Seorang pria berjalan melewati rumah yang rusak akibat gempa bumi, di Nanao, prefektur Ishikawa, Jepang 2 Januari 2024. Gempa ini membuat penduduk di beberapa daerah pesisir mengungsi ke tempat yang lebih tinggi ketika gelombang tsunami setinggi sekitar 1 meter menghantam pesisir barat Jepang. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gempa berkekuatan 7,5 magnitudo mengguncang wilayah pantai barat Pulau Honshu, Jepang, pada Senin, 1 Januari 2024. Otoritas setempat kemudian mengeluarkan peringatan potensi tsunami usai gempa terjadi bagi warga yang mendiami pesisir wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Laporan media lokal menyebut bahwa lebih dari selusin kematian telah dikonfirmasi sejauh ini, terutama di kota Wajima yang terkena dampak paling parah di dekat pusat gempa di mana kebakaran besar terjadi pada hari Senin. Pusat Peringatan Pasifik Tsunami (PTWC), salah satu badan pemantau tsunami Amerika Serikat menyebut bahwa sebagian besar ancaman tsunami telah berakhir.
Gempa besar yang diikuti tsunami pernah melanda Jepang, tepatnya di wilayah Tohoku, pada hampir 13 tahun yang lalu. Saat itu gempa berkekuatan 9,1 magnitudo diikuti dengan tsunami berketinggian 39,26 meter dan menewaskan 18.428 jiwa menurut catatan lembaga pemerintah Amerika Serikat, National Centers for Environment Information (NCEI).
Pusat Informasi Tsunami Internasional (ITIC) menyebut bahwa tsunami terjadi jika episentrum gempa terletak di dekat dasar laut, dan berada pada kedalaman yang dangkal. Dibutuhkan gempa berkekuatan 7,5 magnitudo atau lebih untuk dapat menghempaskan gelombang laut ke darat dalam bentuk tsunami. Selain itu, longsor bawah laut yang diakibatkan gempa bumi juga berpotensi menimbulkan tsunami besar, seperti yang pernah menimpa kota Palu dan sekitarnya di Sulawesi Tengah pada 2018.
Faisal Javier
