Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Wisata vaksin: 'Di negara asal, saya susah dapat vaksin'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Enno Lenze Enno Lenze
Enno Lenze telah berangkat ke Moskow untuk mendapatkan suntikan pertama vaksin Sputnik V.

Pada pertengahan April, sekelompok pelancong memulai liburan mereka di Moscow dengan rencana perjalanan yang meliputi kunjungan ke destinasi turis yang tak biasa: sebuah klinik kesehatan pribadi.

Para pelancong itu tidak tertarik pada obyek wisata kelas dunia di kota itu, tetapi vaksin buatan Rusia yang telah digembar-gemborkan, Sputnik V.

Baca Juga:

Sebagian besar pelancong adalah warga Jerman yang frustasi akan lambatnya laju imunisasi terhadap Covid-19 di kampung halaman. Salah satu dari mereka adalah Enno Lenze dari Berlin.

"Di Jerman, saya tidak mungkin mendapatkan vaksin dalam waktu dekat. Ketika saya bertanya pada dokter kapan giliran saya, dia bilang mungkin Oktober atau November, untuk dosis pertama," katanya kepada BBC.

Di Rusia, Sputnik V diberikan kepada semua orang secara cuma-cuma, meskipun para pelancong harus membayar untuk vaksinasi pribadi, yang biayanya sekitar 200-220 euro (Rp3,4 - 3,7 juta).

Baca Juga:

Agen perjalanan di Norwegia, World Visitor, menawarkan "wisata vaksinasi" ke Rusia dan mengatur semua yang dibutuhkan pelancong - dari surat undangan kesehatan dan jadwal vaksinasi hingga layanan yang lebih tradisional seperti penerbangan, transfer, dan akomodasi.

Rusia EPA
Russia telah membuka 'wisata vaksin' saat mereka kesulitan meyakinkan warganya sendiri untuk divaksinasi.

Perusahaan menawarkan paket yang meliputi dua kunjungan singkat untuk setiap dosis, atau satu kunjungan panjang untuk mencakup kedua dosis.

Selama pendatang menunjukkan hasil negatif tes cepat Covid-19 paling lama 72 jam sebelum naik pesawat, Rusia tidak mengharuskan karantina.

Kelompok pertama yang beranggotakan 43 pelancong mendarat di Rusia pada 16 April dan agen perjalanan sejak itu telah menerima lebih dari 600 pesanan, kata salah satu pemiliknya, Albert Sigl, kepada BBC.

'Aturan yang membingungkan'

Lenze adalah direktur museum Berlin Story namun sering bepergian ke Kurdistan Irak, tempat tingkat infeksi tinggi, untuk membantu para pengungsi, ujarnya.

Meskipun pekerja kemanusiaan berhak menerima vaksin di Jerman, dia berkata dia tidak mendapatkannya karena dia bekerja sebagai relawan.

"Aturannya kadang-kadang sangat, sangat aneh, dan saya tidak mengerti," kata Lenze. Dia menambahkan bahwa ayahnya yang berusia 70 tahun masih belum mendapat jadwal vaksinasi, ketika Lenze memesan perjalanannya ke Moskow.

Dia berpikir sistem prioritas di Jerman "masuk akal" tetapi itu berarti vaksinasi berjalan dengan "sangat lambat".

Maladewa Getty Images
Maladewa berencana menawarkan 3V - visit, vaccination, vacation (datang, vaksinasi, liburan) - bagi pelancong yang tertarik.

Dengan vaksinasi global Covid-19 dibayangi oleh ketidaksetaraan, mereka yang mampu mendapat vaksin di tempat lain dapat memilih dari berbagai destinasi, termasuk Serbia, AS, UEA, dan bahkan Maladewa.

Negara kepulauan yang indah di Samudera Hindia itu berencana memberlakukan paket bagi pelancong yang disebut 3V - visit, vaccination, vacation (datang, vaksinasi, liburan).

"Kampanye 3V adalah bentuk penghargaan bagi para turis yang memutuskan untuk mengunjungi Maladewa pada saat dunia sedang tertutup, dan menyebarkan pesan bahwa sertifikat vaksinasi adalah jalan ke depan," kata Kementerian Turisme Maladewa kepada BBC lewat email.

"Kami beruntung, karena negara kami terdiri dari pulau-pulau yang tersebar secara geografis, dan kami juga telah memiliki protokol yang sudah teruji dan terbukti di resor-resor kami."

Serbia sempat menawarkan vaksin surplus kepada orang asing, tetapi pemerintahnya menghentikan praktik tersebut dan berusaha meningkatkan penerimaan vaksin di antara penduduknya sendiri.

Sementara itu di AS, negara-negara bagian dengan populasi migran dan warga tanpa dokumen yang besar seperti California, Texas, dan New York, telah menyaksikan masuknya orang-orang dari Kanada dan Amerika Latin yang mencoba memanfaatkan aturan vaksinasi dan karantina yang longgar.

Namun ini bukannya tanpa kontroversi.

vaksinasi massal di Serbia Reuters
Serbia sempat mengundang warga asing untuk menerima vaksin surplus sampai baru-baru ini.

Di Florida, yang merupakan tempat, setidaknya paruh waktu, bagi banyak orang kaya (baik warga Amerika maupun warga Asing), warga berusia di atas 65 tahun bisa mendapatkan vaksin terlepas dari status kependudukannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Presenter TV asal Meksiko Juan José Origel, yang berusia 73 tahun, berbagi kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan dengan 1,3 juta pengikut Twitter-nya setelah disuntik vaksin di ibu kota negara bagian, Miami.

"Terima kasih #USA. Betapa menyedihkan negara saya tidak memberi saya keamanan seperti ini," katanya pada bulan Januari - sebelum para staf medis dan pekerja garis depan di Meksiko mendapat vaksin.

'Secara moral diragukan'

Tetapi mereka yang kedapatan membual di media sosial tentang pariwisata vaksin telah dikritik habis-habisan.

Globetrender, sebuah agensi tren industri, pertama kali menciptakan ungkapan "VIP Vaksin" untuk menggambarkan "generasi baru para pelancong elit" yang akan "membayar untuk menyalip antrean vaksinasi".

Agensi itu menjabarkannya sebagai "langkah yang diragukan secara moral", mengingat adanya ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin di dunia.

People queue in a line to get the COVID-19 Vaccine in Miami, Florida, 5 April 2021 EPA
Florida telah menyaksikan gelombang pendatang kaya yang membayar untuk mendapatkan vaksin lebih dahulu dari warga setempat.

Pada bulan Januari, terungkap bahwa Knightsbridge Circle, agen perjalanan elit di London, menawarkan liburan vaksin mewah di Dubai dengan biaya sebesar £40.000 (Rp797 juta).

Tetapi tawaran itu hanya tersedia untuk anggotanya, yang sudah membayar biaya keanggotaan sebesar £25.000 (hampir Rp500 juta) setahun untuk "layanan perjalanan dan gaya hidup".

'Bisa dibenarkan secara etis'

Pedoman WHO mengatakan bahwa dalam skenario infeksi yang meluas, para tenaga kesehatan yang berisiko harus menjadi kelompok pertama yang disuntik vaksin.

Selain itu, organisasi tersebut mendesak pemerintah untuk memprioritaskan orang tua dan kelompok yang paling rentan. Populasi lain dapat ditambahkan ke daftar dalam skenario yang potensi penularannya lebih kecil, misalnya pekerja esensial yang perlu bepergian.

Pada saat yang sama, WHO merekomendasikan supaya ada pasokan vaksin yang cukup untuk melawan wabah lokal.

Namun suplai tampaknya tidak menjadi masalah di negara-negara yang menawarkannya kepada pendatang.

Perdana Menteri Serbia, Ana Brnabić, mengatakan ribuan dosis vaksin di negaranya akan terbuang percuma jika tidak ditawarkan kepada orang asing.

Banyak warga Serbia masih meragukan keamanan vaksin.

Seorang tenaga kesehatan di Rusia menyiapkan satu dosis vaksin Covid-19. Reuters
Seorang tenaga kesehatan di Rusia menyiapkan satu dosis vaksin Covid-19.

Di Maladewa, lebih dari setengah populasi telah menerima dosis pertama vaksin, dan hampir 99% untuk staf industri pariwisata.

Sementara itu, Rusia telah berjuang untuk meningkatkan penggunaan Sputnik V di negeri sendiri, karena baru 8% orang Rusia yang telah disuntik dosis pertama, menurut Our World in Data. Sementara vaksin tersebut digunakan di lebih dari 60 negara lain.

Sigl mengatakan tur ke Moskow yang dia selenggarakan "bisa dibenarkan secara etis" karena Sputnik V tersedia untuk semua orang di Rusia dan "tidak ada orang yang hak vaksinnya dirampas".

World Visitor mengatakan di situs webnya bahwa, untuk setiap warga Jerman yang mendapatkan vaksin di luar negeri, ada satu warga lain yang naik dalam antrean vaksinasi.

Sigl menambahkan bahwa perjalanan adalah andalan bisnis pariwisata, yang membawa "harapan" untuk pemulihan setelah pandemi sempat menghentikannya.

"Tahun lalu, kami praktis tidak melakukan apa-apa. Jadi, pilihan kami tidak melakukan apa-apa, atau melakukan wisata vaksinasi," ujarnya.

"Kami membantu 1.800 orang sebulan untuk mendapatkan vaksinasi lebih awal. Ini bukan hal besar dalam pandemi ini, tetapi itulah hal kecil yang bisa kami lakukan."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada