Menteri Kesehatan Chile, Enrique Paris, memberikan pesan yang suram dalam jumpa pers hariannya tentang Covid dalam beberapa hari terakhir.
Jumlah kasus harian mencapai rekor baru tertinggi pada 9 April, melebihi 9.000 kasus.
Ini pertama kalinya terjadi semenjak pandemi dimulai dan jauh lebih tinggi dari puncak sebelumnya yang hanya di bawah 7.000 kasus pada pertengahan Juni silam.
"Ini mengkhawatirkan," katanya Jumat lalu. "Kita sedang melalui momen kritis pandemi ... Saya mendorong Anda untuk menjaga diri Anda sendiri, orang yang Anda cintai, keluarga Anda."
Unit perawatan intensif kembali kewalahan, dan Chile untuk kedua kalinya menutup perbatasannya bagi siapapun yang bukan warga negaranya.
Pemerintah Chile juga menerapkan kebijakan lockdown bagi sebagian besar dari 18 juta penduduknya.
"Rasanya kita seperti mundur lagi," kata seorang warga kota Santiago, Sofía Pinto.
"Kami perlu izin khusus secara online agar dibolehkan keluar hanya dua kali sepekan untuk hal-hal penting seperti belanja makanan atau kunjungan ke dokter."
Perasaan frustrasi dan kebingungan yang dirasakan banyak orang Chile atas kebijakan lockdwon yang diperbarui ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa hanya dua bulan lalu, Presiden Sebastián Piñera membual bahwa Chile merupakan salah-satu negara tercepat meluncurkan program vaksinasi.
Apa yang salah?
Para kritikus menuduh pemerintahan Pinera terjebak suasana keberhasilan program peluncuran vaksin dan terlalu cepat melonggarkan kebijakan pembatasan virus corona.
Seperti halnya pemerintahan lainnya di seluruh dunia, para pejabat pemerintah di sini menghadapi pilihan sulit.
Perbatasan Chile telah ditutup — kecuali beberapa pengecualian — mulai Maret hingga November 2020.
Tetapi setelah kebijakan lockdownn yang ketat telah mendorong penurunan kasus rata-rata tujuh hari menjadi 1.300 kasus pada November, keputusan diambil untuk membuka kembali perbatasan, termasuk bagi wisatawan internasional. .
Warga Chili juga diberi izin liburan khusus untuk bepergian lebih bebas ke seluruh negeri selama liburan musim panas di belahan bumi selatan, setelah sejumlah pakar berpendapat hal itu penting bagi kesehatan mental masyarakat.
Restoran, toko, dan resor liburan dibuka untuk mendongkrak perekonomian yang sempat goyah.
Baca juga:
- Bagaimana vaksin pertama diciptakan?
- Vaksin Covid-19 buatan Moderna diklaim hampir 95% efektif beri perlindungan
- Polisi bongkar 'jaringan pemalsu vaksin', seberapa besar masalah vaksin palsu?
Cepat, tapi bukan waktu yang tepat untuk liburan
Dan walaupun peluncuran program vaksinasi memang berjalan cepat, yang baru dimulai pada akhir Desember, dengan mengutamakan terlebih dulu para perawat kesehatan yang berada di garis depan, orang-orang berusia di atas 90 tahun, dan para guru.
Jadi, sebagian besar warga Chile belum divaksinasi ketika mereka bertemu dengan kerabat dan teman-temannya saat liburan musim panas pada Januari dan Februari.
Selain itu, penyebaran varian virus baru yang lebih mudah ditularkan, seperti varian P.1, yang diperkirakan telah muncul di negara bagian Amazonas, Brasil, pada November lalu.
Dr Susan Bueno, profesor imunologi dari Universitas Katolik Pontifical, mengatakan adanya lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini meru[akan "persoalan multi-faktor", namun menurutnya kehadiran varian baru "berdampak besar".
Dia mengatakan pesan tentang bagaimana mencegah penularan, seperti memakai masker dan mencuci tangan, juga agak diabaikan selama bulan-bulan musim panas di Chile.
Hal itu, sambungnya, "kemungkinan salah satu penyebab wabah yang kita lihat sekarang".
Kebingungan CoronaVac
Ada juga kebingungan tentang cara kerja vaksin yang diterima sebagian besar warga Chile, ungkap Prof Bueno.
Lebih dari 93% dosis yang diberikan di Chile sejauh ini adalah CoronaVac, yang diproduksi oleh perusahaan biofarmasi Sinovac yang berbasis di Beijing, China.
Data tentang kemanjuran vaksin CoronaVac bervariasi. Uji coba di Brasil menunjukkan tingkat kemanjuran sekitar 50,4%, tetapi hasil dari uji coba tahap akhir di Indonesia dan Turki menunjukkan tingkat yang jauh lebih tinggi — antara 65% dan 83%.
Sebuah studi yang diterbitkan Universitas Chile pada pekan lalu mengamati tingkat perlindungan vaksin yang ditawarkan setelah dosis pertama dan kedua.
Hasil studi itu memperlihatkan bahwa CoronaVac 56,5% efektif dalam melindungi warga dari infeksi selama dua pekan setelah mereka menerima dosis kedua, tetapi angkanya hanya 3% dalam rentang waktu antara dosis pertama dan kedua.
Hal ini mungkin memberikan petunjuk penting mengapa kasus positif masih meningkat di Chile, di mana lebih dari 7,4 juta orang telah menerima suntikan pertama, tetapi jumlah mereka yang telah mendapatkan dosis pertama dan kedua jauh lebih rendah, yaitu 4,3 juta.
Dalam jumpa pers yang memamarkan temuan tersebut, Rektor Universitas Chile, Ennio Vivaldi, mengatakan lebih jauh bahwa dosis pertama CoronaVac sendiri tidak memiliki "efek yang relevan".
Vaksin dosis kedua adalah kuncinya
Prof Bueno, yang merupakan direktur sains uji klinis untuk vaksin CoronaVac di Chile, mengatakan bahwa mematuhi jadwal vaksinasi secara lengkap merupakan yang terpenting.
"Hanya satu dosis tidak memberi Anda respons preventif secara keseluruhan," jelasnya.
Bagi warga Chile bernama María González, pemerintah belum berbuat cukup banyak untuk menyampaikan pesan tersebut. Warga Santiago baru saja menerima suntikan pertama di pusat program vaksinasi.
"Dua suntikan diperlukan sebelum vaksin bekerja dengan baik," katanya sambil menunggu di luar klinik untuk memastikan dia tidak mengalami reaksi alergi.
"Dan meski begitu, kami tetap perlu berhati-hati, menaati jarak sosial dan langkah-langkah keamanan lainnya."
Sejumlah warga Chile mengkhawatirkan perihal kemanjuran CoronaVac.
Gonzalo Sir adalah salah satunya. Dia mendatangi salah satu dari sedikit pusat vaksinasi di ibu kota yang menawarkan vaksin Pfizer.
"Saya menginginkan vaksin [vaksin Pfizer] ini, karena saya mendengarnya lebih efektif dan saya membutuhkannya karena saya melakukan perjalanan terkait pekerjaan saya dan Pfizer lebih dikenal luas," ujarnya.
Namun demikian Prof Bueno, yang menganalisis data ilmiah dari uji coba CoronaVac, bersikukuh bahwa data tersebut menunjukkan bahwa vaksin itu berfungsi.
Dalam uji coba itu, lanjutnya, yang menunjukkan tingkat kemanjuran sekitar 50% banyak dari mereka yang terinfeksi hanya memiliki gejala yang sangat ringan atau tanpa gejala.
Dia menekankan bahwa yang penting adalah tidak ada seorang pun dalam uji coba itu yang perlu menjalani perawatan intensif.
Dia menegaskan CoronaVac mampu mencegah kematian dan sakit parah dan juga terbukti efektif melawan varian Brasil.
Menanggapi adanya lonjakan kasus, pemerintah Chile tidak hanya memerintahkan kebijakan lockdown yang ketat, tetapi juga memberikan informasi terbaru tentang kampanye vaksinasi di situs web yang terinspirasi dari Pusat Sumber Daya virus Corona Universitas Johns Hopkins.
"Sangat penting bagi kami untuk mendapatkan vaksin dan saya tidak peduli mana yang saya dapatkan," kata Verónica Perez, yang tidak lama berselang disuntik CoronaVac.
"Semua vaksin itu membantu menyelamatkan nyawa kami."