Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Afghanistan: Taliban gantung tubuh-tubuh manusia sebagai peringatan di Kota Herat

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
Taliban in Herat (file) Reuters
Pasukan Taliban sedang berpatroli di Kota Herat, 10 September 2021

Taliban berkata mereka telah menembak mati empat orang yang diduga penculik dan menggantung tubuh mereka di lapangan dekat Kota Herat.

Pertunjukan mengerikan ini muncul beberapa hari setelah seorang pejabat Taliban memperingatkan masyarakat bahwa hukuman ekstrem seperti eksekusi mati dan amputasi akan kembali diterapkan.

Baca Juga:

Para pria ini tewas dalam baku tembak setelah mereka diduga menculik seorang pebisnis dan putranya, kata seorang pejabat lokal.

Masyarakat sekitar mengatakan sebuah jasad digantung di sebuah crane di pusat kota.

Wazir Ahmad Seddiqi, seorang pemilik toko, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa empat jasad dibawa ke lapangan tersebut.

Baca Juga:

Satu tubuh digantung di sana, sementara tiga lainnya dipindahkan untuk digantung di lapangan-lapangan lain di Herat.

Baca juga:

Wakil Gubernur Herat Maulwai Shair berkata, penggantungan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penculikan lagi.

Dia berkata, para pria ini tewas dalam baku tembak setelah Taliban mengetahui mereka telah menculik seorang pebisnis dan putranya — yang sekarang sudah dibebaskan.

Namun BBC belum dapat mengkonfirmasi secara independen penyebab tewasnya empat pria ini.

Meski begitu, di media sosial beredar gambar-gambar grafis dari beberapa tubuh manusia yang berlumuran darah di belakang sebuah truk, dilengkapi dengan derek yang mengangkat salah satu di antaranya.

Sebuah video lain menunjukkan gambar seorang pria tengah diderek ke atas, dengan tulisan di dadanya: "Penculik akan dihukum seperti ini."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak kembali menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah menjanjikan peraturan yang lebih lunak dari terakhir kali mereka berkuasa.

Namun berbagai laporan pelanggaran hak asasi manusia telah bermunculan di berbagai bagian negara tersebut.

Mantan kepala polisi agama Afghan, Mullah Nooruddin Turabi — kini bertanggung jawab atas penjara — berkata pada Kamis, bahwa hukuman ekstrem seperti eksekusi dan amputasi akan kembali dilakukan di Afghanistan, karena ini "penting untuk keamanan".

Dalam wawancara dengan AP, dia berujar hukuman ini mungkin tidak akan dipertontonkan di muka umum, seperti ketika Taliban berkuasa pada 1990-an.

Saat itu, selama lima tahun berkuasa, eksekusi di muka umum kerap dilakukan di stadion olah raga di Kabul, atau di halaman Masjid Eid Gah yang luas.

Meski begitu, dia menepis kemarahan atas eksekusi publik yang mereka lakukan di masa lalu.

"Tidak ada yang bisa mengatur kami seperti apa aturan kami seharusnya," ujar dia.

Turabi — yang saat ini masuk dalam daftar orang yang disanksi PBB karena tindakan-tindakannya di masa lalu — menambahkan, "semua orang mengkritik kami karena melakukan hukuman di stadion, namun kami tidak pernah mengatakan apapun tentang aturan dan hukuman mereka".

Pada Agustus, Amnesty International berkata bahwa para pejuang Taliban di balik pembantaian dan penganiayaan sembilan warga etnis minoritas Hazara.

Sekretaris Jenderal Agnès Callamard saat itu berkata "brutalitas berdarah dingin" dari pembunuhan ini adalah "pengingat catatan masa lalu Taliban, dan pertanda mengerikan akan apa yang mungkin dibawa pemerintahan Taliban sekarang".

garis tengah BBC
Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada