Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Militer Myanmar 'usir' dubesnya di Inggris yang dukung Aung San Suu Kyi, tak boleh masuk lagi ke gedung kedubes di London

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Duta besar Myanmar untuk Inggris Kyaw Zwar Minn (kanan) berbicara kepada polisi di luar kantor kedutaan di London. PA Media
Duta besar Myanmar untuk Inggris Kyaw Zwar Minn (kanan) berbicara kepada polisi di luar kantor kedutaan di London.

Duta Besar Myanmar di London mengatakan dia tidak diperbolehkan lagi masuk ke kantor kedutaannya.

Kyaw Zwar Minn mengatakan para staf diminta meninggalkan gedung oleh atase militer Myanmar dan dia diberi tahu bahwa dia bukan lagi perwakilan negara.

Baca Juga:

"Saya telah terkunci [dari kedutaan]," katanya kepada kantor berita Reuters.

Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari, memicu aksi protes dan kekerasan yang semakin meningkat selama berminggu-minggu. Kyaw Zwar Minn telah menyerukan pembebasan pemimpin demokrasi yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.

Lebih dari 500 orang - termasuk puluhan anak - telah tewas sejauh ini, seiring para pengunjuk rasa pro-demokrasi menuntut pengembalian kekuasaan kepada pemimpin terpilih Suu Kyi dan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Baca Juga:

Kyaw Zwar Minn menggambarkan peristiwa yang terjadi hari Rabu (07/04) itu sebagai "semacam kudeta, di tengah kota London", lansir Reuters. "Kudeta seperti ini tidak akan terjadi," dia menambahkan.

Sang duta besar dipotret Reuters saat sedang berdiri di jalan di luar kedutaan Myanmar di Mayfair, London, berbicara dengan petugas dari kepolisian Metropolitan.

https://twitter.com/hninyadanazaw/status/1379858444262379522


Polisi dilaporkan dipanggil untuk menghentikan para staf masuk kembali ke dalam gedung.

Sejak itu, pengunjuk rasa telah berkumpul di luar gedung kedutaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada bulan Maret, Kyaw Zwar Minn meminta pembebasan Suu Kyi dan mengatakan kepada BBC bahwa Myanmar "terpecah" dan berisiko mengalami perang saudara.

Dia menegaskan bahwa pernyataannya tidak "mengkhianati negara", menambahkan bahwa dia berdiri di jalan "tengah".

Sang Dubes, yang merupakan mantan kolonel militer, dipuji oleh Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, yang menyebut "keberanian dan patriotisme"-nya.

Wakil Dubes Chit Win dikatakan telah mengambil alih tanggung jawab di London, lapor Reuters dengan mengutip para diplomat yang mengetahui masalah tersebut.

Seorang juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan kepada BBC bahwa mereka sedang "mencari klarifikasi tentang status duta besar Myanmar di London, sejalan dengan protokol diplomatik".

Militer Myanmar merebut kekuasaan di negara itu setelah menggulingkan pemerintah dan menyatakan keadaan darurat.

Beberapa hari kemudian, gerakan protes mulai muncul, yang dengan cepat mendapat momentum, membuat ratusan ribu orang turun ke jalan untuk berunjuk rasa.

Pekan lalu, Suu Kyi didakwa melanggar undang-undang rahasia negara dari era kolonial, yang diganjar hukuman hingga 14 tahun penjara.


Profil Myanmar

  • Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, merdeka dari Inggris pada tahun 1948. Selama sebagian besar sejarah modernnya, Myanmar dikuasai oleh militer
  • Pembatasan mulai melonggar sejak 2010 dan seterusnya, yang mengarah pada pemilihan umum bebas pada 2015 dan pelantikan pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi pada tahun berikutnya.
  • Pada 2017, tentara Myanmar merespons serangan terhadap polisi oleh militan Rohingya dengan tindakan kekerasan yang mematikan, mendorong lebih dari setengah juta Muslim Rohingya mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh.
  • Tindakan militer kemudian disebut PBB sebagai "contoh nyata pembersihan etnis".
Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada