Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dampak Lingkungan Covid-19: Miliaran Masker Bekas Pakai Diperkirakan Mengotori Laut pada 2020

Pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah produksi masker di seluruh dunia. Limbah masker bekas pakai yang berujung mengotori laut jadi persoalan serius.

30 Juli 2021 | 18.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah organisasi non-profit di bidang konservasi kelautan, Oceans Asia, merilis laporan tahunan yang memperkirakan 1,56 miliar masker bekas pakai mengotori laut pada 2020. Laporan yang juga dilansir pada 2020 itu menyebutkan bahwa gunungan sampah masker itu diperkirakan menyumbang 4.680 sampai 6.240 ton sampah plastik di laut. Hal itu terjadi karena masker, yang pada umumnya terbuat dari polipropilena, dengan mudah terurai menjadi mikroplastik. Masker-masker bekas pakai itu diperkirakan butuh waktu 450 tahun untuk terurai di laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Limbah masker yang menggunung tidak terlepas dari efek pandemi Covid-19 yang mendongkrak jumlah produksi masker di seluruh dunia. Oceans Asia memperkirakan produksi masker di seluruh dunia mencapai 52 miliar buah pada 2020, meski masih ada perdebatan mengenai jumlah pastinya. Oceans Asia kemudian membuat perhitungan sederhana yang memperkirakan limbah masker di lingkungan sebanyak 3 persen dari jumlah masker yang diproduksi, termasuk masker-masker yang lolos dari sistem pengolahan limbah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan berat total limbah didapat dari mengalikan jumlah limbah dengan berat rata-rata masker, yaitu 3 sampai 4 gram berdasarkan perhitungan organisasi itu. Namun jumlah itu pun belum termasuk limbah masker dari rumah sakit

“1,56 miliar masker yang kemungkinan terbuang di laut pada 2020 hanya puncak es semata,” kata Direktur Penelitian Oceans Asia Teale Phelps Bondaroff. Dengan kata lain, ada kemungkinan jumlah limbah masker sesungguhnya lebih banyak dari perhitungan organisasi itu. 

Limbah masker yang lolos terbuang ke laut tidak terlepas dari sistem pengolahan limbah yang kewalahan untuk mengolahnya, mengingat pengolahan limbah masker tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Apalagi sistem pengolahan limbah sempat terpengaruh pandemi Covid-19 lantaran pembatasan jumlah pekerja untuk mengurangi penularan penyakit. Belum lagi, ada ketimpangan teknologi antara negara maju dengan negara berkembang, sehingga pengolahan limbah medis seperti masker di negara berkembang seringkali dilakukan seadanya.

Pada Februari 2021, Sub Bidang Penanganan Limbah Medis Satgas Covid-19  membuat laporan mengenai limbah masker yang mencemari Teluk Jakarta. Pada awal pandemi Covid-19 di bulan Maret dan April 2020, Satgas Covid-19 mencatat total 4,1 kg sampah masker medis ditemukan di kawasan Muara Cilincing. Sedangkan di Muara Marunda dalam periode yang sama ditemukan total 8,57 kg masker bekas pakai. Tak hanya itu, Satgas Covid-19 juga mencatat ada banyak limbah alat pelindung diri (APD) yang ditemukan.

Untuk mengatasi permasalahan itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun menghadirkan inovasi teknologi daur ulang limbah masker sekali pakai. Tetapi hanya limbah masker sekali pakai dari sampah rumah tangga yang dapat diuji coba dalam proses ini. Sedangkan limbah infeksius dari fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah tangga punya cara tersendiri dalam penanganannya. 

“Masker yang dimaksud adalah bekas pakai masyarakat yang tidak terpapar Covid-19,” kata Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI, Akbar Hanif Dawam Abdullah dalam keterangan tertulis bertanggal 29 Juni 2021.

Faisal Javier

Faisal Javier

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus