Hari primata nasional pada 30 Januari 2018 ditandai dengan kegelisahan akan kondisi orangutan Indonesia karena perilaku manusia terhadap satwa yang dilindungi itu dianggap semakin biadab, bahkan dengan mengonsumsinya.
"Kondisi orangutan sekarang terancam punah atau critically endangered," kata Nico Hermanu dari Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation, Senin (30/01).
Berdasarkan data Forum Orangutan Indonesia (Forina), total habitat orangutan di Kalimantan (Pongo pygmaeus) diperkirakan tinggal 57.000 ekor sementara di Sumatera (Pongo abelii) hanya sekitar 14.000.
Berkurangnya populasi orangutan ini paling besar diakibatkan oleh ekspansi industri perkebunan, terutama kelapa sawit, dan juga perburuan oleh manusia.
- Menelusuri 'jalur' perdagangan ilegal orangutan
- Foto 'orangutan Kalimantan' raih penghargaan Wildlife Photographer 2016
- Karyawan membunuh dan memakan orangutan di kamp sawit, polisi akan panggil perusahaan
Kasus belakangan yang mencuat adalah ditemukannya bangkai orangutan yang kepalanya sudah dipenggal di Sungai Barito, dua pekan lalu.
Sebelum itu, awal 2017, pekerja perusahaan kelapa sawit PT Susantri Permai memposting foto-foto mereka mengonsumsi orangutan. Belakangan polisi menetapkan tiga orang sebagai tersangka.
Ancaman dari perilaku manusia
Menurut Nico, terjadinya konflik antar manusia dan orangutan karena orangutan kehabisan lahan tempat tinggal yang dipakai untuk industri perkebunan.
Seharusnya, lanjut Nico, perusahaan kelapa sawit memberikan edukasi dan sosialisasi terhadap pegawainya soal status orangutan, "Misalnya soal apa yang harus dilakukan ketika ketemu dengan satwa liar seperti orangutan."
Terhadap ekspansi bisnis kelapa sawit, BOS Foundation menyarankan perlu ada pembatasan industri kelapa sawit. "Terutama untuk membuka lahan baru."
Selain itu, tambah Nico, perlu juga komitmen atau kebijakan tegas untuk menjaga wilayah yang memiliki HCV (high conservation value) tinggi agar tidak dibuka untuk perkebunan.
- Orangutan 'meniru bahasa manusia'
- Melacak para pemburu orangutan di Kalimantan
- Spesies baru orangutan Tapanuli ditemukan di Pulau Sumatra
Perlu kesadaran bersama menjaga kelangsungan orangutan
CEO Garda Satwa Indonesia, Davina Veronica, mengatakan masalah orangutan yang hampir punah merupakan cerminan sikap manusia terhadap kelestarian alam secara keseluruhan.
Menurut Davina, orangutan punya peran penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem hutan, "Pembukaan lahan dan ekspansi tanpa batas membuat habitat mereka terancam.".
Soal orangutan yang dimutalasi dan dikonsumsi manusia, Davina tak bisa menyembunyikan kesedihannya, "Itulah bentuk keserakahan manusia"
Selayaknya manusia sebagai mahluk yang paling sempurna bisa menjaga keseimbangan alam dengan menjaga orangutan yang hampir punah, "Apa tidak ada makanan lain?"
Ia menekankan pentingnya peran semua pihak untuk menjaga kelangsungan hidup orangutan. Pasalnya orangutan di dunia ini hanya ada di Indonesia, dan sedikit di Malaysia.
"Perlu diingat bahwa bumi ini bukan cuma punya manusia. Jadi kewajiban semua orang untuk menjaga kelangsungannya," pungkas Davina.