Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hampir sepuluh hari usai melarikan diri ke Rusia, mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad buka suara. Ia mengatakan dirinya dievakuasi ke Rusia dari pangkalan Hmeimim di Provinsi Latakia pada 8 Desember 2024, saat pangkalan itu diserang pesawat tak berawak. Ia ke Hmeimim setelah meninggalkan ibu kota Damaskus pagi itu ketika pasukan pemberontak mendekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kejatuhan Bashar al Assad digambarkan sebagai momen bersejarah, setelah 13 tahun negara tersebut dilanda perang saudara. Pada 2011, bersamaan dengan protes massa di berbagai negara Arab—dikenal pula sebagai Musim Semi Arab—warga Suriah turut melakukan protes damai terhadap pemerintah. Unjuk rasa itu kemudian dibalas dengan kekerasan yang lantas bereskalasi menjadi konflik berdarah selama puluhan tahun. Perang saudara tersebut memakan korban ratusan ribu jiwa dan memaksa jutaan warga Suriah mengungsi ke luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Imbas perang saudara tersebut, sejumlah negara tetangga pun menjadi wilayah penampungan bagi para pengungsi Suriah. Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) mencatat negara-negara tujuan utama pengungsi Suriah meliputi Turki, Libanon, Yordania, dan Irak. Turki bahkan menampung 3 juta lebih pengungsi asal Suriah.
Di level global, UNHCR mencatat ada 6,3 juta orang pengungsi Suriah, menjadikan negara tersebut sebagai negara asal pengungsi terbanyak di dunia. Tercatat 65 persen pengungsi di dunia berasal dari Suriah, Venezuela, Ukraina, dan Afganishtan.
Selain itu, negara-negara Eropa seperti Jerman, Austria, dan Swedia turut menjadi negara-negara yang menampung ratusan ribu pengungsi Suriah. UNHCR mencatat ada sekitar 781 ribu pengungsi Suriah di Jerman, menjadikan negara tersebut sebagai negara penampungan pengungsi Suriah terbanyak kedua setelah Turki.
Meski rezim telah berganti, namun gelombang pengungsi terpantau masih meninggalkan Suriah. Lebih dari 50.000 orang menyeberangi perbatasan Suriah dengan Libanon setelah kelompok oposisi bersenjata merebut Damaskus. Mayoritas dari pengungsi tersebut adalah penganut Syiah dan pendukung rezim sebelumnya yang mengungsi karena takut akan balasan dari kelompok pemberontak.