Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Saksi mata serangan gereja di Yogyakarta: 'Saya menahan pintu, supaya pelaku tidak menyerang jemaat di luar'

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan

Sebagian kecil jemaat gereja St Lidwina di Sleman, Yogyakarta, memilih bertahan di dalam ruangan utama untuk berusaha bersama-sama melumpuhkan pelaku serangan yang bersenjatakan pedang.

Andhi Cahyo, anggota jemaat gereja tersebut, misalnya, mengaku tetap bertahan di samping pintu di samping altar untuk mencegah sang pelaku melarikan diri.

Baca Juga:

"(Saya) menahan pintu supaya dia tidak bisa keluar," ungkap Andhi kepada wartawan BBC Indonesia, Ayomi Amindoni, melalui sambungan telepon, Minggu (11/02) siang.

Upaya ini juga dilakukannya untuk melindungi sebagian jemaat lainnya yang "memilih menyelamatkan diri" dan berada di luar pintu samping tersebut.

"Karena kalau dia keluar dari altar banyak umat yang udah banyak di sana," tambahnya.

'Jemaat melempar batu, kursi...'

Baca Juga:

Dalam video yang terbesar di media sosial, pelaku terlihat mengayun-ayunkan pedang di altar gereja. Di video itu, sejumlah jemaat terlihat pula melemparkan batu atau kursi ke arah pelaku.

"Warga berusaha melumpuhkan dengan tangan kosong, dengan melempar batu, kursi dan sebagainya," kata Andhi.

Pada saat itulah, Andhi tetap bertahan di dekat pintu samping altar, mencegah pelaku melarikan diri.

Walaupun sudah terkepung, demikian Andhi, pelaku "tidak mau menyerah". Seingat Andhi, aksi pengepungan di dalam ruangan utama gereja itu berlangsung antara 10-15 menit.

Andhi kemudian teringat di dalam ruangan itu ada anggota polisi yang kebetulan juga jemaat gereja, tetapi tidak sedang bertugas. "Jadi dia tidak membawa senjata (api)."

"Kira-kira 15 menit (kemudian) ada polisi datang, bawa senjata (api), masuk ke gereja," ungkapnya.

Tembakan peringatan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sang petugas polisi melepaskan tembakan peringatan agar dia menyerahkan diri. Tetapi pelaku malah menyerang dan melukai polisi tersebut. Dalam kondisi terluka, polisi itu kemudian melepaskan tembakannya.

"Dia ketembak di pahanya dua kali, tapi polisinya juga kena sabetan pedangnya," jelas Andhi. Bersama tiga jemaat dan pastur Karl-Edmund Prier SJ atau Romo Prier yang terluka, polisi dan pelaku dilarikan ke rumah sakit terdekat karena luka-lukanya.

Selain melukai jemaat, anggota polisi dan seorang pastur, pelaku serangan yang berinisial S (kelahiran 1995 asal Banyuwangi, Jatim) juga merusak benda-benda suci di altar gereja.

"(Dia) merusak benda-benda suci yang ada di situ, seperti patung Yesus, patung Maria."

Merusak patung Yesus dan Bunda Maria

Serangan itu dilakukan saat jemaat dan romo itu sudah berada di dalam gedung gereja. Baru sekitar 5 menit dimulai, pada saat proses kemuliaan, tiba-tiba dari arah luar datang pelaku dengan senjata tajam di tangannya.

"Jenisnya pedang kurang lebih satu meter (panjangnya), langsung masuk, tapi sebelumnya di teras depan dia sudah melukai satu (orang) umat."

Di dekat pintu masuk, pelaku melukai satu umat lainnya dengan menebaskan pedangnya.

Kemudian dia berjalan ke arah altar. Saat itulah jemaat mulai panik dan "teriak-teriak" dan "menyelamatkan diri."

Di atas altar, pelaku melukai Romo Prier dann merusak benda-benda suci seperti patung Yesus dan patung Maria, tambahnya.

Sampai Minggu (11/02) siang, polisi belum mengumumkan motif pelaku melakukan penyerangan, kecuali menyebut bahwa pelaku yang berinisial S (kelahiran 1995) adalah warga kota Banyuwangi, Jawa Timur.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada