Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setiap malam tiba, sang pengkhotbah mengetuk nurani umat. Tanpa podium, tanpa corong pengeras suara. Ia berceramah di depan komputer dengan membuka fasilitas mengobrol (chatting) Yahoo! Messenger. Dari rumahnya di sudut kota Penang, Malaysia, ia menyerukan pesan-pesan Nabi. Pemirsanya tentu saja bukan tetangganya, melainkan sejumlah orang yang tersebar di berbagai kota di Malaysia, Thailand Selatan, Jakarta, bahkan Jepang. Pengkhotbah tua, dengan sedikit rambut putih di sana-sini, yang tidak "gaptek" (gagap teknologi) itu adalah Kamaruddin bin Kassim. "Inilah kemajuan berkat internet," kata Kamaruddin kepada Tempo.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo