Di tengah protes menentang rasisme dan kebrutalan polisi yang tengah berlangsung di Amerika Serikat, pasukan penggemar K-pop telah muncul sebagai sekutu penting bagi gerakan Black Lives Matter (BLM).
Para penggemar industri musik populer Korea Selatan telah menghimpun dana untuk BLM dan bergerak untuk meramaikan tagar media sosial yang digunakan oleh lawan-lawan gerakan tersebut, sehingga mendapatkan apresiasi dari para pengunjuk rasa untuk aktivisme politik mereka.
Beberapa mungkin terkejut dengan dampaknya, tapi pengamat K-pop mencatat penggemar telah lama mengorganisir dukungan untuk gerakan sosial dan politik di samping mendukung artis favorit mereka.
Bagaimanapun, dukungan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang rasisme sistemik dalam industri dan budaya penggemar atau fandom, yang mengarah pada seruan agar K-pop mengatasi hubungannya sendiri yang rumit dengan ras.
- 'Saya bisa saja menjadi bintang K-Pop, tapi saya memutuskan untuk mundur'
- George Floyd, yang kematiannya memicu aksi antirasisme di seluruh dunia, dimakamkan di samping pusara ibunya
- Penguin lancang yang tenar di Korea Selatan melebihi BTS
- Jonghyun 'Shinee’ dan 'sisi gelap' industri musik K-pop
Aktivisme fankam
Menyusul pecahnya unjuk rasa di AS, dipicu oleh kematian seorang pria kulit hitam George Floyd, Departemen Kepolisian Dallas meminta masyarakat untuk membagikan video "aktivitas protes ilegal" melalui aplikasi iWatch Dallas.
Penggemar K-pop di seluruh dunia merespons dengan membanjiri aplikasi itu dengan video yang direkam oleh penggemar, dikenal sebagai fankam, dan meme dari berbagai artis K-pop, dalam upaya mencegah polisi melacak tindakan pengunjuk rasa.
Hampir sehari kemudian, aplikasi tersebut dilaporkan mengalami kesulitan teknis meskipun Kepolisian Dallas tidak mengatakan apakah itu karena fankam.
https://twitter.com/DallasPD/status/1267236088755695618
Penggemar K-pop juga mengunggah spam dengan tagar yang digunakan untuk melawan BLM di media sosial, seperti #AllLivesMatter, #BlueLivesMatter dan #WhiteLivesMatter.
Meskipun langkah ini membuat tagar-tagar itu menjadi semakin tren, ia juga menenggelamkan pesan asli mereka.
Penggemar K-pop, yang sebelumnya diejek di dunia maya dan dikritik karena "spam fankam", kini dipuji-puji sebagai sekutu berharga bagi para demonstran.
https://twitter.com/BidenWarRoom/status/1269701169930264583
Banyak artis K-pop menyuarakan dukungan mereka untuk gerakan BLM di Twitter dan Instagram, dan beberapa memberikan sumbangan.
Ketika boy band populer BTS mengumumkan sumbangan $1 juta (Rp14 miliar), fangrup One In An Army (OIAA) mengorganisasi penggalangan dana sendiri dan menyamai jumlahnya dalam waktu kurang dari 24 jam.
https://twitter.com/OneInAnARMY/status/1269793116023926786
Riwayat aktivisme politik
Bagi banyak orang di luar fandom K-pop, aktivisme dan koordinasi politik ini mengejutkan.
Namun, mereka yang mengikuti fenomena K-pop memandang pergerakan penggemar seperti itu dan dampaknya sebagai hal yang wajar.
Para penggemar di Korea Selatan dan seluruh dunia secara rutin menjalankan kampanye yang terkoordinasi dengan baik untuk mempromosikan artis favorit mereka dan mendorong artis itu pada penghargaan dan kesuksesan serta visibilitas yang lebih besar. Keterampilan ini sekarang sedang diterapkan pada gerakan BLM.
- Siapa Breonna Taylor, perempuan yang namanya disebut-sebut dalam unjuk rasa George Floyd?
- Siapa Ahmaud Arbery, pemuda kulit hitam yang tewas di tangan mantan polisi dan anaknya yang 'mengucapkan cercaan rasial'?
- Pertanyaan sederhana yang mengungkap rasisme di Amerika Serikat
- Tiga 'perlakuan tidak adil' yang dialami warga kulit hitam di Amerika Serikat
Hyunsu Yim, seorang wartawan budaya pop untuk The Korea Herald, mengatakan dalam sebuah utas di Twitter, ini bukan pertama kalinya penggemar K-pop membuat dampak politik atau sosial.
Ia mengilustrasikan pendapatnya dengan contoh-contoh aktivisme yang pernah dilakukan penggemar K-Pop: sumbangan untuk satu badan amal di London untuk mendanai lebih dari 35.000 makanan; kampanye menyerukan jalanan yang lebih aman di Bangladesh; dan pemerintah Cile pada 2019 menyalahkan K-pop dan "pengaruh internasional dan media" lainnya atas unjuk rasa yang terjadi di negara itu.
Di Indonesia, penggemar K-Pop menjadi salah satu basis pendukung gerakan mahasiswa menentang revisi undang-undang KPK dan rancangan undang-undang lain yang kontroversial.
https://twitter.com/eleanorbate/status/1268296997339049985
K-pop dan rasisme
Tapi meskipun banyak yang memuji penggemar K-pop karena keterlibatan mereka dalam aksi protes, beberapa menyoroti kekerasan dan pelecehan yang telah lama terjadi terhadap para penggemar dari kelompok kulit hitam, yang membuat banyak dari mereka meninggalkan fandom.
https://twitter.com/TamarWrites/status/1268188145927049216
Tagar seperti #BlackARMYSMatter dan #BlackARMYSEquality menjadi tren di Twitter pada tahun 2018 setelah para anggota kulit hitam dari BTS ARMY mengeluh tentang rasisme di dalam fandom. Penggemar artis lain juga mengeluhkan rasisme di komunitas mereka.
https://twitter.com/AcaOtaku/status/1269297422921895936
Pengamat juga mempertanyakan mengapa idola K-pop - banyak dari mereka menyatakan dukungan untuk aksi protes di AS - sering kali diam dalam perkara diskriminasi di Korea Selatan.
Sebagian alasannya mungkin untuk menghindari reaksi dari penggemar mereka yang lebih konservatif.
Banyak idola perempuan dikritik karena mengekspresikan pandangan feminis, dan banyak yang menyuarakan hak LGBTQ di luar negeri menghindar dari isu-isu seperti itu di negara asalnya.
Agensi juga dapat mengendalikan apa yang dikatakan oleh para artisnya.
Setelah Denise Kim, anggota girlband baru Secret Number, menyatakan dukungan untuk BLM di Instagram, akun Instagram dan SoundCloud-nya dihapus dan akun Instagram agensinya menghapus foto terbarunya.
Para fan mengkritik agensi Kim dan sekarang semakin menyuarakan kemarahan mereka akan tindakan sensor tersebut, serta menuduh para idola sebagai munafik.
Ketika Amber Liu, seorang anggota kelompok gadis f (x), menyerukan agar pembunuh George Floyd didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama, beberapa fan menyoroti bahwa pada tahun 2019 ia mengatakan bahwa seorang pria kulit hitam - yang terlihat dilecehkan dan ditangkap dalam sebuah video viral - "layak mendapatkannya".
Bagi K-pop, industri multi-genre yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan musik kulit hitam, gerakan Black Lives Matter telah menyoroti perlunya para seniman dan penggemar untuk merenung.
Tapi seperti yang ditunjukkan oleh protes-protes ini, dampaknya terhadap masyarakat tidak bisa diremehkan. Ketika dimanfaatkan untuk suatu gerakan, K-pop berpotensi membuat perbedaan.