Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, meminta penamaan orang Jepang ditulis dari nama belakang terlebih dahulu dalam bahasa asing.
Kono mengatakan kepada wartawan bahwa ia berencana meminta media internasional untuk menulis nama orang Jepang dengan gaya Jepang, sehingga, sebagai contoh, nama Perdana Menteri Shinzo Abe menjadi "Abe Shinzo", tulis surat kabar Sankei Shimbun.
Ia beralasan bahwa praktik tersebut telah lama diterapkan terhadap nama-nama Asia lainnya, seperti dalam penulisan Presiden China Xi Jinping dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-il.
"Saya berencana untuk meminta organisasi media internasional untuk melakukannya. Media lokal yang memiliki cabang berbahasa Inggris sebaiknya mempertimbangkannya juga," ucapnya.
'Pengaruh budaya barat'
Penulisan nama-nama Jepang menyimpang dari praktik di kawasan Asia Timur pada abad ke-19 di tengah pengaruh budaya Barat yang berkembang, menurut situs Japan News.
Pertanyaan terkait perubahan urutan penulisan nama telah berdekade-dekade diperbincangkan.
Pada bulan Desember tahun 2000, badan penasihat resmi Dewan Bahasa Jepang meminta media dalam negeri, penerbit, serta pihak universitas untuk "menyadari keragaman bahasa dan budaya dan memanfaatkannya - urutan nama belakang dan nama depan diinginkan bahkan dalam huruf Romawi," tulis Sankei Shimbun.
Kono mengutip laporan tahun 2000 itu di bulan Maret ketika ia menyatakan bahwa kementeriannya mempertimbangkan perubahan urutan penulisan nama tersebut ke dalam suatu dokumen resmi.
Ia mengatakan bahwa, kini, dengan pengangkatan Kaisar Naruhito, ditambah agenda internasional yang akan diselenggarakan di Jepang dalam waktu dekat, seperti Konferensi G20 Juni mendatang dan Olimpiade Tokyo 2020, membuat momen ini sangat menguntungkan untuk mengubah urutan penulisan nama.
- Jepang masuki era Reiwa bersama kaisar baru, Naruhito
- Ketika sebuah kata menandai era baru kekaisaran Jepang
- Dapatkah teknologi membantu Anda terdengar seperti penutur bahasa Inggris asli?
Kono mendapat dukungan dari sektor lain di pemerintahan Jepang, seperti dari Menteri Pendidikan, Masahiko Shibayama, yang meminta lembaga-lembaga resmi untuk menuliskan nama belakang terlebih dahulu, seperti dilaporkan harian Mainichi Shimbun, meski tidak semua pihak yakin dengan rencana tersebut.
'Banyak faktor'
Juru bicara pemerintah, Yoshihide Suga, mengatakan kepada wartawan bahwa "banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk adat istiadat," lapor Tokyo Shimbun.
Kono dikenal kerap membuat pernyataan publik atas isu-isu sensitif.
Ia telah mengajukan usul untuk mengizinkan lebih banyak imigran masuk untuk menangani masalah populasi Jepang yang menua, serta tentang pendirian tugu peringatan baru bagi korban perang yang tewas untuk mendetoksifikasi kontroversi tentang Kuil Yasukuni, yang menghormati sejumlah penjahat perang.
Dan yang baru-baru ini terjadi, ia memposting sebuah cuitan tentang daging babi asap yang membingungkan, dan membuat warga Jepang bertanya-tanya apakah ia sedang berkomunikasi dengan menggunakan kode.