Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yudhi Kukuh, Founder AwanPintar.id /CTO Prosperita memperlihatkan serangan siber real-time di Shangri-La Hotel Jakarta, 25 Juli 2023. Foto: Maria Fransisca Lahur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keamanan siber Indonesia tengah menjadi sorotan. Pusat Data Nasional (PDN) yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengalami serangan siber ransomware sejak 20 Juni 2024. Alhasil sejumlah layanan publik di sektor pendidikan, keamanan, keimigrasian, hingga kepegawaian mengalami gangguan karena data-data penting yang tersimpan dalam server tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya itu, data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS), Kementerian Perhubungan, dan INAFIS Polri juga diduga bocor dan diperjualbelikan di situs gelap atau dark web. Data-data itu dijual seharga hingga US$ 7.000 atau hingga sekitar Rp 114,72 miliar (asumsi kurs Rp 16.389 per dolar AS).
Berdasarkan riset keamanan siber yang dilakukan Comparitech pada 2021, Indonesia menempati peringkat ke-18 dari 75 negara paling rentan terhadap serangan siber. Seperti tampak pada peta di atas, negara-negara yang memiliki warna merah yang muda pada wilayahnya memiliki kerentanan terhadap serangan siber dibanding mereka yang menempati peringkat nomor-nomor besar dan memiliki warna merah yang gelap pada wilayahnya.
Ada sejumlah indikator yang digunakan untuk menilai keamanan siber suatu negara. Yakni persentase jumlah perangkat yang terinfeksi malware, virus trojan, hingga sasaran serangan penambang kripto dan spam surat elektronik.