Foto seri yang mengisahkan perjuangan komunitas transpuan selama pandemi Covid-19 di Indonesia dinobatkan memenangkan ajang internasional Wellcome Photography Prize.
Foto seri karya fotografer asal Jakarta, Yoppy Pieter, tersebut berjudul Trans Woman: Between Colour and Voice.
Tema lomba fotografi ini berpusat pada persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat di berbagai belahan dunia.
Dewan juri yang terdiri dari pimpinan lembaga kesehatan global, ilmuwan, dan fotograger terkemuka itu menyeleksi 15.000 ribu foto yang dikirim dari berbagai negara.
Ajang ini diselenggarakan oleh Wellcome, sebuah yayasan amal independen berskala global yang mengadvokasi kesehatan publik. Lembaga ini berbasis di London, Inggris.
- Komunitas transpuan menanti vaksin: ‘Saya merasa tidak diperhatikan pemerintah’
- 'Kita dan Mereka': Foto-foto langka dari kelompok orang yang tertutup dari mata dunia
- Upaya seorang fotografer galang uang kripto untuk anak-anak Palestina
Kelompok transpuan yang diabadikan Yoppy Pieter tinggal di kawasan DKI Jakarta. Salah satu subjek foto Yoppy, Mira (bukan nama sebenarnya), kehilangan pendapatan sebagai pekerja seks karena aturan pembatasan sosial melarangnya beraktivitas di jalanan.
Yoppy juga memotret bagaimana para transpuan itu bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan dari sesama transpuan ataupun organisasi sosial.
Karya foto Yoppy selama ini terbit di sejumlah media massa, baik dalam maupun luar negeri.
Yoppy turut mendirikan Arkademy, sebuah gerakan pendidikan yang mendorong penggunaan fotografi untuk melihat hubungan antara individu dan masyarakat.
Satu pemenang utama lainnya dalam ajang ini adalah Jameisha Prescod.
Fotonya yang berjudul Untangling merupakan swafoto dirinya saat tinggal di rumahnya di London selama periode karantina wilayah.
"Di situlah saya bekerja penuh waktu, makan, tidur, bertemu teman-teman dan, yang paling penting, menangis," kata Prescod mengenai foto itu.
Prescod adalah pembuat film sekaligus jurnalis yang berbasis di London. Karya fotografinya berfokus pada orang-orang yang menderita penyakit kronis.
"Sangat sulit membahas kesehatan mental dan memotret diri sendiri untuk mengekspos perasaan terdalam dan tergelap.
"Saya gembira, dengan mengabadikan momen itu, saya dapat menyentuh kondisi yang kita alami dalam pandemi ini," ujar Prescod.
Jeremy Farrar, Direktur Wellcome sekaligus orang nomor satu dalam penyelenggaraan ajang fotografi ini menceritakan alasan di balik kemenangan Yoppy dan Prescod.
"Dua pemenang ini mengesankan juri dan karya mereka memicu pembicaraan lebih lanjut. Kami akhirnya mendiskusikannya panjang lebar," kata Farrar.
"Covid-19 dan kesehatan mental adalah sama-sama penting, tapi yang memikat kami adalah kisah manusia yang kuat di dalam persoalan ini, yang disorot dengan kepedulian," ucapnya.
Selain dua seri foto tadi, Wellcome juga mengumumkan pemenang untuk empat kategori lainnya. Di bawah ini adalah foto-foto mereka.
The Big Fish, oleh Morteza Niknahad, Iran
The Time of Coronavirus, oleh Aly Song, China
Climate Cost, oleh Zakir Hossain Chowdhury, Bangladesh
An Elegy for the Death of Hamun, oleh Hashem Shakeri, Iran
Anda dapat melihat seluruh pemenang ajang fotografi ini secara lengkap di situs Wellcome.