Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Covid-19: Diskusi paket stimulus Uni Eropa 'buntu' dan 'dibumbui emosi'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Merkel, Macron, Sanna Marin dan Stefan Lofven EPA
Pemimpin negara-negara Uni Eropa sulit sepakat soal dana pemulihan ekonomi pasca pandemi

Perdebatan para pemimpin negara-negara Uni Eropa (EU) soal jumlah dana yang besar guna memulihkan ekonomi pasca pandemi virus corona telah memasuki hari keempat.

Mereka dikabarkan memiliki perbedaan yang mendalam. Para pemimpin negara Uni Eropa tengah mencoba negosiasi soal dana pemulihan ekonomi dan menetapkan anggaran jangka panjang bagi blok ekonomi tersebut.

Baca Juga:

Beberapa negara anggota meyakini paket dana pemulihan yang diajukan sebesar 750 miliar euro, atau 857 miliar dolar AS, terlalu besar dan sebaiknya diberikan kepada anggota sebagai pinjaman yang harus dilunasi, bukan dana hibah.

Diskusi di antara pimpinan negara-negara EU tersebut dilaporkan penuh tantangan, dan terkadang dibumbui emosi.

Kantor berita AFP melaporkan pada Senin pagi waktu setempat, Presiden Perancis Emmanuel Macron memukul meja dengan tangannya dan mengancam untuk keluar dari diskusi.

Baca Juga:

Diskusi kembali dijadwalkan pada Senin (20/07) pukul 12.00 waktu Inggris.

Lantaran diskusi masih buntu sampai Minggu malam, Presiden Dewan Uni Eropa mengingatkan para pemimpin bahwa lebih dari 600.000 orang di dunia telah meninggal karena virus corona. Ia berharap bahwa "judul berita besok adalah Uni Eropa telah menyelesaikan misi yang tidak mungkin."

Pada Senin pagi, total kasus positif virus corona di dunia hampir mencapai 14,5 juta.

Gejolak perundingan Uni Eropa: Pinjaman atau hibah?

Para pemimpin negara-negara Uni Eropa pertama kali bertemu pada Jumat (17/07) di Brussels untuk membahas anggaran tujuh-tahunan blok itu sebesar satu triliun euro dan rencana paket stimulus guna membantu pemulihan ekonomi negara-negara anggota.

Itu adalah rapat tatap muka pertama antara para pimpinan EU sejak banyak negara menutup wilayahnya, atau lockdown, guna menghentikan penyebaran virus corona pada Maret lalu.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel (kiri) dengan Angela Merkel, Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) Getty Images
Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel (kiri) dengan Angela Merkel, Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan)

Negara-negara anggota Uni Eropa dapat digolongkan menjadi dua: mereka yang terkena dampak parah pandemi dan mereka yang khawatir soal biaya dari rencana pemulihan ekonomi.

Beberapa negara di utara Eropa seperti Belanda dan Swedia telah menentang rencana paket stimulus. Mereka berpendapat bahwa stimulus sebaiknya diberikan sebagai pinjaman, bukan hibah.

Namun negara-negara seperti Italia dan Spanyol sangat membutuhkan bantuan untuk memulihkan ekonomi mereka yang hancur. Mereka menuding Uni Eropa belum berbuat cukup banyak untuk membantu negara-negara yang paling terdampak. Italia, khususnya, adalah salah satu negara Eropa yang paling awal dihantam pandemi dan telah mencatatkan 35.000 korban meninggal dunia, salah satu yang tertinggi di dunia.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan Eropa "tengah diperas oleh 'orang-orang pelit'" dan ia menggambarkan negosiasi yang tengah berjalan "panas."

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menuding PM Belanda Mark Rutte memiliki balas dendam pribadi dan mencoba mengaitkan bantuan finansial tersebut dengan masalah politik. Orban, dan sekutunya Polandia, telah mengancam untuk menggunakan hak veto atas paket stimulus itu jika Uni Eropa mengadopsi kebijakan untuk menahan bantuan bagi negara-negara yang tidak memiliki beberapa prinsip demokrasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan diskusi "masih menemui hambatan", namun ada kemungkinan mereka dapat mencapai kesepakatan.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan: "Saya masih tidak bisa mengatakan apakah kami akan menemukan solusi. Ada banyak niat baik tapi banyak negara juga memiliki posisi berbeda."

Bagaimana situasi Eropa saat ini?

Banyak negara-negara Eropa telah mengakhiri lockdown, namun virus corona masih menjadi ancaman besar.

Petinggi negara-negara EU menghadapi ancaman penyebaran lokal, dengan penyebaran terbesar terjadi di Catalonia, wilayah timur laut Spanyol. Sekitar empat juta orang di Barcelona, La Noguera, dan El SegriĆ  telah diperintahkan untuk tinggal di rumah selama 15 hari.

Pembatasan yang diterapkan di sana antara lain adalah larangan menggelar pertemuan pribadi atau publik dengan lebih dari 10 orang, larangan mengunjungi rumah jompo, serta penutupan pusat kebugaran dan klub malam.

Komisioner anggaran Uni Eropa mengunggah "pengingat serius" yang mengatakan bahwa pandemi "belum usai" lewat akun Twitter-nya pada Sabtu (18/07).

"Kini waktunya untuk meraih kesepakatan yang akan memungkinkan kita menyediakan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh warga dan ekonomi kita," tulisnya.

Bagaimana situasi wabah di wilayah lainnya di dunia?

Pada Sabtu (18/07), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatatkan jumlah kenaikan kasus Covid-19 harian terbesar di dunia. Kenaikan terbesar dicatat di Brazil, India, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.

Florida kini menjadi episentrum epidemi virus corona di AS. Negara bagian itu mencatat lebih dari 10.000 kasus positif Covid-19 baru dan lebih dari 90 kematian pada Sabtu (18/07), sehingga total kasusnya lebih dari 337.000 dan total pasien meninggal menjadi lebih dari 5.000.

Peta jumlah kasus di AS BBC

Di Brazil, di mana wabah virus corona dan langkah-langkah untuk menghentikan penyebarannya sangat dipolitisasi, jumlah kasus terus bertambah. Hal ini terjadi meskipun WHO mengumumkan minggu lalu bahwa total infeksi tidak lagi naik secara cepat.

Ilmuwan juga telah mewanti-wanti bahwa India belum mencapai puncak pandemi --masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan-- meskipun telah memiliki jumlah kasus tertinggi ketiga di dunia. Rumah-rumah sakit di kota yang paling terdampak, seperti Mumbai dan Bangalore, kesulitan menangani pasien.

Pada Sabtu (18/07), India mencatat kenaikan kasus harian sebanyak 34.884, dan menambah 671 jumlah pasien meninggal.

Afrika Selatan juga mencatatkan salah satu kenaikan harian terbesarnya. Negara itu memiliki jumlah kasus terbesar di benua Afrika.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada