Ketika Kayla Newell berbelanja tinta tato, dia selalu membawa senter UV. Sang seniman tato dari Portand di Oregon, AS itu menciptakan desain-desain mempesona menggunakan warna yang bersinar di bawah sinar ultraviolet.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa banyak tinta tato di pasaran memiliki efek ini, kata Newell, dan dia menemukan corak floresens baru dengan mengarahkan senter UV-nya pada botol-botol tinta di rak toko tato. Newell juga menghindari pigmen yang mengandung fosforus. Meskipun senyawa itu dapat membuat tinta menyala, ada kekhawatiran tentang efeknya pada kesehatan.
Namun Newell bermimpi bisa melangkah lebih jauh lagi dengan desainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, artikel-artikel tentang eksperimen tato elektronik dengan komponen rangkaian listrik dan sumber cahaya menghidupkan imajinasinya. Para ilmuwan di balik teknologi tersebut umumnya bermaksud mengaplikasikannya dalam konteks medis, misalnya memantau tanda vital seseorang.
Newell merasa teknologi yang sama dapat digunakan untuk seni.
- Sejumlah warga Jepang pamerkan tato yang selama ratusan tahun dianggap tabu
- Menghapus tato dengan 'imbalan' hafalan Qur'an
- Guru dengan tato terbanyak dilarang mengajar murid-murid PAUD
"Anda dapat membuat sesuatu yang berubah sepenuhnya dari satu momen ke momen yang lain," ujarnya.
"Sesuatu yang gemerlap, atau dengan sumber cahaya di dalamnya, tetapi kalau kita kemudian bisa menyalakan atau mematikan atau mengganti warnanya - itu akan keren."
Newell tidak sendiri. Beberapa seniman digital menempatkan efek cahaya virtual di atas video tato baru, untuk membuat seni tubuh itu seakan-akan memancarkan warna-warni yang hidup. Mirip dengan lampu neon mini yang ditanam pada tubuh manusia.
Sayangnya, bagi para calon seniman tato sibernetik, teknologi yang ada belum dapat mewujudkan visi itu. Meskipun pengembangannya sedang dalam proses.
Perangkat mirip tato yang dapat memancarkan cahaya baru-baru ini didemonstrasikan oleh sekelompok peneliti di Italia dan Inggris. Sistem itu tidak dirancang untuk ditanam di bawah kulit namun menempel di atasnya pada selembar kertas yang dapat dikupas setelah dibasuh dengan air - seperti tato tempel.
Peneliti lainnya pernah mendiskusikan desain serupa namun Virgilio Mattoli mengatakan dia terpikir ide itu setelah menyaksikan anaknya bermain dengan tato tempel.
Perangkat ini memiliki beberapa lapisan, beberapa di antaranya dihasilkan dengan printer inkjet. Di antara komponen-komponen itu ada lapisan akrilik, elektroda fleksibel, dan organic light-emitting diode (OLED) yang memancarkan cahaya kuning kehijauan.
"Karena ini dicetak, Anda dapat mencetak bentuk apa saja yang Anda inginkan, dalam teori," kata Dr. Mattoli.
Hingg saat ini, tim peneliti baru berhasil memancarkan cahaya pada satu area kecil dengan perangkat yang berfungsi selama kurang dari satu jam. Dan mereka belum menguji cobanya pada manusia, meskipun mereka sudah mencoba menempelkan tato buatan mereka pada berbagai benda, termasuk botol jus, sekotak parasetamol, dan jeruk.
Mattoli mengatakan pada suatu hari nanti semua komponen penting akan dapat ditanamkan dalam tato tempel itu sendiri - termasuk sensor untuk memantau tanda vital seperti detak jantung atau hidrasi kulit, serta sebuah sumber tenaga untuk menjaga perangkat tetap bekerja selama setidaknya beberapa jam.
Purwarupa ini mungkin masih di tahap awal namun di antara mereka yang bersemangat melihatnya adalah Nick Williams, seorang mahasiswa program doktor di Universitas Duke, Amerika Serikat. "Saya pikir ini demonstrasi yang luar biasa," ujarnya.
Pada 2019, Williams dan kolega memamerkan tato elektronik yang jenisnya berbeda. Meskipun tidak ditempelkan di bawah kulit, mereka mendemonstrasikan bahwa ia dapat digunakan pada bagian tubuh yang fleksibel, dalam kasus ini jari tangan.
Para peneliti menciptakan tinta khusus yang mengandung kabel berukuran nano (nanowire) yang terbuat dari perak dan, setelah dicetak pada tubuh, menjadi fleksibel dan dapat mengalirkan listrik. Mereka menempelkan lampu LED kecil pada sistem itu yang menyala ketika listrik dialirkan melalui material yang dicetak itu.
Williams berpendapat teknologi tersebut dapat berguna untuk kebutuhan medis namun dia berkata mungkin ada aplikasi seninya juga.
Newell mengomentari tampilan metalik material nanowire yang digunakan dalam purwarupa itu.
"Saya bicara dengan sangat banyak orang yang berharap mereka dapat punya tato berwarna metalik atau emas," ungkapnya.
Meskipun Newell bertanya-tanya apakah perangkat elektronik yang menempel pada kulit dapat dianggap sebagai tato, dia menekankan bahwa teknologi seperti itu juga membawa banyak potensi kreatif. Dia membayangkan menciptakan tato yang tak kasat mata sampai dinyalakan. Itu bisa menarik buat orang-orang yang bekerja di industri tempat tato dipandang buruk atau bahkan dilarang.
Tato yang bersinar tidak hanya dapat digunakan untuk memancarkan cahaya ke luar tubuh pemakainya. Profesor Nanshu Lu di Universitas Texas di Austin dan kolega mengembangkan desain unik yang memancarkan cahaya ke arah sebaliknya. Dan mereka dapat menerapkan teknologi ini dalam bentuk "tato" yang fleksibel dan mudah melar, yang ditempelkan pada permukaan kulit.
"Cahaya, tergantung panjang gelombangnya, dapat menembus kulit, sampai jaringan, sampai pembuluh darah," katanya.
Dengan mengukur tingkat cahaya yang terpantul dari jaringan tubuh, peneliti dapat menghitung laju aliran darah atau volume hemoglobin, protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah.
Oximeter, yang kerap dikaitkan dengan penjepit pada jari pasien di rumah sakit, termasuk banyak pasien Covid-19 di masa pandemi, memiliki fungsi yang sama, meskipun ukurannya jauh lebih besar.
Profesor Lu dan timnya menunjukkan bahwa teknologi mereka yang mirip tato itu dapat mengukur aliran darah dalam jari tangan dan mereka berharap dapat mendemonstrasikan teknologi bahwa teknologi yang sama juga dapat digunakan pada leher, kepala, dan otot, dengan data yang ditransfer ke komputer terdekat lewat chip Bluetooth yang dibangun ke dalam perangkat tersebut.
Tapi Profesor Lu tidak hanya tertarik pada aplikasi medis. Dia membayangkan desain tato elektronik di masa depan dapat menyala untuk mengungkap ketika jantung seseorang berdegup kencang. Itu dapat membuat acara kencan jadi lebih asyik.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa tato elektronik dapat digunakan untuk memanen data tentang seseorang, data yang dapat kemudian dipindahkan ke perangkat lain, dijual, dan bahkan diretas.
Dapatkah teknologi akhirnya mengambil alih praktik tato yang telah berlangsung selama berabad-abad, dan mengalihkannya dari nilai estetisnya? Newell berharap tidak.
"Pada akhirnya, bagi saya, ini selalu seni," ujarnya.