Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menimbulkan pertanyaan seberapa jauh teknologi dapat mempengaruhi pasar tenaga kerja. Kecerdasan buatan generatif yang dapat bekerja sesuai potensinya, memunculkan kemungkinan komputer dapat menggantikan para pekerja manusia. Kemunculan model bahasa DeepSeek-R1 yang berbiaya lebih murah dibanding kompetitornya kian mempertebal kemungkinan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pengembang kecerdasan buatan Anthropic melakukan penelitian terhadap lebih dari empat juta percakapan yang dilangsungkan di Claude, model bahasa besar sekaligus chatbot buatan mereka. Riset tersebut bertujuan untuk mengetahui pola-pola adopsi kecerdasan buatan dalam dunia kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hasil studi tersebut menunjukkan sebagian besar pekerjaan yang banyak berinteraksi dengan kecerdasan buatan adalah yang banyak melibatkan komputer. Kategori pekerjaan komputer dan matematika, termasuk pengembangan perangkat lunak, merupakan bidang pekerjaan yang banyak menggunakan kecerdasan buatan. Jumlahnya mencapai 37,2 persen dari kueri Claude yang dianalisis para peneliti.
Sektor lain yang banyak melibatkan kecerdasan buatan adalah seni, desain, dan media, dengan jumlah 10,3 persen. Hal ini menunjukkan peran penting teknologi dalam pemasaran dan pembuatan konten. Sektor berikutnya adalah pendidikan, yang menyumbang 9,3 persen dari sampel percakapan yang dianalisis.
Di sisi lain, penggunaan kecerdasan buatan untuk pekerjaan di sektor padat karya dan banyak melibatkan aktivitas fisik masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan minimnya percakapan yang dilakukan dengan chatbot Claude untuk sektor konstruksi, transportasi, pertanian, dan pengolahan makanan.