional untuk menulis nama orang Jepang dengan gaya Jepang, sehingga, sebagai contoh, nama Perdana Menteri Shinzo Abe menjadi "Abe Shinzo", tulis surat kabar Sankei Shimbun.

Baca Juga:

Ia beralasan bahwa praktik tersebut telah lama diterapkan terhadap nama-nama Asia lainnya, seperti dalam penulisan Presiden China Xi Jinping dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-il.

"Saya berencana untuk meminta organisasi media internasional untuk melakukannya. Media lokal yang memiliki cabang berbahasa Inggris sebaiknya mempertimbangkannya juga," ucapnya.

'Pengaruh budaya barat'

Aktris Jepang Fumiko Orikasa Puramyun31/Wikimedia Commons
Nama aktris Fumiko Orikasa ditulis menggunakan nama belakangnya terlebih dahulu dalam naskah-naskah Jepang.

Penulisan nama-nama Jepang menyimpang dari praktik di kawasan Asia Timur pada abad ke-19 di tengah pengaruh budaya Barat yang berkembang, menurut situs Japan News.

Baca Juga:

Pertanyaan terkait perubahan urutan penulisan nama telah berdekade-dekade diperbincangkan.

Pada bulan Desember tahun 2000, badan penasihat resmi Dewan Bahasa Jepang meminta media dalam negeri, penerbit, serta pihak universitas untuk "menyadari keragaman bahasa dan budaya dan memanfaatkannya - urutan nama belakang dan nama depan diinginkan bahkan dalam huruf Romawi," tulis Sankei Shimbun.

Kono mengutip laporan tahun 2000 itu di bulan Maret ketika ia menyatakan bahwa kementeriannya mempertimbangkan perubahan urutan penulisan nama tersebut ke dalam suatu dokumen resmi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia mengatakan bahwa, kini, dengan pengangkatan Kaisar Naruhito, ditambah agenda internasional yang akan diselenggarakan di Jepang dalam waktu dekat, seperti Konferensi G20 Juni mendatang dan Olimpiade Tokyo 2020, membuat momen ini sangat menguntungkan untuk mengubah urutan penulisan nama.

Kono mendapat dukungan dari sektor lain di pemerintahan Jepang, seperti dari Menteri Pendidikan, Masahiko Shibayama, yang meminta lembaga-lembaga resmi untuk menuliskan nama belakang terlebih dahulu, seperti dilaporkan harian Mainichi Shimbun, meski tidak semua pihak yakin dengan rencana tersebut.

'Banyak faktor'

Juru bicara pemerintah, Yoshihide Suga, mengatakan kepada wartawan bahwa "banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk adat istiadat," lapor Tokyo Shimbun.

Kono dikenal kerap membuat pernyataan publik atas isu-isu sensitif.

Ia telah mengajukan usul untuk mengizinkan lebih banyak imigran masuk untuk menangani masalah populasi Jepang yang menua, serta tentang pendirian tugu peringatan baru bagi korban perang yang tewas untuk mendetoksifikasi kontroversi tentang Kuil Yasukuni, yang menghormati sejumlah penjahat perang.

Dan yang baru-baru ini terjadi, ia memposting sebuah cuitan tentang daging babi asap yang membingungkan, dan membuat warga Jepang bertanya-tanya apakah ia sedang berkomunikasi dengan menggunakan kode.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada