Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

TikTok: Greysia dan Apriyani 'Joget TikTok', mengapa medsos ini jadi andalan atlet Olimpiade untuk rayakan kemenangan?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Tiktok Getty Images
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangan di final Bulutangkis Ganda Putri Olimpiade Tokyo dengan berjoget, yang telah mereka peragakan sebelumnya di TikTok

Setelah dipastikan meraih medali emas di final badminton ganda putri - emas satu-satunya bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 - Greysia Polii dan Apriyani Rahayu tak ragu bergoyang di depan kamera.

Joget itu ternyata sudah mereka peragakan saat berlatih selama 10 hari di Kota Kumamoto sebelum berlaga di Tokyo.

Baca Juga:

Baik Greys dan Apri - panggilan akrab duet juara Olimpiade itu - berjoget bersama para perempuan pebulutangkis klub setempat, lalu ditayangkan lewat akun Greys di TikTok.

Greys dan Apri mengulangi lagi joget itu usai final. Para warganet dan media massa menyebutnya sebagai "joget tiktok."

baca juga:

Baca Juga:

Di waktu senggang Greys sesekali meng-update kegiatannya selama di Olimpiade Tokyo di TikTok. Apapun yang diunggahnya langsung mengundang like dan komentar dari para warganet

Media sosial hiburan ini juga jadi andalan bagi para atlet mancanegara selama Olimpiade Tokyo 2020. Salah satunya perenang asal Inggris, Adam Peaty.

Di awal-awal video terlihat seorang pria biasa yang memakai pakaian olahraga, menirukan lagu rap di ponselnya.

Tapi kemudian Peaty mengeluarkan medali emas Olimpiadenya.

Kolom komentar sontak ramai.

"Kita hidup di masa atlet Olimpiade dengan santai membuat konten TikTok setelah memenangkan medali emas," tulis salah satu komentar.

Dunia telah menyaksikan kemenangan perenang berusia 26 tahun dalam gaya dada 100m putra itu.

Beberapa jam kemudian, dia membagikan kemenangannya di TikTok.

Selamat datang di #OlympicTok - medium atlet Gen Z berbagi pengalaman mereka di Olimpiade.

Penyiar mungkin memiliki hak atas semua pertandingan olahraga, tetapi TikTok menawarkan pengalaman menonton yang berbeda sama sekali.

Dari tur Desa Atlet hingga vlog, cuplikan kehidupan atlet ini telah meledak di aplikasi TikTok, dan ditonton puluhan juta kali.

Ini bukan pertama kalinya media sosial tampil di Olimpiade.

Sebelumnya, atlet juga menggunakan platform lama - Facebook, Twitter, dan Instagram - untuk mengekspresikan diri.

Tetapi tahun ini, TikTok - aplikasi yang paling banyak diunduh pada tahun 2020 - adalah yang paling menonjol.

"Ini adalah generasi atlet TikTok. Atau generasi TikTok-atlet. Saya tidak yakin mana yang lebih dulu," kata Jonathan Hutchinson, pakar media sosial di University of Sydney.

Permainan Tiktok

Apa yang terjadi di balik layar Olimpiade?

Satu klip menunjukkan sembilan pemain bisbol Israel melompat-lompat di ranjang yang sama untuk menguji kekuatan bingkai kardus di bawah ranjang.

Yang lain menunjukkan atlet tim Australia tengah berusaha menggoda para atlet Amerika di gedung yang bersebelahan.

Ada video para pebasket belajar memasang dasi untuk upacara pembukaan; pelari cepat mencoba makanan ringan Jepang; pemain anggar mengolok-olok kesalahan mereka sendiri.

Seperti yang ditulis oleh salah satu pengguna TikTok di bawah video: "Para atlet Olimpiade tampak seperti orang normal tahun ini...".

Para atlet - kebanyakan dari mereka dewasa muda - memfilmkan diri mereka sendiri melakukan tarian konyol dan mengerjai rekan satu tim - pada umumnya, bercanda.

"Anda bisa melihat sisi atlet yang lebih santai- seseorang yang menjalani pengalaman hidup yang luar biasa ini dan membawa semua penggemar mereka menyaksikannya," kata Dr Hutchinson.

Hal-hal seru itulah yang menjadi inti identitas TikTok, katanya.

Ini membedakannya dari aplikasi lain seperti Instagram, yang diasosiasikan pengguna dengan konten aspiratif dan indah.

Apa pun yang terlalu 'indah', tidak akan menarik di TikTok.

Penggunanya lebih suka video yang lucu, tidak sopan, dan yang terpenting "asli".

Jadi membawa lensa TikTok ke acara seperti Olimpiade - panggung terbesar dan paling bersinar di dunia - hampir tak tertahankan.

Apa lagi yang membuat TikTok begitu populer?

Secara tradisional, publik hanya pernah melihat para atlet Olimpiade, yang biasa disebut Olympian, ketika mereka berada di kompetisi - melakukan prestasi luar biasa, memamerkan kecepatan, kekuatan, dan keterampilan manusia super mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan kata Olympian berarti "seperti para dewa", yang berasal dari dewa Yunani Kuno.

Tapi di TikTok, mistik itu hancur.

Seorang pengguna TikTok, setelah melihat beberapa atlet bercanda, kagum bahwa para Olympianhanyalah "orang-orang nyata".

Untuk para atlet - yang tampil di stadion kosong Olimpiade - TikTok juga memberi mereka platform untuk mendengar dari penggemar mereka dan memberikan peluang bagi beberapa atlet untuk tampil.

Olympian paling populer di TikTok bukanlah atlet yang paling terkenal.

Sebaliknya mereka adalah atlet yang sedikit lebih tidak dikenal, seperti penyelam Australia Sam Fricker dan pemain rugby AS Ilona Maher, yang telah menarik ratusan ribu pengikut dalam seminggu terakhir.

Dr Hutchinson mengatakan para atlet itu cerdas dan "strategis" dalam menggunakan TikTok untuk meningkatkan profil mereka.

"Mereka mungkin tidak memenangkan medali saat berada di sana, tetapi apa yang mereka lakukan adalah mengambil hype yang ada di sekitar mereka saat ini dan memanfaatkannya. Jadi ini semacam investasi ke fase berikutnya dalam karier mereka," katanya. .


The Olympic stars on TikTok

  • Sam Fricker, 19, atlet selam Australia: 1,1 juta pengikut. Mengunggah hingga 10 konten TikTok sehari tentang kehidupan atlet di Olimpiade. Memiliki gaya yang bicara cerewet dan ramah.
  • Ilona Maher, 24, atlet Rugby AS: 725.000 pengikut. Dikenal karena gayanya yang blak-blakan dan "haus" pada para "dewa Olympian yang berbadan tinggi".
  • Tyler Downs, 18, atlet selam AS: 913.000 pengikut. Salah satu atlet Olimpiade pertama yang menjadi viral karena terpesona melihat Simone Biles.
  • Margie Didal, 22, atlet Filipina: 1,5 juta pengikut. Karisma ceria membuatnya menonjol di depan kamera TV dan ponsel.

Memahami permainan

Seperti halnya investasi yang baik, sejumlah besar upaya dilakukan untuk itu.

Maher bercanda tentang menghabiskan enam jam sehari di aplikasi, membuat konten Olimpiade "sehingga dunia bisa melihat ke dalam".

Banyak atlet juga membuat video sebagai tanggapan atas komentar pengguna, yang di TikTok hampir sama pentingnya dengan klip itu sendiri.

Pengguna suka membaca apa yang dipikirkan orang lain dan atlet mendapatkan umpan balik langsung.

Klip gaya tanya jawab dari pelari Inggris Laviai Nielsen adalah contoh klasik dari format yang menarik ini.

Aplikasi ini memberi penghargaan kepada atlet yang memahami ciri khas pengguna TikTok, dan budaya lelucon, tarian, dan meme, kata Dr Hutchinson.

Tren ini berubah dari minggu ke minggu - tetapi jika seorang atlet dapat memanfaatkannya, video mereka dapat menjadi sangat sukses.

Ambil contoh TikTok medali emas Adam Peaty.

Dia menggunakan lagu Drake Know Yourself- sebuah lagu yang sering digunakan di TikTok untuk mewakili momen realisasi yang signifikan.

Dalam kasusnya, itu adalah fakta bahwa dia adalah juara Olimpiade.

Sebagai salah satu pengguna dengan datar berkomentar: "Di tengah balapan dia mungkin berpikir, 'Sial, saya punya ide bagus untuk TikTok'".

Ada batasan?

Dengan berbagai aplikasi media sosial akhir-akhir ini, para ahli mengatakan menarik untuk mencirikan manfaatnya yang berbeda.

Facebook dan Instagram adalah platform untuk ucapan terima kasih yang tulus dari seorang pemenang.

Twitter telah menjadi medium siaran pers bagi bintang seperti Simone Biles untuk menyampaikan berita.

TikTok adalah platform untuk suatu hal yang menyenangkan.

Tetapi untuk setiap platform, protokol dasar berlaku terkait apa yang dapat dibagikan oleh atlet. Bercanda adalah hal yang diterima, tapi membuat komentar politik dianggap melewati batas.

Aturan ketat lainnya? Jangan mengunggah tampilan olahraga apa pun.

Konten yang menunjukkan lapangan, stadion, kolam renang, atau velodrome jarang diunggah di #OlympicTok.

Hak-hak itu masih menjadi milik para penyiar dan kontrak multi-juta dolar mereka.

Yang dapat ditawarkan TikTok hanyalah akses di belakang panggung, yang bagi banyak pemirsa adalah dunia yang sama sekali baru.

"Model tradisional selalu seperti itu - Anda memegang hak untuk acara-acara penting, seperti upacara pembukaan hingga final - tidak ada yang berubah. Tapi apa yang kita lihat sekarang adalah pengalaman di balik layar ini, yang diproduksi oleh atlet sendiri," kata Dr Hutchinson kepada BBC.

"Ini sebenarnya bukan tantangan untuk apa yang kita ketahui. Dalam banyak hal, ini melengkapi tayangan media tradisional."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada