Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Pria China diculik, dibunuh dan mayatnya ditukar untuk kremasi dalam kejahatan pertukaran jenazah

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Peti jenazah di China Getty Images
Pihak berwenang di sejumlah daerah di China melarang penguburan mayat.

Seorang pria China yang mengalami sindrom down diculik dan dibunuh sebagai bagian dari skema pertukaran mayat yang rumit.

Ini dilakukan untuk menyiasati larangan pemakaman secara tradisional di banyak daerah di China. Guna menyiasatinya, satu keluarga menyewa seseorang untuk memberikan mayat pengganti yang kemudian dikremasi.

Baca Juga:

Namun tanpa sepengetahuan keluarga itu, mayat yang diserahkan adalah penderita sindrom down yag sengaja dibunuh untuk memenuhi pesanan mayat.

Pembunuhan itu sendiri terjadi pada tahun 2017 tetapi baru ramai diberitakan pekan lalu sesudah muncul sebuah tulisan tentang peristiwa itu.

Laki-laki yang disewa untuk menyerahkan mayat - diidentifikasi dengan nama depannya Huang - sebelumnya dijatuhi hukuman mati tetapi pelaksanaannya ditangguhkan. Demikian keterangan dari Pengadilan Tinggi Guangdong.

Bagaimana mayat didapat?

Baca Juga:

Berdasarkan dokumen pengadilan, pada tahun 2017 Huang ditawari uang oleh keluarga itu untuk menyediakan mayat karena keluarga ingin menguburkan anggota keluarganya yang meninggal secara tradisional.

Mereka tinggal di kota Shanwei, Provinsi Guangdong, yang mengharuskan semua mayat dikremasi.

Keluarga itu menduga Hung akan mencari mayat, tetapi ternyata ia membunuh seseorang untuk memenuhi pesanan.

Ketika melihat seorang laki-laki dengan sindrom Down memungut sampah di jalan, Hung mengajaknya masuk mobil dan memberikan minuman alkohol hingga tak sadarkan diri.

Ia lantas menyimpan mayat itu dalam peti jenazah dan beberapa hari kemudian ia menyerahkannya kepada keluarga yang memesan mayat itu dengan imbalan uang.

Keluarga menyerahkan uang sebesar 107.000 yuan atau sekitar Rp240 juta. Dari jumlah itu, Hung mengantongi Rp200 juta, sedangkan sisanya diberikan kepada seorang perantara yang kini telah meninggal dunia.

Menukar peti jenazah

Keluarga yang bersangkutan lalu menempuh proses kremasi mayat yang ada di dalam peti jenazah yang diserahkan oleh Huang, seolah mayat itu adalah anggota keluarganya sendiri.

Mayat asli dari keluarga itu sendiri secara diam-diam dikubur sebagaimana lazimnya tradisi pemakaman.

Tempat penyimpanan abu jenazah China Getty Images
Abu jenazah biasanya disimpan di perabuan.

Setelah korban hilang pada 2017, ia dilaporkan sebagai warga yang hilang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepolisian memerlukan waktu lebih dari dua tahun sebelum berhasil membongkar kejahatan ini dan melacak pelaku.

Pada September 2020, Huang dijatuhi hukuman mati yang pelaksanaannya ditangguhkan. Ia mengajukan banding atas keputusan pengadilan.

Pada akhirnya permohonan banding Huang ditolak Pengadilan Tinggi Guangdong pada Desember 2020 dan hukuman mati yang eksekusinya ditunda itu dikukuhkan oleh pengadilan.

Ini berarti Hung akan menjalani hukuman penjara seumur hidup jika ia tidak mengulangi kejahatannya dalam tempo dua tahun.

Keluarga yang menyewa Huang dinyatakan bersalah "menghina mayat", tetapi tidak dijatuhi hukuman penjara. Tidak jelas apakah mereka dikenai denda sebagai ganti dari hukuman penjara.

Berita ini baru mencuat pekan lalu setelah portal berita menerbitkan tulisan tentang keluarga korban.

Upaya China melarang penguburan

Pemakaman sebagaimana lazimnya merupakan praktik yang disukai oleh masyarakat di China. Warga mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk biaya penguburan dan membeli peti jenazah atas keyakinan langkah tersebut merupakan bentuk bakti kepada leluhur.

Namun China menggalakkan upaya mencegah warga melakukan pemakaman dan bahkan sebagian daerah sudah terang-terangan menerapkan larangan penguburan.

Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan lahan dan prakti pemakaman yang mewah.

Sebuah peraturan terbitan tahun 1997 berisi bahwa "daerah-daerah berpenduduk padat yang hanya mempunyai lahan sempit dan sarana transportasi terbatas, semestinya melakukan kremasi.

"Daerah-daerah yang tidak memenuhi syarat-syarat itu boleh melaksanakan praktik pemakaman".

Pertukaran jenazah bukan kali ini saja terjadi di China, dan sebagian besar praktik tersebut terjadi di wilayah pedesaan. Penduduk pedesaan menekankan pentingnya pemakaman seperti lazimnya.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada