Ayah dari seorang pria kulit hitam yang ditembak oleh polisi menolak untuk "berpolitik" terkait kehidupan putranya ketika Presiden Donald Trump mengunjungi kota Kenosha pada Selasa (01/09).
Penembakan atas Jacob Blake telah memicu gelombang baru protes antirasisme di AS, yang mendorong seruan kepada Presiden Trump agar mengakui dia dan keluarganya.
Presiden akan menemui para aparat kepolisian dalam kunjungan itu, tetapi tidak berencana bertemu keluarga Blake.
Kunjungan Trump ini diiringi slogan "hukum dan ketertiban" yang menjadi sangat dipolitisasi menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November.
- Jacob Blake: Siapa remaja berusia 17 tahun yang diduga menembaki demonstran menyusul kematian Jacob Blake di Wisconsin?
- Jacob Blake: Polisi penembak pria kulit hitam AS 'sebanyak tujuh kali' hingga lumpuh, disebutkan namanya
- George Floyd: Mengapa demonstrasi damai memprotes kematian George Floyd bisa berubah menjadi kerusuhan
Dalam wawancara dengan CNN, ayah Blake, Jacob Blake Senior, mengatakan kehidupan putranya lebih penting ketimbang pertemuan dengan Presiden Trump.
"Saya tidak sedang berpolitik. Ini semua tentang anak saya. Ini tidak ada hubungannya dengan a photo op (kesempatan foto dengan pejabat)," katanya.
Para pejabat lokal telah mendesak Trump agar tidak mengunjungi Kenosha, yang terletak di negara bagian Wisconsin.
Alasannya, merela khawatir kehadirannya di kota itu dapat kembali memicu gelombang protes yang telah mereda dalam beberapa hari terakhir.
Namun Trump telah menolak permintaan tersebut, dan menuduh sejumlah walikota dan gubernur yang berasal dari Partai Demokrat gagal mengatasi aksi kekerasan.
Dia kemudian mendorong penegakan hukum dan ketertiban yang kuat dalam upayanya untuk memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih, meskipun para pengkritiknya menuduhnya telah memicu ketegangan.
Menjelang kunjungannya ke Kenosha, Trump mengatakan dia tidak akan bertemu keluarga Blake karena mereka ingin menghadirkan pula pengacaranya.
Trump juga membela seorang remaja pendukungnya yang dituduh menembak mati dua pria di tengah unjuk rasa memprotes penembakan Blake.
Dia menduga Kyle Rittenhouse, 17 tahun, melakukannya untuk membela diri.
"Saya kira dia dalam masalah besar, dia kemungkinan akan dibunuh," kata Trump kepada wartawan.
Apa yang dikatakan ayah Blake?
"Ini bukan politik. Ini tentang kehidupan anak saya," kata Blake Senior, seraya menambahkan bahwa putranya masih mengalami kelumpuhan dari pinggang hingga bagian bawah.
Jacob Blake, 29 tahun, ditembak beberapa kali di bagian punggungnya oleh seorang anggota polisi saat proses penangkapan, ketika Blake mencoba masuk ke dalam mobil.
Saat itu ketiga anaknya duduk di dalam mobil itu.
"Kami sedang membicarakan seseorang yang beberapa pekan lalu bersama anak-anaknya dan berbicara dengan saya di telepon dan tertawa, dengan seseorang yang tidak bisa menggerakkan kakinya," katanya.
Aparat polisi yang terlibat dalam penembakan Blake pada 23 Agustus lalu, bernama Rusten Sheskey, telah diberi sanksi administratif selama proses penyelidikan.
Ayah Blake mengaku "menerima sejumlah ancaman" semenjak anaknya ditembak.
Ditanya bagaimana keluarganya mengatasi hal itu, dia mengatakan dia harus membawa anaknya yang lain ke rumah sakit karena dia mengalami depresi. Anaknya itu berusia 20 tahun.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi menambahkan: "Sangat menyedihkan buat saya bagaimana masyarakat tidak memahami tekanan yang kami rasakan."
Mengapa kunjungan Trump ke Kenosha kontroversial?
Gubernur negara bagian Wisconsin, yang juga politikus Partai Demokrat, Tony Evers, mendesak Trump agar mempertimbangkan kembali rencananya mendatangi kota Kenosha.
Dia memperingatkan bahwa kehadiran Trump akan "menghalangi proses penyembuhan" warga kota itu yang mengalami trauma.
Gedung Putih mengatakan presiden diharapkan bertemu dengan aparat kepolisian dan mendatangi "berbagai bangunan yang rusak akibat kerusuhan baru-baru ini".
Apa yang terjadi di Portland?
Portland di negara bagian Oregon, juga menjadi pusat unjuk rasa semenjak gelombang protes Black Lives Matter yang dipicu pembunuhan seorang warga AS berkulit hitam lainnya - George Floyd - pada Mei lalu.
Floyd meninggal di Minneapolis setelah seorang petugas polisi berlutut di lehernya dalam rentang waktu yang lama selama proses penangkapan.
Pada Juli lalu, pemerintahan Trump mengerahkan pasukan federal ke Portland, seolah-olah untuk melindungi gedung pengadilan federal dan properti lainnya.
Namun pasukan ini kemudian ditarik di tengah tuduhan bahwa aksi tindakan kekerasan mereka telah memicu adanya kerusuhan.
Pada Sabtu malam, aktivis sayap kanan Aaron "Jay" Danielson, 39 tahun, ditembak mati di kota itu setelah dia terlihat akan melindungi kendaraan yang ditumpangi para pendukung Trump dari serangan pengunjuk rasa anti rasialis.
Diminta untuk mengutuk para pendukungnya yang menembakkan butiran peluru plastik berisi cat (paint pellets) saat bentrokan dengan demonstran anti-rasisme pada malam yang sama, Trump menggambarkan aksi protes itu "berjalan damai" dan mengatakan keberadaan cat itu merupakan "mekanisme pertahanan, dan cat bukanlah peluru".
Dia berkata kepada seorang wartawan: "Pendukungmu, dan mereka memang pendukung Anda, menembak seorang pemuda ... dan membunuhnya, bukan dengan cat tetapi dengan peluru. Dan saya pikir itu memalukan."
Sejumlah media melaporkan bahwa seorang pria yang menyebut dirinya anti-fasis tengah diselidiki atas kematian Danielson.
Sementara itu, aksi protes meletus di Los Angeles, California, pada Senin malam setelah terjadi insiden seorang polisi menembak mati seorang pria kulit hitam di kawasan selatan kota itu.
Polisi mengatakan pria itu - yang disebutkan di media lokal sebagai Dijon Kizzee yang berusia 29 tahun - melarikan diri setelah petugas melihatnya mengendarai sepeda motor dan melakukan tindakan melawan hukum.
Menurut polisi, pria itu ditembak di akhir pengejaran, setelah diduga memukul seorang petugas dan menjatuhkan buntelan pakaian yang dibawanya.
"Para petugas memperhatikan bahwa di dalam buntelan pakaian yang dia jatuhkan ada pistol semi-otomatis berwarna hitam," kata seorang perwira polisi setempat, Letnan Brandon Dean, kepada wartawan.