Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Kim Kardashian West dan puluhan selebritas boikot Facebook karena 'ujaran kebencian', apa tanggapan Zuckerberg?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Bintang reality show Kim Kardashian West Reuters

Kim Kardashian West dan puluhan selebriti lainnya mengumumkan bahwa mereka akan membekukan akun media sosial untuk memprotes penyebaran "kebencian, propaganda, dan misinformasi".

"Informasi salah yang dibagikan di media sosial berdampak serius," tulis Kardashian West dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Baca Juga:

Langkah tersebut merupakan bagian dari kampanye #StopHateforProfit yang diprakarsai sekelompok aktivis hak-hak sipil.

Para selebriti akan membekukan akun mereka selama 24 jam pada hari Rabu.

"Saya tidak bisa duduk dan diam saja sementara platform ini terus memungkinkan penyebaran kebencian, propaganda, dan misinformasi — yang dibuat oleh kelompok-kelompok untuk menuai perpecahan dan memecah-belah Amerika," kata Kardashian West.

Baca Juga:

"Misinformasi yang dibagikan di media sosial berdampak serius pada pemilu dan merusak demokrasi kami," imbuhnya.

Selebritas lainnya yang telah setuju untuk ambil bagian dalam boikot termasuk aktor Leonardo DiCaprio, Sacha Baron Cohen, dan Jennifer Lawrence, serta penyanyi Katy Perry.

"Saya tidak bisa diam saja sementara platform ini menutup mata terhadap grup-grup dan pos-pos yang menyebarkan disinformasi penuh kebencian," tulis Perry di Instagram.

Aktor Ashton Kutcher, yang memiliki jutaan pengikut dan juga bergabung dengan boikot, mengatakan "perangkat ini tidak dibuat untuk menyebarkan kebencian [dan] kekerasan".

Katy Perry dan Orlando Bloom Getty Images
Katy Perry dan Orlando Bloom juga bergabung dengan boikot.

Penyelenggara kampanye #StopHateforProfit, yang diluncurkan pada bulan Juni, menuduh Facebook dan Instagram tidak berbuat cukup banyak untuk menghentikan ujaran kebencian dan disinformasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelompok tersebut berfokus pada Facebook, yang juga memiliki Instagram dan WhatsApp, dan tahun lalu menarik pendapatan iklan sebesar hampir $70 miliar (Rp1,04 triliun).

Ribuan bisnis dan kelompok pegiat hak-hak sipil terkemuka - termasuk Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (NAACP) dan Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (AD) - telah mendukung kampanye tersebut.

"Kami dengan cepat mendekati salah satu pemilihan paling penting dalam sejarah Amerika," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan. "'Perubahan' Facebook yang samar-samar dan tidak terawasi masih jauh dari apa yang diperlukan untuk melindungi demokrasi kita."

Pada bulan Juni, Facebook mengatakan akan melabeli kiriman yang berpotensi berbahaya atau menyesatkan yang tidak ditarik karena memiliki nilai berita.

Mark Zuckerberg Reuters
Boikot puluhan perusahaan terhadap Facebook dilaporkan membuat kekayaan bersih pribadi Zuckerberg berkurang $7,2 miliar.

Pendiri Facebook Mark Zuckerberg juga berkata perusahaan media sosial itu akan melarang iklan yang berisi klaim "bahwa orang dari ras, etnis, asal kebangsaan, afiliasi agama, kasta, orientasi seksual, identitas gender, atau status imigrasi tertentu" adalah ancaman bagi orang lain.

"Pemilu 2020 sudah dipastikan akan memanas," tulisnya dalam sebuah pernyataan. "Selama momen ini, Facebook akan mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk membantu semua orang tetap aman [dan] tetap terinformasi."

Namun kampanye #StopHateforProfit menuntut agar Facebook berbuat lebih banyak, dan lebih dari 90 perusahaan kemudian menangguhkan iklan untuk mendukung upayanya.

Sebagai akibat dari boikot tersebut, saham di Facebook jatuh secara dramatis dan media AS melaporkan bahwa kekayaan bersih pribadi Zuckerberg berkurang $7,2 miliar.

Regulator dan pembuat kebijakan di seluruh dunia khawatir dengan pertumbuhan ujaran kebencian, tidak hanya di Facebook tapi di semua platform media sosial, dengan banyak negara membuka penyelidikan tentang bagaimana perusahaan teknologi menangani masalah ini.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada