Presiden AS Donald Trump secara sepihak akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, kata pejabat tinggi pemerintah.
Namun pejabat tersebut berkata Trump tidak akan langsung memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kabar ini muncul menjelang rencana pidato Trump pada hari ini (06/12).
Sebelumnya, para pemimpin Arab memperingatkan bahwa pemindahan kedubes AS ke Yerusalem dapat menimbulkan reaksi berbahaya. Raja Salman dari Arab Saudi menyebut langkah itu akan menjadi "provokasi terang-terangan terhadap Muslim di seluruh dunia".
Status Yerusalem - situs suci bagi Israel dan Palestina - sangat kontroversial.
- Mengapa Yerusalem menjadi kota suci?
- Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel 'akan timbulkan gejolak ' di dunia Islam
- Trump dikabarkan akan akui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Menlu RI panggil dubes AS
Israel selalu menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya, sedangkan Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina masa depan.
Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, AS menjadi negara pertama yang melakukannya sejak pendirian negara Israel pada 1948.
Apa yang baru saja diumumkan AS?
Pejabat pemerintahan Trump berkata pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dipandang sebagai "pengakuan realitas" oleh sang presiden.
Akan tetapi, perbatasan spesifik kota itu akan tetap ditentukan dengan kesepakatan status yang final, kata sang pejabat. Status situs-situs suci tidak akan terdampak.
Trump juga akan mengarahkan kementerian luar negeri untuk memulai proses pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem - tapi ini bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Ia menjanjikan pemindahan itu kepada para pemilih yang pro-Israel selama kampanye pemilihan presiden.
Sang pejabat AS menambahkan bahwa presiden akan menandatangani surat pernyataan yang menunda pemindahan kedubes dari Tel Aviv ke Yerusalem sampai bangunan baru selesai.
Menjelang pengumuman formal, Trump menelepon beberapa pemimpin negara di kawasan Timur Tengah untuk menyampaikan niatnya memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Bagaimana reaksi dunia?
Sebelum kepastian langkah AS ini, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengatakan kepada Presiden Trump bahwa pemindahan kedutaan atau pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel "akan menjadi provokasi terang-terangan terhadap umat Islam di seluruh dunia", lansir kantor berita pemerintah, Saudi Press Agency.
Gedung Putih mengatakan bahwa sang presiden membicarakan rencana keputusan mengenai Yerusalem dengan semua pemimpin negara di Timur Tengah, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Selasa lalu.
Reaksi para pemimpin negara Arab itu antara lain:
- Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas "memperingatkan konsekuensi berbahaya keputusan itu terhadap proses perdamaian [antara Israel dan Palestina] dan terhadap kedamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan serta dunia"
- Raja Abdullah dari Yordania berkata keputusan itu akan "mengacaukan upaya mengembalikan proses perdamaian" dan memprovokasi Umat Islam. Yordania bertindak sebagai pelindung situs suci agama Islam di Yerusalem
- Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi meminta Presiden Trump "[agar] tidak memperumit situasi di kawasan
Sementara itu, para pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka dilarang melakukan perjalanan pribadi di Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat karena alasan keamanan, menjelang kemungkinan terjadinya unjuk rasa.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel jika AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara itu.
Dan Ismail Haniya, pimpinan kelompok Islamis Hamas yang menguasai Gaza, berkata kepindahan kedubes dan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan melanggar "semua batas"
Perancis, Uni Eropa, dan Liga Arab juga telah menyampaikan kekhawatiran.
Menteri Intelijen Israel, Israel Katz, berkata kepada radio militer Army Radio atau Galei Tzahal bahwa ia mengharapkan Presiden Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negaranya. Ia juga menambahkan, Israel "bersiap untuk segala kemungkinan", termasuk pecahnya kekerasan.