Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Foto kondisi transpuan di Jabodetabek saat pandemi Covid-19 menang ajang fotografi internasional

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Mama Yuli and Mama Dona Yoppy Pieter
Pemimpin Forum Komunikasi Transgender Indonesia, Mami Yuli (kanan), mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hak-hak transpuan. Selama pandemi Covid-19, dia mendistribusikan dukungan keuangan kepada komunitasnya.

Foto seri yang mengisahkan perjuangan komunitas transpuan selama pandemi Covid-19 di Indonesia dinobatkan memenangkan ajang internasional Wellcome Photography Prize.

Foto seri karya fotografer asal Jakarta, Yoppy Pieter, tersebut berjudul Trans Woman: Between Colour and Voice.

Baca Juga:

Tema lomba fotografi ini berpusat pada persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat di berbagai belahan dunia.

Dewan juri yang terdiri dari pimpinan lembaga kesehatan global, ilmuwan, dan fotograger terkemuka itu menyeleksi 15.000 ribu foto yang dikirim dari berbagai negara.

Ajang ini diselenggarakan oleh Wellcome, sebuah yayasan amal independen berskala global yang mengadvokasi kesehatan publik. Lembaga ini berbasis di London, Inggris.

transpuan Yoppy Pieter
Mira (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pekerja seks di Jakarta. Pembatasan sosial di Jakarta menghambatnya untuk bekerja di jalanan. Kini dia bekerja dari rumah dengan memanfaatkan internet. "Saya tidak punya pilihan, dan harus bekerja untuk membayar sewa dan biaya hidup," katanya.

Baca Juga:

Kelompok transpuan yang diabadikan Yoppy Pieter tinggal di kawasan DKI Jakarta. Salah satu subjek foto Yoppy, Mira (bukan nama sebenarnya), kehilangan pendapatan sebagai pekerja seks karena aturan pembatasan sosial melarangnya beraktivitas di jalanan.

Yoppy juga memotret bagaimana para transpuan itu bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan dari sesama transpuan ataupun organisasi sosial.

Karya foto Yoppy selama ini terbit di sejumlah media massa, baik dalam maupun luar negeri.

Yoppy turut mendirikan Arkademy, sebuah gerakan pendidikan yang mendorong penggunaan fotografi untuk melihat hubungan antara individu dan masyarakat.

HIV Yoppy Pieter
Lilis (tengah) menjalani tes HIV di Serpong, Tangerang Selatan. Ia didampingi Aurel (kiri) dari Pelita Tangsel, sebuah organisasi yang membantu transpuan tanpa kartu identitas mengakses layanan kesehatan.
transpuan Yoppy Pieter
Sebuah komunitas transpuan tinggal di Depok, Jawa Barat, dengan harga sewa tempat tinggal yang terjangkau. Selama pandemi mereka telah kehilangan pendapatan.

Satu pemenang utama lainnya dalam ajang ini adalah Jameisha Prescod.

Fotonya yang berjudul Untangling merupakan swafoto dirinya saat tinggal di rumahnya di London selama periode karantina wilayah.

"Di situlah saya bekerja penuh waktu, makan, tidur, bertemu teman-teman dan, yang paling penting, menangis," kata Prescod mengenai foto itu.

Prescod adalah pembuat film sekaligus jurnalis yang berbasis di London. Karya fotografinya berfokus pada orang-orang yang menderita penyakit kronis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sangat sulit membahas kesehatan mental dan memotret diri sendiri untuk mengekspos perasaan terdalam dan tergelap.

"Saya gembira, dengan mengabadikan momen itu, saya dapat menyentuh kondisi yang kita alami dalam pandemi ini," ujar Prescod.

Untangling by Jameisha Prescod Jameisha Prescod
Foto karya Jameisha Prescod.

Jeremy Farrar, Direktur Wellcome sekaligus orang nomor satu dalam penyelenggaraan ajang fotografi ini menceritakan alasan di balik kemenangan Yoppy dan Prescod.

"Dua pemenang ini mengesankan juri dan karya mereka memicu pembicaraan lebih lanjut. Kami akhirnya mendiskusikannya panjang lebar," kata Farrar.

"Covid-19 dan kesehatan mental adalah sama-sama penting, tapi yang memikat kami adalah kisah manusia yang kuat di dalam persoalan ini, yang disorot dengan kepedulian," ucapnya.

Selain dua seri foto tadi, Wellcome juga mengumumkan pemenang untuk empat kategori lainnya. Di bawah ini adalah foto-foto mereka.

The Big Fish, oleh Morteza Niknahad, Iran

From the series The Big Fish Morteza Niknahad
Foto yang terinspirasi dari mitos lokal Iran ini memenangkan kategori Managing Mental Health. Niknahad menggambarkan depresi yang dialami ibunya sebagai ikan monster yang tinggal di dalam dirinya.
From the series The Big Fish Morteza Niknahad
"Dalam kurun waktu 15 tahun, ibu kehilangan tiga anggota penting dalam keluarganya: putra saudara laki-lakinya, Ali; saudara laki-lakinya, Hossein; dan menantu perempuannya, Masoumeh."
From the series The Big Fish Morteza Niknahad
"Ketika remaja, saya biasa memotret semua orang. Setelah mencetak foto, saya menyadari bahwa mereka semua memiliki kesamaan: ibu saya selalu memalingkan muka dari lensa. Dulu saya pikir itu kebetulan, tapi saat saya dewasa, saya menyadari ada misteri yang tidak saya ketahui," ujar Niknahad.

The Time of Coronavirus, oleh Aly Song, China

Volunteers disinfect the Qintai Grand Theatre, Wuhan Aly Song
Foto ini diabadikan di Wuhan, China. Sejumlah relawan dari Tim Penyelamat Langit Biru mendisinfeksi Teater Agung Qintai. Gambar tersebut memenangkan kategori foto tunggal Fighting Infections.

Climate Cost, oleh Zakir Hossain Chowdhury, Bangladesh

A man salvaging his possessions Zakir Hossain Chowdhury
Laki-laki bernama Haibur menyelamatkan barang-barang dari reruntuhan rumahnya, tiga bulan setelah Topan Amphan menghantam Bangladesh. Seperti banyak warga di daerah itu, dia kini menjadi tunawisma. Ini adalah pemenang foto tunggal dalam kategori Health in a Heating World.

An Elegy for the Death of Hamun, oleh Hashem Shakeri, Iran

The Hamun wetlands Hashem Shakeri
Seri foto ini berfokus pada area di sekitar Danau Hamun di Iran. Daerah yang dulu dikenal subur ini kini berubah menjadi gurun pasir yang memicu kekeringan, kelaparan, pengangguran, dan migrasi massal. Kemerosotannya bentang alam ini menunjukkan efek cepat perubahan iklim. Ini adalah pemenang foto seri kategori Health in a Heating World.

Young girl drying clothes on dead tree Hashem Shakeri
Yasmin Raeesi, 17 tahun, menggunakan pohon mati untuk menjemur pakaian. Dia dan keluarganya tinggal di daerah yang sangat terdampak kekeringan. Keterbatasan air minum menyebabkan masalah kesehatan seperti dehidrasi dan kekurangan gizi.

Abdullah, pictured near a fruit tree Hashem Shakeri
Abdullah yang kala itu sedang berpuasa beristirahat di bawah pohon buah-buahan yang sudah kering dan dihinggapi kumbang. Walau pepohonan hijau masih tumbuh di sekitarnya, dia yakin kawasan itu akan terus mengering.

Anda dapat melihat seluruh pemenang ajang fotografi ini secara lengkap di situs Wellcome.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada