Sejumlah polisi Hong Kong yang berupaya menembus barikade para demonstran di dalam kampus Universitas Politeknik (PolyU) disambut panah dan api.
Pada Senin (18/11) pukul 05.30 waktu setempat, wartawan BBC menyaksikan api berkobar di pintu gerbang PolyU tempat para demonstran melemparkan bom molotov dan menembakkan panah dari balik barikade guna menghalau polisi yang hendak mengambil alih kampus.
- Hong Kong alami resesi pertama dalam satu dekade di tengah unjuk rasa berkepanjangan
- Hong Kong: 'Saya terkena gas air mata saat sedang makan siang'
- Polisi tembak seorang pria dalam keributan di Hong Kong
Seorang anggota polisi dilaporkan mengalami luka pada bagian kaki akibat tembakan panah.
Insiden ini adalah lanjutan dari bentrokan sehari sebelumnya, ketika tembakan gas air mata dan meriam air dibalas bom molotov, batu bata, serta benda-benda lainnya.
https://twitter.com/jamespomfret/status/1196186422404775936
Aparat sudah memperingatkan bahwa mereka bisa menggunakan peluru tajam jika para demonstran tidak berhenti menyerang mereka.
"Dengan ini saya memperingatkan para perusuh untuk tidak memakai bom Molotov, panah, mobil, atau senjata mematikan lainnya untuk menyerang anggota polisi," sebut juru bicara Kepolisian Hong Kong, Louis Lau, melalui pesan Facebook, pada Minggu (17/11).
"Jika mereka meneruskan aksi berbahaya seperti itu, kami tidak ada pilihan kecuali menggunakan kekuatan minimum seperlunya, termasuk peluru tajam, untuk balas menyerang."
Sebelumnya, polisi dilaporkan telah menembakkan peluru tajam untuk membalas apa yang mereka klaim sebagai mobil yang sengaja diluncurkan ke arah polisi dekat universitas.
Bertekad berjuang sampai akhir
Laporan wartawan BBC, Gabriel Gatehouse, di Universitas Politeknik, pukul 04:00 waktu Hong Kong
Hanya yang paling radikal yang tersisa sekarang—atau yang paling berani, tergantung cara pandang Anda.
Sekitar 100 orang berada di persimpangan di luar jalur masuk utama. Di seberang jalan: kendaraan lapis baja polisi dan sebuah truk meriam air.
Setiap 10 menit, kedua kubu bermain kucing dan tikus. Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air berwarna biru. Para demonstran, sembari berlindung di balik payung, merespons dengan melemparkan bom Molotov dan batu yang diluncurkan memakai ketapel rakitan. Kendaraan-kendaraan polisi kemudian mundur. Hasilnya imbang. Tidak maju, tidak juga mundur.
Ada sekian ratus demonstran lainnya di sekitar kampus. Paramedis merawat mereka yang terkena gas air mata atau cairan biru meriam air yang terasa perih di kulit. Lainnya menjaga barikade-barikade di pintu-pintu kampus yang kini dikepung.
Saat polisi mengumumkan tenggat pukul 22.00 bagi para demonstran untuk menyerah atau menghadapi kemungkinan kekuatan mematikan, sejumlah demonstran mengganti pakaian hitam mereka, membuang penutup wajah, dan menghilang di kegelapan. Beberapa ditangkap, tapi sebagian lolos.
Mereka yang tersisa tampak bertekad berjuang sampai akhir, apapun risikonya.
"Jika saya mati, ingatlah saya," kata seorang pemuda kepada saya.
"Kamu yakin itu bisa terjadi?" tanya saya.
Dia mengangkat bahunya dengan gugup.
Bentrokan antara aparat dan demonstran juga terjadi di sekitar kampus. Kebakaran dahsyat dilaporkan sempat berlangsung di jembatan pejalan kaki yang, menurut sejumlah saksi mata, memicu serangkaian ledakan kecil. Dinas pemadam kebakaran api kemudian menghentikan kobaran api.
Sementara itu, sebuah truk polisi di jembatan atas terowongan Cross Harbour, yang menghubungkan Kowloon dan Pulau Hong Kong, dibakar dan dipaksa mundur oleh kerumunan massa demonstran. Mereka berlindung di balik payung sembari melemparkan bom molotov.
Pihak kampus sudah mendesak mereka yang berada di lingkungan kampus untuk hengkang.
"Universitas adalah tempat memajukan pengetahuan dan mengembangkan bakat. Universitas bukan arena pertempuran bagi pertikaian politik dan seharusnya tidak diseret ke konfrontasi yang penuh kekerasan," sebut pernyataan PolyU.
Dalam perkembangan lain, pada Sabtu (16/11), sejumlah prajurit China berpakaian kaus oblong dan bercelana pendek dikerahkan ke jalan-jalan untuk membantu membersihkan puing-puing dan menyingkirkan barikade-barikade.
Inilah untuk pertama kalinya sejak aksi protes meletup, prajurit China—yang jarang meninggalkan barak mereka di Hong Kong—dikerahkan ke jalan.
Rangkaian demonstrasi di Hong Kong, yang dimulai pada Juni lalu, dipicu oleh rencana pemerintah setempat untuk mengekstradisi pelaku kejahatan ke China daratan. Namun, protes berkembang menjadi tuntutan perluasan demokrasi dan penyelidikan atas dugaan kekerasan polisi.
Aksi tak kunjung henti ini menyebabkan Hong Kong untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir mengalami resesi ekonomi.