Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal Cina, DeepSeek, muncul sebagai penantang serius dalam persaingan chatbot kecerdasan buatan (AI). Usai meluncurkan model bahasa besar (LLM) V3 sehari sebelum Natal 2024, DeepSeek meluncurkan model terbarunya R1 pada 20 Januari 2025, yang merupakan versi terbaru dari pendahulunya tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DeepSeek-R1 pun digadang-gadang sebagai salah satu kompetitor model-model AI buatan perusahaan tekonologi Amerika Serikat. DeepSeek mengklaim bahwa performa DeepSeek-R1 dalam tugas matematika, pengodean, dan penalaran bahasa alami sebanding dengan model-model terkemuka yang terlebih dahulu populer seperti o1 dan GPT buatan OpenAI serta Gemini milik Google. Chatbot tersebut juga menjadi peranti yang paling banyak diunduh di Apple App Store di Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kemunculan DeepSeek-R1 pun membuat harga saham berbagai perusahaan teknologi AS amblas. Salah satunya perusahaan pembuat cip Nvidia yang harga sahamnya jatuh 17 persen. Di tengah keterbatasan pasokan cip akibat kebijakan pengetatan ekspor cip AS ke Cina, DeepSeek muncul dengan performa yang dianggap mampu menyaingi chatbot yang dikembangkan OpenAI. Cip berfungsi untuk mendukung kinerja komputer super dalam pusat data untuk menambang serta memproses data dari internet.
Rumus umum yang selama ini digunakan pengembang AI di AS adalah menghabiskan miliaran dolar Amerika Serikat untuk membeli ratusan ribu cip dan melatih model mereka agar hasil lebih efektif. Namun, keterbatasan cip di pasar Cina menunjukkan bahwa DeepSeek hanya menghabiskan ongkos yang lebih murah untuk menghasilkan model dengan performa yang bersaing.
Model DeepSeek-R1 hanya butuh biaya US$ 3 per token untuk mengirim token dalam instruksi yang dikirim pengguna ke aplikasi antarmuka pemrograman (API) model. Token adalah unit dasar yang diproses maupun dihasilkan model, biasanya terdiri dari empat karakter.
Sedangkan kompetitornya milik OpenAI, o1, membutuhkan biaya hingga lima kali lipatnya. Perbandingan biaya antar keduanya semakin membengkak saat mengukur ongkos yang dibutuhkan untuk mengirim balik hasil pemrosesan instruksi ke pengguna.
Pengujian yang dilakukan Artificial Analysis menunjukkan bahwa kualitas jawaban yang dihasilkan DeepSeek-R1 bahkan tak jauh beda dengan o1. Model tersebut mampu mengalahkan model-model lain yang terlebih dahulu populer seperti Gemini (Google) dan Llama (Meta). Kualitas jawaban yang dihasilkan DeepSeek-R1 pada pengodean (coding) dan penalaran kuantitatif bahkan mampu mengalahkan jawaban o1, yang digadang-gadang sebagai model AI terbaik saat ini.
Jika diukur berdasarkan context window atau jumlah maksimal gabungan token input dan jawaban, model Gemini 1.5 Pro yang dikembangkan Google merajai indikator ini. Model yang dirilis pada Mei 2024 ini mampu menghasilkan jumlah gabungan token hingga 2 juta. Sedangkan DeepSeek-R1 memiliki batasan hingga 128 ribu token, relatif sama dengan beberapa model lain yang diuji oleh Artificial Analysis.
Kelemahan DeepSeek-R1 terletak pada kecepatannya dalam menampilkan jawaban yang dibutuhkan pengguna. Berdasarkan uji coba Artificial Analysis, model tersebut hanya mampu menampilkan jawaban sepanjang 23 token dalam 1 detik. Alhasil, model tersebut relatif tertinggal pada indikator ini dibanding kompetitornya, termasuk sesama model AI buatan Cina seperti Qwen2.5 72B yang dikembangkan Alibaba, dan Yi-Large buatan 01. AI.
Peneliti Rand Corporation Lennart Heim meragukan klaim bahwa kualitas DeepSeek mampu bersaing meski mengalami keterbatasan pasokan cip. Hal ini lantaran DeepSeek melatih model mereka dengan cip Nvidia H800 yang memiliki performa yang mirip dengan Nvidia H100 yang tersedia di pasar Amerika. Nvidia H800 merupakan salah satu tipe cip yang masih dapat diimpor Cina saat kebijakan pembatasan ekspor pertama kali diberlakukan pada Oktober 2022.
Heim menyebut bahwa pembatasan ekspor sesungguhnya baru berlangsung sejak aturan tersebut direvisi Oktober 2023. Menurutnya, cip Nvidia H20 yang saat ini bisa diakses pasar Cina memiliki performa yang lebih rendah. Selain itu, dampak sesungguhnya kebijakan tersebut baru akan terasa jika pengembangan model selanjutnya membutuhkan ratusan ribu cip.