Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Olimpiade: Mengapa penggunaan ganja masih dilarang di pesta olahraga terbesar dunia?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Sha'Carri Richardson menjuarai nomor 100 meter di ajang uji coba di Oregon Juni lalu. Getty Images
Sha'Carri Richardson dilarang berkompetisi, meskipun menjuarai babak kualifikasi untuk nomornya.

Pelari Amerika Serikat (AS) Sha'Carri Richardson gagal terjun di Olimpiade Tokyo karena dinyatakan positif menggunakan ganja dalam uji coba US Track & Field. Walau sudah dilegalkan di banyak negara bagian di AS, mengapa ganja masih dilarang di dunia olahraga?

Berambut oranye menyolok, senyuman menawan dan kecepatan bagai kilat, Sha'Carri Richardson tak mungkin terlewatkan menjelang Olimpiade.

Baca Juga:

Dianggap sebagai perempuan paling cepat keenam dalam sejarah, dengan pencapaian terbaik di nomor 100 meter dalam 10,72 detik, Texas sprinter itu diyakini bakal meraih medali emas di Tokyo.

Tetapi ia harus absen dari kompetisi akbar ini. Pada awal Juli, diumumkan Richardson tidak akan mewakili AS karena dinyatakan positif menggunakan ganja dalam babak kualifikasi.

Sebagai hukuman, Badan Anti Doping AS melarangnya berlomba selama satu bulan dan membatalkan kemenangannya. Meskipun secara teknis larangan ini berakhir ketika Olimpiade Tokyo berlangsung, Federasi Atletik AS memutuskan untuk tidak memasukkannya dalam tim.

Baca Juga:

Diskualifikasi Sha'Carri Richardson ini menghidupkan kembali debat panjang tentang larangan ganja di ajang pesta olahraga Olimpiade.

Warga di Colorado memberikan dukungan kepda Richardson Getty Images
Warga di Colorado memberikan dukungan kepda Richardson.

Meski sudah dilegalkan di banyak negara bagian Amerika Serikat, zat-zat perangsang yang disebut 'peningkat kinerja' dari ganja masih diperdebatkan, sehingga banyak orang bertanya-tanya mengapa marijuana masih dilarang.

Zat 'peningkat kinerja'?

Marijuana telah dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia (WADA) sejak lembaga itu pertama kali membuat daftar zat-zat yang dilarang pada tahun 2004. Bahan-bahan yang masuk daftar memenuhi dua dari tiga kriteria:

Kriteria 1: Menggangu kesehatan atlet

Kriteria 2: Meningkatkan kinerja

Kriteria 3: Bertentangan dengan semangat olahraga

Poin kedua lah yang tampaknya paling sering diangkat sehubungan dengan marijuana, dan telah menjadi bahan perdebatan sengit.

"Satu-satunya ganja bisa menjadi obat peningkat kinerja adalah jika ada batangan Hershey besar di akhir lomba lari." Itulah lelucon yang dibuat oleh almarhum Robin Williams, seorang komedian.

Pada 2011, WADA membela keputusannya melarang ganja dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Sports Medicine.

Dengan merujuk pada penelitian tentang kemampuan marijuana mengurangi kecemasan, WADA menemukan bahwa ganja dapat membantu atlet "berkinerja lebih baik di bawah tekanan dan untuk mengurangi tingkat stress sebelum dan selama kompetisi".

Sha'carri Richardson terjun di Oregon Getty Images
Sha'carri Richardson diyakini sebagai perempuan tercepat keenam di dunia.

Namun temuan tersebut tak cukup untuk membuat kesimpulan bahwa ganja adalah obat peningkat kinerja, kata Alain Steve Comtois, ketua jurusan olahraga di University of Quebec di Montreal, Kanada.

"Kita harus melihat gambar besarnya," kata Comtois kepada BBC. "Ya benar tingkat kecemasan menurun, tetapi dari segi data psikologis yang sebenarnya menunjukkan kinerja berkurang."

Comtois adalah salah satu penyusun kajian ulang di Journal of Sports Medicine and Physical Fitness tahun 2021 tentang penggunaan ganja sebelum berolahraga dan kemampuannya untuk meningkatkan kinerja atlet.

Baca juga:

Makalah itu menjelaskan bahwa mayoritas penelitian menggarisbawahi respons penghalang psikologis dari marijuana yang diperlukan untuk kinerja tinggi, karena ganja meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kekuatan serta keseimbangan.

Makalah tersebut tidak mengkaji dampak marijuana pada kecemasan, tetapi Comtois mengatakan efek-efek negatif lainnya akan menetralkan segala manfaat, dengan demikian gagasan bahwa marijuana dapat meningkatkan kinerja "tidak berdasar".

Penyokong marijuana berlari dalam acara tahunan ketiga 420 Games di San Francisco pada 2016 Getty Images
Penyokong marijuana berlari dalam acara tahunan ketiga 420 Games di San Francisco pada 2016

Obat dan semangat olahraga

Tetapi peraturan WADA ini tidak sekedar menyangkut larangan obat perangsang kinerja.

Didirikan pada 1999 sesudah sejumlah skandal yang menyita perhatian di Olimpiade, WADA bermaksud berada di garis depan untuk mengakhiri doping dalam olahraga di seluruh dunia.

Ketika mengeluarkan daftar bahan-bahan yang dilarang pada 2004, marijuana dinyatakan ilegal di hampir setiap negara di dunia.

"Mereka [WADA] tidak ingin masuk ke dalam urusan norma sosial," kata John Hoberman, ahli sejarah budaya yang meneliti sejarah anti doping di University of Texas-Austin, AS.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Statusnya sebagai obat terlarang yang dicantumkan WADA dalam makalah tahun 2011 sebagai salah satu alasan mengapa ganja melanggar "semangat olahraga" (kriteria 3) dan "tidak konsisten dengan peran atlet sebagai contoh bagi kalangan muda di seluruh dunia".

Peraturan ini tidak hanya menyeret Sha'Carri Richardson tetapi juga puluhan atlet lainnya, termasuk Michael Phelps.

Pada 2009, atlet renang itu dilarang berkompetisi selama tiga bulan, dan dicoret oleh sponsornya, Kellogg's, setelah beredar foto-foto Phelps mengisap ganja.

Phelps menggondol 28 medali Olympiade Getty Images
Phelps menggondol 28 medali Olympiade.

Namun selama satu dekade belakangan, status hukum marijuana - dan sikap masyarakat terhadapnya - mulai berubah.

Uruguay tercatat sebagai negara pertama yang melegalkan penjualan dan pembelian ganja untuk penggunaan rekreasional pada 2013. Kanada mengikuti jejak Uruguay pada 2018.

Banyak negara lain telah mendekriminalisasi ganja pada tingkat tertentu, termasuk Afrika Selatan, Australia, Spanyol dan Belanda.

Di AS, ganja digolongkan ilegal berdasarkan peraturan federal, tetapi dinyatakan legal di sekitar sepertiga jumlah negara bagian- termasuk Negara Bagian Oregon, tempat Richardson dinyatakan positif.

Turis melihat-lihat produk marijuana di sebuah toko di Angeles Getty Images
Turis melihat-lihat produk marijuana di sebuah toko di Angeles, Amerika Serikat.

Penggunaan ganja untuk kepentingan medis juga semakin banyak diterima. Banyak negara, termasuk Inggris, mengizinkan ganja untuk keperluan medis.

Sejatinya, pada 2019 WADA menghapus cannabidiol (CBD), zat dalam ganja, dari daftar yang dilarang, meskipun bahan kimia itu tetap dinyatakan ilegal di sebagian negara, seperti Jepang, tuan rumah Olimpiade tahun ini.

Perubahan-perubahan tersebut menyulur munculnya kritik terhadap larangan bertanding yang dijatuhkan kepada Richardson.

Pelari tersebut mengatakan kepada NBC News bahwa ia mengonsumsi marijuana untuk mengatasi dampak dari kematian ibunya satu minggu sebelum kompetisi kualifikasi.

"Saya meminta maaf sebesar-besarnya jika saya mengecewakan Anda- dan memang saya mengecewakan Anda. Inilah untuk terakhir kalinya AS pulang tanpa medali emas di nomor 100m," katanya.

Di tengah luapan dukungan kepada Richardson, WADA menghadapi dilema.

Sebagaimana dikatakan Hoberman: "Kita tidak bisa menjalankan organisasi yang terikat dengan peraturan, dan dengan mudah menganulir peraturan di waktu yang cocok."

Oleh karena larangan marijuana masih berlaku, maka tak mudah untuk membuat pengecualian begitu saja bagi Richardson.

"Jadi perempuan muda ini dikorbankan oleh keberadaan peraturan ini," jelas Hoberman.

Bagaimana langkah selanjutnya?

Tak jelas apakah atau kapan WADA akan mempertimbangkan larangan ganja tetapi semakin besar tekanan untuk melakukannya.

Pencoretan nama Richardson mendorong Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mempertanyakan peraturan yang berlaku, walaupun ia tidak sampai mengatakan larangan itu harus dibatalkan.

"Peraturan adalah tetap peraturan. Setiap orang tahu peraturan yang berlaku," kata Biden pada Sabtu (24/07) di Michigan.

"Apakah peraturan harus dipertahankan seperti itu, apakah harus tetap menjadi peraturan, merupakan masalah lain."

Bahkan Badan Anti Doping AS, otorita Amerika yang menerapkan peraturan WADA mengatakan "tiba saatnya untuk mengkaji kembali masalah ini."

Sampai langkah tersebut terlaksana, sprinter Sha'carri Richardson, dan atlet-atlet lain sepertinya, harus menjauhi ganja, atau tidak terlibat dengannya.

Anda mungkin tertarik menonton video ini:

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada