Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Covid-19: Vatikan sebut vaksin virus corona 'secara moral dapat diterima', meski dibuat dari jaringan sel janin hasil aborsi

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Pope Francis (file photo) Reuters
Pope Francis

Vatikan menyatakan penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan menggunakan jaringan sel dari janin hasil diaborsi "secara moral dapat diterima".

Dalam pernyataannya pada Senin (21/12), Kongregasi Doktrin Iman Vatikan menyebut jika tidak ada alternatif lain, vaksin semacam itu "dapat digunakan dengan hati nurani yang baik".

Baca Juga:

Dalam beberapa bulan terakhir, Kongregasi telah menerima beberapa permintaan panduan terkait penggunaan vaksin untuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, yang dalam proses penelitian dan produksi menggunakan lini sel yang diambil dari jaringan yang diperoleh dari janin hasil aborsi yang terjadi puluhan tahun lalu.

Namun Vatikan menegaskan diperbolehkannya penggunaan vaksin yang dikembangkan dari jaringan sel janin yang diaborsi tidak serta merta melegitimasi praktik aborsi.

"Semua vaksinasi yang diakui aman dan efektif secara klinis dapat digunakan dengan hati nurani yang baik," tulis Kongregasi Doktrin Iman Vatikan dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:

"Namun, harus ditekankan bahwa penggunaan yang sah secara moral dari jenis vaksin ini, dalam kondisi tertentu yang membuatnya demikian, tidak dengan sendirinya merupakan legitimasi, bahkan tidak langsung, dari praktik aborsi, dan dengan sendirinya dianggap bertentangan dengan praktik ini oleh mereka yang menggunakan vaksin ini," tulis pernyataan itu.

Vatikan pula menegaskan pernyataan itu hanya untuk mempertimbangkan aspek moral dari penggunaan vaksin untuk Covid-19 yang telah dikembangkan dari lini sel yang berasal dari jaringan yang diperoleh dari dua janin yang diaborsi namun tidak secara spontan.

Pernyataan yang telah mendapat persetujuan dari Paus Fransiskus, juga mengatakan ada "keharusan moral" untuk memastikan bahwa negara-negara yang lebih miskin menerima akses ke vaksin yang efektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pro dan kontra terkait virus corona telah memecah belah tokoh gereja. Namun, Konferensi Uskup Katolik AS menyetujui penggunaan vaksin.

Scientist in the lab Getty Images
Vaksin untuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 disebut menggunakan lini sel yang diambil dari jaringan yang diperoleh dari janin hasil aborsi yang terjadi puluhan tahun lalu.

"Mengingat urgensi krisis ini, kurangnya vaksin alternatif yang tersedia, dan fakta bahwa hubungan antara aborsi yang terjadi puluhan tahun lalu, inokulasi dengan vaksin Covid-19 baru dalam keadaan dapat dibenarkan secara moral," kata sebuah dokumen yang diterbitkan oleh dua anggota kelompok itu.

Dikatakan bahwa inokulasi yang diproduksi oleh perusahaan vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna, yang keduanya menggunakan lini sel yang berasal dari janin yang diaborsi untuk menguji vaksin mereka, lebih dipilih daripada vaksin Oxford/AstraZeneca, yang menggunakan sel tersebut dalam tahapan desain, pengembangan, produksi dan pengujian.

Namun, jika tidak ada pilihan yang tersedia, "diperbolehkan untuk menerima vaksin AstraZeneca", kata dokumen itu.

Beberapa negara dengan jumlah kasus virus corona tertinggi memiliki populasi Katolik yang signifikan, termasuk Brasil, Meksiko, Italia, dan Spanyol.

Berita tentang keputusan Vatikan tentang masalah ini muncul ketika kantor berita AFP melaporkan bahwa dua kardinal yang dekat dengan Paus Fransiskus dinyatakan positif terpapar virus corona.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada